Anastasya menikah dengan Abimayu karena perjodohan orang tua mereka. Namun setelah menikah Abimayu bersikap acuh kepada Ana karena dia belum bisa menerima Ana dalam hidupnya. Sedangkan Ana telah lama jatuh cinta kepada Abimayu sejak pertama kali melihatnya. Ana terus berusaha untuk membuat Abimayu agar bisa menerima dirinya. Tapi Abimayu tetap tidak bisa menerimanya setelah mengetahui Ana adalah wanita yang suka pergi ke klub malam.
Mampukah Ana meluluhkan Abimayu sampai Abimayu menerimanya?
Mampukah Ana bertahan mencintai Abimayu disaat Abimayu selalu mengabaikannya?
jangan lupa lanjutkan baca kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adwiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Jalanan terlihat ramai ketika pagi dan di antara keramaian di jalan itu, salah satunya adalah Ana yang sedang mengendarai mobil. Tempat yang ia tuju sama seperti biasanya, yaitu butik pakaian miliknya.
"Aku sekarang berada di depan perusahaan Mas Abi," ucap Ana di ponselnya sambil tersenyum kecil. Ana menghubungi Abimayu karena saat ini dia sedang menghentikan mobilnya tepat di depan perusahaan Abimayu.
"Untuk apa kamu berhenti di depan perusahaan-ku?" jawab Abimayu dari seberang. Sedangkan Ana masih tersenyum mendengar Abimayu berkata seperti menekan suaranya, mungkin karena dia sedang menahan marah.
"Aku ingin berkunjung, dan ingin mengenalkan diri kepada karyawan Mas Abi sebagai istri pimpinan mereka." Ana berkata, dan saat ini dia sangat ingin melihat bagaimana raut wajah Abimayu. Dia yakin wajah itu sudah memeraha karena menahan marah kepadanya.
"Kamu jangan berbuat hal aneh! Jangan menganggu para karyawan-ku yang sedang bekerja. Karyawan di sini tidak membutuhkan untuk mengenal dirimu, yang perlu mereka tahu hanya aku sebagai pimpinan mereka, dan untuk masalah yang lainnya mereka tidak butuh itu."
Ana sangat yakin bahwa sekarang Abimayu benar-benar sedang marah kepadanya.
"Aku akan turun sekarang!" Ana kembali berkata memancing emosi Abimayu.
"Satu langkah kakimu masuk ke dalam, kamu akan tahu akibatnya nanti," ancam Abimayu dari seberang yang membuat Ana tertawa.
"Mana aku peduli, aku tetap akan pergi." Ana mengakhiri panggilannya dengan tawanya yang belum berhenti.
...----------------...
Di dalam ruangannya Abimayu langsung menghubungi resepsionis di lantai satu untuk memberitahu kedatangan Ana. Tapi beberapa menit setelahnya, Ana belum juga tiba di ruangannya.
Karena sudah lama menunggu, Abimayu menjadi gelisah dan di fikiran nya sudah terbayang berbagai macam prasangka terhadap Ana karena Ia takut Ana berbuat hal yang tidak terduga.
Ting!
Suara pintu lift terbuka dan Abimayu langsung mengarahkan pandangannya ke sekeliling lantai satu untuk mencari sosok Ana sambil berjalan ke arah resepsionis. Lama matanya melihat ke sekeliling lantai satu, tapi dia tidak menemukan Ana di situ.
"Kemana dia pergi? " tanya Abimayu kepada sang resepsionis yang membuat resepsionis itu menjadi heran.
"Maksud bapak? Maaf kalau saya tidak mengerti," ucap resepsionis dengan sopan kepada atasannya.
"Ana, istri saya." Abimayu berkata untuk memperjelas pertanyaannya.
"Maaf Pak, Istri bapak belum ada datang ke sini," jawab sang resepsionis memberitahu kepada Abimayu atsannya.
Abimayu terdiam dan juga bingung mendengar jawaban dari resepsionisnya. Dia tidak percaya kalau Ana tidak ada di sini, karena saat Ana mengatakan ia berada di depan perusahaannya, Abimayu sempat melihat dari atas ruangannya ke bawah untuk memastikan ucapan Ana, dan dia juga melihat mobil Ana yang berhenti di depan perusahaannya.
Abimayu menghubungi Ana kembali sambil berjalan ke luar dari perusahaan. Taoi dia tidak melihat mobil Ana lagi di depan perusahannya. Dia juga melihat ke sekeliling untuk memastikan bahwa Ana benar-benar tidak ada di sekitar perusahaannya.
