Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.
Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.
Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.
Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]
Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..
Terimakasih...
* Disclaimer *
[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Penyelamatan - Bagian 1
Berlari di jalanan yang sepi, napasku terengah-engah. Mataku terus memindai setiap sudut, berharap menemukan jejak kepergian Lala. Namun, semakin jauh aku berlari, semakin aku merasa bahwa ini mungkin usaha yang sia-sia. Jalanan yang gelap dan sunyi hanya membuatnya semakin gelisah.
"Di mana dia?" gumamku pada diriku sendiri, mencoba menenangkan pikiran yang kacau. Aku berhenti sejenak di sebuah persimpangan, menatap ke segala arah. Masih tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Lala, tidak ada suara, tidak ada gerakan. Hanya kegelapan jalanan jepang di tengah malam.
Tiba-tiba, pandanganku tertarik pada sesuatu yang tergeletak di pinggir jalan. Seorang pemuda dengan rambut acak-acakan terlihat tergeletak tidak sadarkan diri di sana. Aku mengerutkan kening, melihat pemandangan aneh tersebut.
Di saat aku sedang terburu-buru dengan masalahku, masalah lainnya tiba-tiba muncul entah darimana.
Sambil menggaruk-garuk kepalaku, aku berjalan mendekati tubuh yang tergeletak tersebut. Karena gelap, aku awalnya tidak mengenali sosok itu saat pertama kali melihatnya.
"Tunggu... ini... Bukankah dia bocah cabul waktu itu?" Aku mengingat wajah itu. Ya, itu pasti pemuda cabul bernama Okarun, pemuda yang pernah aku temui di taman saat hari pertamaku pindah.
Aku masih ingat betul momen itu—Okarun dan seorang gadis bernama Ayase, yang aku temui setengah telanjang di taman. Awalnya aku lari dari mereka karena tidak ingin mendapat masalah, namun sepertinya takdir mempertemukan mereka sekali lagi dengan cara yang aneh.
Aku berdiri di samping pemuda itu, Okarun yang pingsan, ragu-ragu. "Apa yang harus kulakukan? Aku sedang mencari Lala, tapi... tidak mungkin aku meninggalkan orang yang pingsan di sini," pikirku. Aku menghela napas, mencoba mengusir keraguanku.
"Ayo, Kenma, kamu tidak bisa mengabaikan orang yang pingsan dipinggir jalan, bukan?" bisikku pada diri sendiri. Aku berlutut di samping Okarun, mencoba membangunkannya dengan lembut.
"Oi, Hentai-san! Bangun!" Aku menggoyang-goyangkan bahu Okarun dengan hati-hati. Dan tidak ada respon. Aku mencoba lagi, kali ini dengan suara yang lebih keras.
"Oi, Hentai-san! Bangun! Ini bukan waktu yang tepat untuk tidur di jalanan!" Aku menggoyang lebih keras, tapi Okarun tetap tidak bergerak.
Aku menghela napas lagi, kali ini dengan ekspresi frustrasi. "Apa aku harus menamparnya? Tapi itu terlalu kasar..." pikirku. Saat aku mencoba mencari cara lain.
"Baiklah, kalau begitu..." Aku menarik napas dalam-dalam, lalu mendekatkan tanganku ke dada Okarun, “Trace, on!" Seketika, sirkuit sihirku aktif dan mulai menyalurkan Mana di seluruh tubuhku. Dan dengan mantra dasar sebagai kata kuncinya, sebuah benda yang dikenal sebagai alat kejut listrik muncul di tanganku.
Walaupun sedikit kasar, aku sedang terburu-buru saat ini. Jadi meskipun akan sedikit sakit, sepertinya aku hanya bisa melakukan seperti ini saja.
Tzzzt...
“Maaf sebelumnya, Hentai-san," aku menekan tombol daya dan aliran listrik muncul, dan saat aku mendekatkan ujung alat ciptaanku ke dada Okarun. “Wahh... ," korbanku berteriak, dan melompat kaget posisinya.
