Butuh pikiran terbuka dan kebijkan membaca novel ini.
Mona Ayunda, itulah nama seorang wanita pengantar pizza yang tidak sengaja bertemu dengan seorang pengacara terkenal bernama Abraham Reno Winata, di sebuah Penthouse mewah milik sang pengacara.
Dengan kehidupannya yang sulit di sebabkan ibu tirinya. Mona harus bekerja paruh waktu sambil berkuliah di sebuah Universitas Swasta terkenal dengan beasiswa yang dia dapatkan.
Namun peristiwa berdarah yang melibatkan keluarganya membuat dirinya terpaksa terikat pernikahan kontrak dengan sang pengacara. Selama perjalanan pernikahan kontrak itu, Mona harus menerima semua perjanjian yang di tetapkan sepihak oleh sang pengacara, yang merugikan dirinya.
Di tambah kisah masa lalu yang sedikit demi sedikit terkuak, memperburuk hubungan keduanya.
Bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya? Apa kebencian mereka bisa berubah cinta atau semakin jauh jarak dia antara keduanya.
Ikuti terus cerita My Love My Lawyer
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rimza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebencian dari Reno
Sudah lewat beberapa hari Herman bekerja di keluarga terpandang itu. Dia begitu sangat bersemangat dengan pekerjaannya saat ini, walau dia sadar butuh kerja keras lebih untuk mengembalikan kehidupan keluarganya seperti dulu yang berkecukupan.
Waktu menjelang petang, dan waktunya dia pulang. Dia melangkah keluar namun tiba-tiba.
"Ayah!" suara yang tidak asing di telinganya. Begitu terkejutnya Herman mendapati putrinya yang berada di luar gerbang.
"Mona? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Herman kebingungan.
"Ayah tidak lihat Mona sedang bekerja" sambil menunjukkan pizza yang di antarnya. Tentu saja wanita itu sampai di rumah elit itu karena mengantar pesanan pelanggannya.
"Ayah ternyata bekerja di sini ya?" ucap Mona yang baru tahu tempat ayahnya bekerja.
"Iya, Ayah bekerja disini"
"Mbak itu pesanan saya kan?" saut seorang pria dengan setelan pakaian hitamnya, dan ternyata yang memesan adalah penjaga rumah mewah tersebut.
"Oh....iya Kak, Ini pesanan anda" ucap Mona sambil memberikan dua kotak pizza ke pria tersebut. Dan pria itu menerimanya sambil memberikan uang pecahan dua ratus ribuan pada Mona.
"Ayah mau aku antar?" tanya Mona.
"Boleh, tapi bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Ayah tenang saja, pizza yang aku antar selanjutnya, tempatnya searah dengan rumah kita kok."
Herman pun menyanggupi ajakan putrinya. Keduanya pun meninggalkan komplek perumahan elit itu, berboncengan dengan motor butut kesayangannya menelusuri jalanan ibu kota yang mulai nampak gemerlap lampu kendaraan, lampu penerangan dan lampu dari gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan kokoh.
"Kita sampai Ayah" ucap Mona.
"Terimakasih nak."
Mona menganggukkan kepalanya, lalu berkata, "Mona lanjut kerja dulu ya, Yah" Kemudian meninggalkan ayahnya dan melanjutkan pekerjaanya.
Sampai lah waktu menunjukkan pukul 9 malam, dan itu artinya waktunya Mona pulang. Namun dia harus mengantarkan pesanan terakhirnya ke pelanggan. Dan sialnya dia harus mengantar pesanan itu ke alamat seorang pria yang pernah hampir mencelakai dirinya. Siapa lagi kalau bukan Reno.
"Astaga, kenapa aku harus ke tempat ini lagi?" Mona menggerutu sambil meremas rambutnya sendiri kesal. Sudah pasti dia seperti itu, karena setelah kejadian kecelakaan yang di alaminya, berharap tak bertemu lagi. Namun pada akhirnya sekarang dia harus mengantar kembali pesanan ke pria yang begitu dia benci.
Tapi apa boleh buat, itu adalah pekerjaanya. Suka atau tidak suka dia harus mengantar pesanan terakhir, yaitu satu paket ayam goreng pesanan sang pengacara.
Dengan berat hati, dia melajukan motornya menuju apartemen mewah tersebut, melewati jalan malam gemerlap kota yang masih ramai.
...----------------...
"Dimana Ayah?!" tanya Reno pada Budiman. Reno saat ini berada di kediaman ayahnya.
