“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.
Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.
“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.
“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”
“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.
Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”
Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.
Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Mencari Miska
Oberoi menatap Aksara dengan serius di ruangan yang hanya diterangi oleh satu lampu redup. “Kau harus berhati-hati. Mereka tahu kau masih hidup. Jika mereka menemukanmu lagi, mereka tidak akan memberi kesempatan kedua. Kau mengerti, kan?”
Aksara mendengarkan dengan saksama, sementara Aliyah yang duduk di sudut ruangan mulai gelisah. Perasaan takut dan cemas jelas tergambar di wajahnya. "Aksara, mungkin ini saatnya kita berhenti. Kau sudah terlalu jauh. Aku takut mereka akan menangkapmu lagi dan..." suaranya melemah, matanya mulai berkaca-kaca.
Namun Aksara tetap tenang. Wajahnya yang kini berbeda—hasil dari operasi yang mengubah hidupnya—menyiratkan tekad yang bulat. “Aku tidak akan berhenti, Aliyah. Mereka mengkhianatiku. Mereka menjadikanku target karena aku tahu sesuatu yang seharusnya tetap tersembunyi. Aku tidak bisa mundur sekarang.”
Oberoi menghela napas panjang, lalu berjalan mendekat. “Kalau begitu, kau harus mendengarkan aku dengan baik. Ada satu nama yang bisa membawamu ke Miska, tapi dia sangat berbahaya. Kau harus siap menghadapi apa pun.”
Aksara menoleh dengan penuh perhatian. “Siapa?”
“Drake,” jawab Oberoi dengan nada rendah, seolah nama itu sendiri membawa ancaman. “Dia mantan agen sepertimu, tetapi sekarang bekerja untuk organisasi bayangan yang mengendalikan banyak operasi kotor di bawah tanah. Dia bisa membawamu ke Miska, tapi kau harus tahu, Drake tidak akan mudah didekati.”
Aliyah semakin khawatir. “Aksara, tolong pikirkan ini lagi. Kau tidak perlu melakukan ini seorang diri. Biarkan Oberoi mencari cara lain, atau kita pergi ke tempat yang lebih aman.”
Namun Aksara menatap Aliyah dengan lembut, lalu menggenggam tangannya. “Aku tidak bisa lari lagi, Aliyah. Aku sudah kehilangan banyak hal. Jika aku terus bersembunyi, mereka akan tetap menemukan kita. Satu-satunya cara untuk menghentikan semua ini adalah menghadapi mereka. Dan aku harus menemukan Miska terlebih dahulu.”
Oberoi melihat keduanya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia memahami alasan Aksara. Di sisi lain, ia tahu risiko yang dihadapi mereka jauh lebih besar dari yang bisa dibayangkan. "Baiklah," katanya akhirnya. "Aku akan membantumu sebisaku. Tapi kau harus tahu, sekali kau bertemu dengan Drake, jalan kembali tidak ada lagi."
****
Malam itu, Aksara duduk sendirian di sudut ruangan, menatap layar laptopnya yang memancarkan cahaya biru ke wajahnya. Ia sedang memeriksa peta wilayah yang akan menjadi lokasi pertemuannya dengan Drake. Aliyah yang melihatnya dari kejauhan merasa hatinya semakin berat. Bagaimana jika ini adalah akhir dari segalanya? Bagaimana jika Aksara tertangkap dan ia harus kehilangan pria yang kini menjadi bagian penting dalam hidupnya?
Dengan langkah pelan, Aliyah mendekati Aksara dan duduk di sampingnya. “Apa kau benar-benar yakin ini satu-satunya cara?” tanyanya lirih.
Aksara menoleh, menatap wajah Aliyah yang penuh kekhawatiran. “Aliyah, aku berjanji akan kembali. Aku tidak akan membiarkan mereka menang lagi.”
“Tapi kau melawan orang-orang yang jauh lebih kuat dan terorganisir. Apa kau benar-benar percaya bisa melawan mereka seorang diri?”
“Tidak seorang diri,” jawab Aksara sambil menatap Aliyah dengan senyum tipis. “Aku punya kau. Dan aku punya alasan kuat untuk bertahan hidup. Itu cukup bagiku.”
Aliyah terdiam, tak mampu membalas. Ia hanya bisa berharap bahwa janji Aksara bukanlah janji kosong yang akan berakhir dengan penyesalan.
****
Keesokan harinya, Oberoi membawa Aksara ke sebuah tempat terpencil di pinggiran kota. Bangunan tua yang terlihat seperti gudang kosong itu menjadi lokasi pertemuan dengan seseorang yang tahu keberadaan Drake.
“Masuklah. Aku akan berjaga di luar,” kata Oberoi sambil menepuk bahu Aksara. “Ingat, jangan tunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya sampai kau yakin mereka bukan musuh.”
Aksara mengangguk, lalu melangkah masuk. Di dalam ruangan yang gelap itu, ia melihat seorang pria berambut gondrong dengan tatapan tajam duduk di tengah.
“Jadi, kau yang mencari Drake?” tanya pria itu dengan nada dingin.
Aksara tidak langsung menjawab. Ia menilai pria itu dengan cermat, mencoba mencari tanda-tanda apakah ini jebakan atau tidak. Setelah beberapa detik hening, ia berkata, “Aku ingin bertemu dengannya. Aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”
Pria itu tertawa kecil. “Drake tidak mudah ditemui. Apalagi oleh orang asing sepertimu. Apa yang membuatmu berpikir dia akan mau bertemu denganmu?”
Aksara menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sebuah kode khusus yang hanya diketahui oleh anggota lama organisasinya. Pria itu langsung terdiam, matanya melebar.
“Kau… kau bagian dari mereka?”
“Dulu, iya. Sekarang aku hanya seseorang yang ingin mencari kebenaran,” jawab Aksara tegas. “Bawa aku ke Drake, atau kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Pria itu terdiam beberapa saat, lalu akhirnya mengangguk. “Baiklah. Ikuti aku.”
****
Di akhir pertemuan, setelah keluar dari gudang, Aksara mendekati Oberoi yang menunggu di luar. “Dia akan membawaku ke Drake. Ini kesempatan kita.”
Oberoi mengangguk, tetapi ekspresi wajahnya masih penuh kekhawatiran. “Kau harus berhati-hati, Aksara. Drake bukan orang biasa. Jika dia tahu siapa dirimu sebenarnya, kita semua dalam bahaya.”
Aksara tersenyum tipis. “Aku tahu risikonya, Oberoi. Tapi aku tidak akan mundur.”
Aliyah yang menunggu di mobil melihat Aksara mendekat, dan tanpa berkata apa-apa, ia langsung memeluknya erat. “Hati-hati,” bisiknya.
Aksara membalas pelukan itu dengan lembut. “Aku akan kembali. Percayalah padaku.”
Dengan tekad yang semakin bulat, Aksara melangkah pergi bersama pria yang akan membawanya ke Drake, sementara di benaknya hanya ada satu nama: Miska. Siapakah dia sebenarnya? Dan apa hubungannya dengan pengkhianatan yang dialami Aksara?
Pertarungan baru baru saja dimulai.
Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hi semuanya. Jangan lupa like dan komentarnya ya.
Terima kasih.