Aluna adalah seorang gadis cantik dan seorang Hacker yang sangat hebat, namun ia menutupi kehebatannya itu untuk membalas dendam kepada seseorang dimasa lalunya, sampai ia bertemu dengan CEO menyebalkan yang membuat harinya berwarna, mampukah Aluna membalaskan dendam masa lalu yang telah menghancurkan hidupnya, dan juga mampukah Aluna menerima cinta pria menyebalkan yang terus mengusik harinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabia X, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
Aluna meregangkan otot-ototnya yang rasanya menegang semua karna kebanyakan duduk di kursi, walau kursi itu empuk tetap saja membuat tubuhnya lelah, Luna menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pergi ke kampus sudah satu minggu tidak ada gangguan lagi dari orang yang memanggilnya sayang itu, Luna jadi merasa sepi, namun ia menepisnya tak menghiraukannya, karna yang ia tahu Juna keluar negeri dan belum kembali, sesampainya di kampus Luna langsung disambut oleh sahabatnya Mira dan juga Alex.
“Kenapa muka lo cemberut gitu Lun?” tanya Alex penasaran.
“Gak ada, biasa aja gua.” sanggah Luna, ia sendiri juga tidak tahu kenapa moodnya tiba-tiba tidak baik-baik saja.
“Yuk ke kelas.” Mira menarik tangan Luna untuk mengikuti langkahnya sedang Luna hanya menurut saja, dosen killer mereka pun sudah memberikan materinya dengan semangat 45 namun Luna masih dengan mode tak berseleranya hingga Dosen itu menegur Luna, yang hanya bisa minta maaf, namun tidak menyurutkan hati dosen yang kesal dan memberi hukuman untuk Luna keluar dari ruangan sampai dosen killer itu keluar dari kelas, alhasil itulah hukuman yang didapat Luna tak boleh mengikuti materi pelajaran, dan pasti itu akan berdampak buruk untuk nilainya, Luna memejamkan matanya menenggelamkan wajahnya diatas meja kantin dengan tangan sebagai bantalannya.
“Astaga, lo kenapa sih Lun?” tanya Alex begitu mendudukkan bokongnya di kursi disamping Luna, membuat gadis itu mengangkat kepalanya sejenak dan mengembalikannya lagi.
“Kayaknya gua gak enak badan Lex.” suara itu terdengar lirih, namun mampu membuat Alex kaget dan langsung menyentuh kening Luna yang terasa hangat.
“Ya udah ku antar pulang nanti biar Mira yang minta izin untuk lo.” Luna hanya mengangguk pasrah, karna tubuhnya memang sudah terasa meriang, Alex mengapit lengan Luna saat mereka berjalan takut Luna jatuh, sampai diparkiran.
“Lo bisa kan dibonceng dibelakang, kalau gak bisa kita pesan taxi saja kita pulang ke rumahku saja.”
“Gak usah Lex aku gak mau ngerepotin ibuk.”
“Gak ada protes kamu kira selama ini kami gak ngerepotin kamu, kamu itu bagian keluarga kami Lun, jangan berfikir begitu, atau aku tidak mau mengenal kamu lagi.” protes Alex membuat Luna terdiam tak berniat membantah lagi, karna tubuhnya yang sudah terasa lemas.
“Biar aku saja yang bawa.” terdengar suara pria yang mereka kenal dan tanpa permisi langsung mengangkat tubuh Luna dengan mudahnya membuat Luna tercekat memandang wajah yang sudah seminggu ini tidak dilihatnya.
“A..apa yang kau lakukan.” suara Luna terbata-bata karna masih kaget.
“Gak usah protes, tubuh lemes gini mana bisa naik motor.” Juna langsung membawa tubuh Luna masuk kedalam mobil yang sudah siap didepan gerbang meninggalkan Alex yang masih diam membatu karna masih shock dengan apa yang dia lihat mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi.
“Turunkan aku.” pinta Luna lemah karna Juna masih setia memangkunya bukannya jawaban yang ia dapat Juna malah menenggelamkan kepala Luna dipundak kekarnya untuk bersandar dan memeluknya erat.
“Sudah diam lah, pejamkan matamu, tidak usah berisik.” ingin sekali Luna menampol pria yang selalu berlaku seenaknya saja namun kini tubuhnya sangat lemas jangankan menampol menegakkan tubuhnya saja rasanya tidak sanggup, dan entah kenapa kini tubuhnya ini seakan menolak untuk jauh dari pria yang sedang memeluknya dengan penuh hangat, Luna hanya bisa menarik nafas pelan dan memejamkan mata, tak ingin berdebat, membuat Juna menyunggingkan sebuah senyum termanisnya.
Mobil itu berhenti di mansion milik Juna terlihat didepan pintu utama sudah ada seorang dokter yang sedang menunggu kedatangan mereka Juna kembali mengangkat tubuh Luna ala bridal style pelan tanpa mengusik tidur gadis itu, dokter muda itu memicingkan matanya tak percaya melihat siapa yang ada di gendongan tuan muda mereka, Juna memberi isyarat agar dokter itu mengikutinya masuk dan naik kelantai dua mansion itu menuju kamar dimana Luna pernah menginap di sana Juna membaringkan tubuh Luna pelan namun ia tak melepaskan tangannya.
“Ayo cepat periksa, kalau mau diinfus, infus segera biar aku tetap memegang nya agar Luna tidak terbangun.” perintah Juna membuat dokter itu hanya menggeleng, bagaimana coba ia memeriksa kalau Juna masih saja setia menutupi tubuh gadis itu.
“Ayo cepat.”
“Bagaimana saya memeriksanya tuan muda kalau tuan masih diposisi seperti itu.” protes dokter itu kesal.