"Tuan Teddy ada di ruang kerjanya nya" jawab Budiman yang tak berani menatap putra atasannya yang terlihat murka itu.
"Dasar pria tua itu" gumam Reno, lalu melangkahkan kakinya dengan lebar dan cepat menuju ruang kerja ayahnya. Sudah bisa di tebak, Reno pasti akan bersi tegang dengan ayahnya kali ini.
Sampailah dia di depan ruang kerja Ayahnya, lalu membuka pintu itu dengan kasar. Teddy yang sudah mengira kedatangan putranya itu hanya menatap dingin.
"Apa maksud ayah?!" sambil melemparkan map berisi berkas di atas meja kerja Teddy.
Teddy menatap putranya sambil menopang dagu. "Itu syarat dariku, jika kau ingin menjadi ahli warisku."
Sudah pasti semakin tersulut emosi Reno mendengar jawaban ayahnya itu. Terlihat mata Reno yang memerah menahan amarah dengan kedua tangan terkepal. "Aku tidak peduli harta Ayah, dan aku tak butuh warisan Ayah."
"Aku lakukan ini demi kebaikanmu" jawab Teddy.
Reno mengernyitkan dahinya, tatkala mendengar alasan Teddy "Ayah jangan bicara omong kosong, alasan seperti itu tidak akan membuatku percaya."
"Reno!" teriak Teddy yang mulai emosi. "Bisakah kamu menurut apa kata Ayah?!"
"Tidak, Aku sudah muak dengan tingkah Ayah, dari dulu aku menuruti semua perintah Ayah. Bahkan aku yang sekarang menjadi pengacara pun itu bukan keinginanku, tapi karena ambisi Ayah." tegas Reno.
"Diam kau! Tahu apa kau tentang ambisiku?! Aku melakukan ini demi dirimu" jelas Teddy.
Reno tersenyum sinis mendengar alasan ayahnya. "Dari dulu Ayah tak pernah berubah, hanya menganggap diri Ayah yang paling benar. Bahkan kematian ibuku, Ayah anggap sebuah kecelakaan biasa!" Reno kembali mengingat bagaimana ibunya meninggal karena kecelakaan. Dan itu sesuatu yang menyakitkan baginya.
Terlebih kecelakaan ibunya di sebabkan depresi yang di alaminya, karena pernikahan kedua ayahnya.
Kau bahagia di atas kematian ibuku, apa kau lupa itu Teddy?!" teriak Reno dengan membulatkan matanya penuh amarah.
Teddy melempar segelas air minum di mejanya ke arah Reno, tapi meleset.
Lengkingan suara pecahan gelas itu semakin menambah ketegangan di ruangan tersebut. Terlihat pecahan gelas yayang berserakan di lantai. Keduanya saling melempar tatapan tajam tanpa berkata, hingga sesaat ruangan itu berubah hening.
Tiba-tiba suara pintu terbuka memecah ke keheningan. "Sayang, apa yang terjadi?" dan rupanya itu adalah Wilma, yang tidak sengaja mendengar pertengkaran keduanya.
Wanita itu menghampiri sang suami yang nampak di penuhi rasa amarah.
"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Wilma khawatir, lalu memicingkan mata ke arah Reno, "apa yang kamu lakukan Reno?! Harusnya kamu bisa menjaga sopan santun mu terhadap Ayahmu." ucap Wilma dengan tatapan kesal ke arah Reno.
"Hahaha" tawa keras Reno mengisi seluruh ruangan tersebut.
"Apa yang kau tertawakan, kau pikir ini lucu?" saut Wilma yang hatinya semakin dongkol pada putra tirinya itu.
"Jelas ini lucu, karena aku bisa melihat dua manusia munafik yang saling mendukung" kalimat sarkas yang keluar dari mulut Reno.
"Jaga mulutmu Reno!" teriak Teddy, yang kembali mendapat ucapan kebencian dari putranya itu. Teddy sama sekali tak mengira putranya akan memberontak seperti ini.
"Aku akan menjaga mulutku kalau Ayah tak mengusikku." Reno menatap keduanya dengan tatapan kebencian.
Lekas pria itu meninggalkan ruangan itu dengan rasa amarah serta kebencian dalam hatinya.
Bukan tanpa sebab sang pengacara membenci kedua orang tuanya. Itu karena bagaimana masa lalu pahitnya yang membentuk emosinya saat ini.
nambah satu bab dulu sambil ngopi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Coffee//Rose/
defenisi jodoh gak ke mana /CoolGuy/
tenyta naskah yang sama/Bye-Bye/
pe sini dulu, segelas kopi untuk mar2