Aku tersenyum lega, tapi juga sedikit terhibur. "Ah, akhirnya bangun juga," kataku sambil mengangguk-angguk.
Okarun menatapku, masih bingung. "Eh? Siapa kamu? Apa yang terjadi? Di mana Ayase-san?" tanyanya, mencoba mengumpulkan ingatannya.
Aku mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Aku menemukanmu pingsan di sini. Kamu baik-baik saja?"
Okarun mengusap kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Aku... aku ingat kami sedang berjalan pulang kerumah Ayase-san, lalu... ada tiga orang aneh muncul, dan... Ayase-san!" Okarun tiba-tiba berdiri, wajahnya panik. "Ayase-san! Dia diculik!"
Aku mengerutkan kening. "Diculik? Oleh siapa?"
Okarun menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak tahu! Mereka... mereka punya kekuatan aneh, dan... aku tidak bisa melawan mereka!" Okarun terlihat frustrasi, tinjunya mengepal.
Aku menghela napas. "Baiklah, sepertinya kamu punya masalah besar di sini. Tapi pertama-tama, kamu butuh istirahat. Kamu terlihat seperti baru saja lari maraton."
Aku melihat keatas kebawah tubuh Okarun, yang awalnya tidak aku sadari. Namun saat ini aku benar-benar melihat penampilannya, Okarun benar-benar berantakan sekarang. Baik secara fisik ataupun mental, dan sepertinya dia juga baru diserang oleh orang yang menculik temannya.
Okarun mengangguk lemas. "Ya... aku merasa seperti baru saja dihajar oleh truk."
Aku tersenyum kecil. "Nah, setidaknya kamu masih bisa bercanda. Itu pertanda baik."
Okarun mencoba tersenyum, tapi ekspresinya masih penuh kekhawatiran. "Terimakasih sebelumnya, dan maaf aku tidak bisa membalas kebaikanmu, aku harus menyelamatkan Ayase-san. Aku tidak bisa membiarkannya dalam bahaya."
Aku mengangguk. "Aku mengerti. Tapi kamu tidak bisa melakukan apa-apa dalam keadaan seperti ini."
Okarun menghela napas, sepertinya perkataanku didengar olehnya, “Kamu benar, tapi tetap saja, aku tidak bisa menunggu dan hanya melihat, saat tahu bahwa temanku dalam bahaya."
Aku cukup terkejut dengan tekad Okarun untuk menolong temannya, bahkan untuk orang sepertiku, yang telah menjalani dua kehidupan. Sangat jarang bagiku untuk melihat orang sepertinya, seorang teman yang berani dan mau menolong temannya, bahkan jika itu membuat mereka dalam bahaya.
Sekarang kesanku untuk Okarun cukup membaik. Jika awalnya aku menandai dirinya sebagai orang cabul, setidaknya sekarang aku menandainya sebagai pria sejati dan sahabat yang baik.
“Meskipun aku terkesan dengan keinginanmu, tapi apakah kamu tahu kemana perginya para penculik membawa temanmu?" Pertanyaanku membuat Okarun terdiam, dia sepertinya baru sadar sekarang. Melihatnya seperti itu, membuatku merasa aneh saat ini.
Jika ini adalah diriku yang biasanya, aku pasti hanya akan menolongnya. Tanpa keinginan untuk terlibat lebih jauh, mungkin karena perubahan kesanku padanya, dan mungkin karena aku telah mengalami pergolakan dalam hatiku. Entah kenapa aku merasa ingin memberikan sedikit bantuan.
“Hei, siapa namamu?" Aku tidak harus diberitahu bahwa Okarun bukan nama aslinya. Maksudku, siapa orang tua yang akan memberikan nama seperti itu untuk anak mereka?
“Ehh, Ken, Takakura Ken. Ahh... Ngomong-ngomong siapa namamu?"
Mungkin karena baru menyadari bahwa kita tidak saling kenal, mungkin karena adrenalin atau karena kecemasan akan keselamatan temannya. Okarun—Takakura Ken, mulai bereaksi canggung dengan keberadaanku.