“Dari sebelah sana kan bisa, aku tidak mau ia terbangun, apa lagi kaget saat kamu memeriksanya.” Dokter muda itu hanya bisa menghela nafas panjang,dan berfikir sebenarnya gadis itu siapa hingga tuan mudanya begitu manis memperlakukannya, dokter muda itu pun mengalah dan berputar menaiki ranjang itu pelan dan mulai memeriksa, senyumnya terlihat begitu melihat wajah Aluna,’ pantas tuan mudanya begitu bersikap manis ternyata gadis yang dalam dekapannya memang begitu mengemaskan bahkan saat tertidur.’ Batinnya dan menyudahi pemeriksaan dan kembali berdiri disamping Juna untuk memasang infus ditangan Aluna.
“Bener harus diinfus?”
“Iya, gadis ini kelelahan, kurang cairan, siap aku akan menusukkan jarumnya.”
“Oh, ok, baiklah.” jawab Juna pelan jarum itu mulai menusuk urat dipergelangan tangan Luna membuat Luna terjingkat, namun Juna langsung mengelus-elus kepala Luna lembut.
“Tidak apa-apa sayang, tidur lagi.” bisik Juna lembut ditelinga Luna membuat Luna yang masih begitu mengantuk dan juga merasa pusing kembali memejamkan matanya, Juna menghela nafas lega.
“Apa sudah?”
“Iya sudah.” Dokter muda itu menjawab pelan, Juna mengelus rambut Luna pelan sebelum dengan perlahan melepaskan diri dari tubuh Luna dan menyelimuti tubuh Luna dengan perlahan.
“Siapa gadis itu.”
“Sudah gak usah berisik ayo kita keluar aku gak mau menganggu tidurnya.” perintah Juna membuat dokter itu mengangguk mengikuti langkah Juna keluar kamar menuju ruang tamu yang ada dibawah.
“Ayo katakan siapa gadis yang kau culik kesini, atau aku akan memberitahu nyonya tentang kelakuan putra tersayangnya ini.” Juna langsung mendecih.
“Dasar tukang pengadu.” Dokter muda itu langsung tergelak mendengar ucapan Juna.
“Makanya katakan.”
“Namanya Aluna Fir, ia bekerja dengan ku beberapa waktu yang lalu, ia banyak membantu perusahaan ku, tadi aku lihat ia mau diantar pulang oleh temennya naik motor, jadi aku membawanya karna tubuhnya yang lemah.” cerita Juna namun membuat dokter yang dipanggil Fir, itu terkekeh kembali seperti mengejek.
“Kau pikir aku buta apa, jelas terlihat kalau kau menyukainya, sangat menyukainya, mana mungkin kalau kau tidak tertarik dengannya, buktinya kau membawanya kesini, dan perlakuanmu, membuatku ingin muntah karna terlalu bucin nya dirimu.” ejek dokter bernama Firman itu sembari tersenyum.
“Terus saja kau mengolok ku, kalau aku memang mencintainya kenapa, masalah buatmu.” Juna dengan santai menjawab, dokter yang sekaligus temannya itu dengan santai.
“Tidak masalah, hanya jangan sampai kau menyakitinya, kasian, sepertinya dia gadis yang lugu tidak seperti gadis yang pernah kau kencani sebelum-sebelumnya.” Juna tertawa ngakak mendengar ucapan Firman.
“Kau pikir Luna selugu itu, kau salah, ia memang lugu dalam hal pacaran tapi kalau kau lihat kecerdasannya kau akan terkena serangan jantung, apa lagi serangannya, kakiku saja hampir dipatahkannya, kau tahu ia terlalu berharga untuk disia-siakan, dan aku tidak akan melepaskannya karna aku sudah terlanjur jatuh hati pada tingkah uniknya, hahaha.” Juna tertawa lepas membuat Firman hanya bisa mencebik kan bibirnya.
“Lalu yang sebelum-sebelumnya kamu tidak cinta, dasar playboy suka omong kosong.” sahut Firman tak mau kalah.
“Beda, kali ini aku benar-benar jatuh cinta, dada ini selalu berdegup kencang bila mengingatnya, kau tahu saat aku diluar negeri kemarin, aku hampir gila karna tidak bisa bertemu dengannya, dasar gadis itu benar-benar penyihir.” Firman terkekeh,
“Jadi sekarang tuan muda sudah mendapatkan pawang yang tepat.” ledek Firman mesem-mesem.
“Yah, sepertinya begitu, tapi aku tidak tahu ia akan menyukaiku atau tidak.” Firman langsung tertawa lebih ngakak mendengar ucapan Juna yang ragu.
“Jadi, kalian belum pacaran, jadi gadis itu tidak menyukaimu, astaga aku sangat senang sekali mudahan gadis itu tidak menerimamu, aku akan dengan senang hati menikung mu.” Firman kembali tertawa senang.
“Berani kamu mendekatinya aku bunuh kamu,” geram Juna membuat Firman semakin tertawa mengejek.
“Kalau tidak mau denganmu tidak salah dong aku mendekatinya, astaga baru kali ini aku tahu ada seorang gadis yang tidak perduli denganmu, apalagi sampai bisa menganiaya mu, ini berita bagus sekali.”
“Jangan macam-macam, sampai Momy tahu awas saja kamu.” ancam Juna tapi Firman cuek saja mengacuhkan seakan tidak mendengar ucapan Juna membuat Juna kesal sekali.
“Sudah sana pulang aku mau menemui calon istriku.” Juna langsung berdiri meninggalkan Firman yang tak henti tertawa mendengar ucapan juna yang menyebut Luna adalah calon istri.
ceritanya..
ini masa ketembak lsg ambruk pdhal ga ngenai vital.