"Di mana kamu sekarang? " tanya Abimayu. Dia menghubungi Ana setelah tidak melihat Ana berada di perusahaannya.
"Mas Abi merindukanku? " suara Ana terdengar manja di telinga Abimayu.
"Cepat katakan di mana kami sekarang! " Abimayu berkata dengan perasaan takut, karena dia takut Ana telah berbuat sesuatu yang membuatnya akan menjadi merasa malu nantinya, karena itu adalah suatu kebiasaan Ana.
"Aku sedang di perjalanan ke butik, Mas Abi." An berkata dengan santai, dan dia tidak tahu betapa Abimayu sangat khawatir saat ini, bukan khawatir karena dirinya yang tidak terlihat, tapi khawatir akan sesuatu yang dilakukannya.
Kening Abimayu terlihat mengerut, kedua alisnya hampir menyatu. Dia segera menutup panggilan dan tidak ingin lagi berbicara dengan Ana karena dia baru menyadari kalau sudah dikerjai oleh sang istri.
Abimayu kembali berjalan masuk ke dalam perusahaan dengan wajah kesalnya. Sang resepsionis tempat ia bertanya sebelumnya melihat bingung ke arah Abimayu yang berjalan kembali menuju ruangannya tanpa menemukan seseorang yang dia cari sebelumnya.
...----------------...
Di butik miliknya, Ana baru saja turun dari dalam mobil. wajahnya nampak senang dan merasa puas setelah berhasil mengerjai Abimayu lagi.
Sesampainya di dalam butik, Ana disapa oleh beberapa karyawannya. Pagi ini ia berencana akan menyelesaikan pesanan busana yang sudah dipesan oleh para konsumennya seminggu yang lalu.
"Ana..., kenapa kamu tidak kabari aku kalau kamu sudah menikah?" terdengan seseorang memanggil namanya sedikit berteriak dari arah pintu ruangannya.
Ana mengarahkan pandangannya ke depan untuk melihat siapa orang yang telah memanggilnya.
Matanya melotot dan tidak berkedip melihat seorang wanita yang berambut pirang, berpakaian seksi tanpa lengan, anting panjang menjuntai di telinganya, dan memakai riasan di wajahnya sedikit tebal telah berada di depannya saat ini.
"Risa!" Ana juga berteriak menyebut nama orang tersebut sambil berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah wanita itu. lalu mereka saling berpelukan dan menumpahkan rindu karena sudah lama tidak bertemu. Wanita itu adalah Risa, dia adalah teman dekatnya Ana yang berapa lama ini mereka tidak pernah bertemu karena Risa seperti menghilang darinya.
"Ayo kita duduk dulu," ajak Ana kepada Risa sambil menarik tanga Risa ke arah sofa di ruangannya.
"Kamu pesan kan minum untukku, aku sangat haus!" pinta Risa sambil berjalan mengikut ke arah yang di tuju oleh Ana.
Ana tidak ikut duduk, dia menghubungi karyawannya terlebih dahulu untuk meminta membawakan yang di pesan oleh Risa.
"Aku sudah pesan, sebentar lagi akan sampai ke sini." Ana berkata, lalu ikut begabung duduk bersama Risa duduk di sofa.
"Kapan kamu kembali ke sini?" tanya Ana dengan rasa penasarannya.
"Aku kembali sejak tiga hari yang lalu, sehari sesudahnya, aku baru tahu kalau kamu sudah menikah," ucap Risa sedikit kecewa karena tidak datang ke acara pernikahan Ana.
"Maaf Ris, lagian kamu juga sering berganti nomor ponselmu, kebiasaanmu itu dari dulu tidak berubah. Kenapa dalam satu bulan ini kamu tidak menghubungiku? apa yang kamu lakukan di sana sampai lupa padaku, ha? "
Risa mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari Ana. Awalnya, yang ingin marah adalah dia. Ana tidak memberi tahu kepadanya kalau dia sudah menikah. Tapi sekarang, Ana sudah memarahinya lebih dulu.
"Hemmmm. Aku terpaksa mengganti nomorku karena ..." ucapan Risa terhenti ketika pintu ruangan Ana terdengar diketuk dari luar.
Ana mempersilahkan orang yang di luar untuk masuk. Seorang karyawan butik Ana datang membawa minuman dan beberapa makanan ringan yang dipesan oleh Ana atas permintaan Risa.
Mereka bercerita sangat lama karena mereka baru saja bertemu kembali. Sudah lama Ana tidak pernah lagi bercerita banyak denga para temannya karena kesibukannya di butik yang membuat dia tidak mempunyai waktu untuk pergi keluar bersam temannya.