Aku tersenyum melihat perubahan sikapnya, “Kenma, Kirisaki Kenma. Kamu bisa memanggilku Kenma saja, aku tidak terbiasa memanggil dengan nama marga mereka."
Okarun masih diam, atau mungkin sedikit bingung bagaimana cara bersikap padaku. Tapi aku tidak terlalu memperdulikan penampilannya, karena aku juga sedang terburu-buru saat ini.
“Aku akan langsung saja, saat pertama kali kita bertemu. Temanmu, gadis Ayase itu, dia memiliki kekuatan supernatural, bukan?" Walaupun aku sudah menyadarinya, aku ingin mengkonfirmasi dugaanku. Namun melihat Okarun yang terkejut dan bersikap semakin gugup, sepertinya dugaanku benar adanya.
“B-bagaimana? Kapan ki—apa kamu orang di taman waktu itu?" Okarun baru saja mengingat diriku, yang hanya aku balas dengan senyuman canggung.
“Benar, dan jika dugaanku benar. Kamu seharusnya juga tahu tentang kekuatan temanmu, atau bahkan kamu juga memiliki kekuatan supernatural."
Mendengar perkataanku, Okarun yang awalnya panik, berubah menjadi waspada.
“S-siapa kamu sebenarnya? Apakah kamu seorang A-alien?" Okarun semakin waspada padaku, dan membuat jarak dariku.
Aku terkekeh geli melihat tingkahnya, aneh rasanya dikira seorang Alien oleh sesama manusia. Di saat kamu pernah melihat Alien yang sebenarnya, walaupun jelas gambaran Alien yang dibayangkan Okarun, jauh berbeda dengan Alien yang sebenarnya.
“Aku manusia, aku sangat yakin akan hal itu, jadi santai saja. Tapi sebut saja aku manusia yang memiliki sedikit kelebihan, daripada manusia biasa."
Berhenti sejenak, aku bisa melihat sikap waspada Okarun sedikit menurun walaupun masih waspada padaku.
“Dan sepertinya kamu juga memiliki kelebihan, daripada manusia pada umumnya, benar?"
Mungkin baru menyadarinya, atau dia tipe orang sepertiku, yang sebelumnya tidak mengetahui keberadaan kekuatan supernatural di dunia ini. Okarun cukup terkejut, dan untuk sesaat sikap waspadanya menghilang, dan diganti oleh keterkejutan murni.
“A-apa maksudmu? Apakah orang-orang sepertiku banyak di dunia ini?"
Aku tersenyum, entah kenapa aku senang melihat reaksi Okarun. Setidaknya reaksinya mengingatkan diriku, akan diriku dimasa lalu, saat terkejut menyadari fakta tersebut.
‘Lihat? Ini adalah reaksi normal, bayangkan kamu hidup di dunia yang awalnya kamu anggap biasa-biasa saja. Tapi di satu momen, semua akal sehatmu tentang dunia runtuh dan berubah, jelas kamu akan merasa terkejut dan syok, bukan?'
Okarun yang melihatku tiba-tiba berhenti bingung. Dan menatapku dengan ekspresi yang serius saat ini.
“Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan sekarang ini, Okarun. Namun, karena kita sama-sama dari dunia supernatural. Aku bisa menunjukkan sedikit kekuatanku, dan mungkin bisa membantumu dalam kondisimu sekarang ini."
Perkataanku sebagai pemicunya, Okarun yang masih curiga dan waspada padaku. Langsung menghilang semua kecurigaan, dan sikap waspadanya padaku.
“Tolong, aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya. Tapi aku benar-benar memohon padaku, tolong bantu aku menemukan Ayase-san."
Okarun tiba-tiba bersujud di hadapanku, dan memohon bantuanku. Walaupun notabenenya kami adalah orang asing, yang tidak saling kenal. Okarun bersedia untuk menurunkan harga dirinya, dan meminta bantuan pada orang asing sepertiku.
Hal ini membuat kesanku pada Okarun semakin membaik. Setidaknya dia adalah jenis orang yang bahkan bersedia mengorbankan harga dirinya, untuk menolong temannya. Hal itu benar-benar sangat berarti bagiku.
“Tenanglah, sekarang mundur sedikit. Aku akan menggunakan kekuatan sihirku, aku butuh ketenangan."
Okarun memasang ekspresi aneh di wajahnya, dan meskipun dia tidak sepenuhnya memahami maksudku. Okarun masih mengikuti perkataanku dan membuat ruang dari tempatku berdiri.
“Sekali lagi, kumohon tolong bantu aku menemukan Ayase-san."
Aku hanya mengangguk sebagai balasan, dan mulai berkonsentrasi dengan apa yang ingin aku lakukan.
Aku sekali lagi mengaktifkan sirkuit sihirku, dan mulai mengalirkan Mana di seluruh tubuhku. Manta yang ingin aku gunakan, tentu saja adalah mantra Analyzer yang aku tingkatkan.
Awalnya aku tidak memberi nama resmi untuk teknik Magecraft tersebut, dan hanya menyebutnya Analyzer. Namun saat aku melihat seperti apa kegunaan dan efeknya, sepertinya aku tahu nama yang cocok untuk mantra tersebut.
“Mind Eyes!"
Setelahnya, mata biru mudaku menyala dalam kegelapan malam, saat aliran Mana berputar dan mengalir mengikuti perintahku.
Di saat berikutnya, dunia dalam pandanganku mulai berubah. Aman untuk dikatakan bahwa aku melihat melebihi apa yang bisa manusia lihat sekarang.
Mana dalam tubuhku terkuras, walaupun aku baru saja menggunakannya. Aku tidak tahu kenapa penggunaan Mana untuk mantra ini sangat boros. Bila dibandingkan dengan mantra proyeksi, dan penguatan yang sering aku gunakan.
Namun, seperti sekarang aku tahu alasannya. Karena dengan mataku sekarang, aku dapat melihatnya. Melihat apa yang seharusnya tidak aku saksikan, melihat apa yang sebenarnya terjadi pada Okarun dan gadis Ayase sebelumnya disini.
Dan aku melihatnya, sosok yang dikatakan oleh Okarun. Pelaku yang menyerang, dan menculik gadis Ayase.
“A-apa, kenapa mereka disini?"
Aku cukup terkejut dengan pemandangan yang aku lihat dari mataku, dan melihat reaksi terkejutku. Okarun yang melihatku dari pinggiran, langsung bereaksi dan menyerbu kearahku.
“B-bagaimana, Kirisaki-san? Apakah kamu menemukan petunjuk?"
Perbuatan Okarun membuat kosentrasiku terpecah, pemandangan yang aku lihat sebelumnya menghilang. Dan digantikan oleh pemandangan saat ini, dimana aku berdiri diam dengan Okarun yang panik di sampingku.
Pandanganku beralih padanya, dan menatap langsung ke arah Okarun. Dan Okarun yang menatapku, sedikit tersentak saat bertemu dengan tatapanku.
Awalnya aku akan memarahi bocah tidak sabaran ini, namun saat mataku menatapnya. Aku melihat pemandangan yang aneh, sekaligus mengerikan darinya.
“Sebenarnya, kamu ini, apa?"
Okarun terkejut dengan perkataanku yang tiba-tiba, dia ingin mengatakan sesuatu. Namun sepertinya Okarun sendiri bingung dengan apa sebenarnya maksud perkataanku.
Namun aku benar-benar tidak perduli dengan reaksinya, karena pikiranku sedang melayang saat ini. Melayang sangat jauh, dengan perasaan ngeri saat melihat apa yang ada di dalam tubuh pemuda di hadapanku.
Sebuah makhluk yang bahkan dalam pemahamanku, aku tidak bisa menemukan kata yang cocok untuk mendeskripsikan penampakan makhluk yang aku lihat.
Namun yang jelas, jika hantu benar-benar ada. Jelas sesuatu yang mendiami tubuh Okarun, akan aku kategori dalam jenisnya.
“Sial, sejak dulu aku benar-benar takut dengan hantu."
gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
jadi kayak lucy