Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.
Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.
Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aroma Mata Air Spiritual
Bukankah bagus jika Shin Kaichen dan Meng Lusi memiliki kesempatan untuk memupuk hubungan. Paman Dou membantu kalian untuk menyatukan ayah dan ibu, jangan ganggu, pikirnya seraya menatap si kembar.
Meng Shilan dan Meng Shuya kembali duduk, melanjutkan makan meski masih penasaran kenapa ibu mereka berteriak kencang. Sunni yang ada di pangkuan Meng Shilan akhirnya pergi untuk mencari tahu sendiri.
Sementara itu di kamar mandi.
Meng Lusi yang awalnya nyaman untuk berendam di air hangat seraya mengompres pergelangan kakinya yang bengkak, tiba-tiba saja dikejutkan oleh jendela ruangan yang terbuka dengan sendirinya. Ketika menoleh ke arah jendela, tak ada apa-apa.
Namun ia merasa ada yang tidak beres. Belum lagi Sunni tidak ada di sekitarnya sehingga tidak bisa tahu apa yang mengintai.
Meng Lusi merasakan ada sesuatu berdiri di belakangnya. Ia sedikit menegang melihat bayangan besar tinggi di lantai. Mau tidak mau menoleh. Ada seorang pria berambut putih salju, bermata merah darah terlihat tampan tapi kulitnya agak pucat. Yang lebih penting, dari pinggang ke bawah berwujud ular putih.
Pria berambut putih menatapnya dan tersenyum. “Ternyata baunya berasal darimu,” ucapnya seraya melirik tanda bulan sabit di dada wanita itu.
Meng Lusi tidak peduli apa yang diucapkannya. “Siluman!”
Ia yang terkejut langsung bangkit dan keluar dari bak mandi. Uap air memenuhi ruangan sehingga jarak pandang sedikit terhalang. Meng Lusi menarik jubah mandi yang ada di dekatnya, mencoba menutupi tubuhnya dan berlari keluar.
Bukannya Meng Lusi takut dengan hal seperti itu, hanya saja dia terlalu terkejut dengan kehadiran pria tak diundang. Apa lagi masih manusia setengah ular putih. Meng Lusi tak pernah melihatnya.
Pada saat yang sama, Shin Kaichen masuk. “Meng Lusi! Apakah kamu baik-baik saja?”
Melihat sosok yang tiba-tiba berlari ke arahnya, Shin Kaichen tidak siap untuk menghindar. Meng Lusi tidak tahu jika Shin Kaichen tiba-tiba saja akan masuk dan mencarinya. Ia langsung menabrak pria itu dan jatuh ke pelukannya.
Pikiran Shin Kaichen langsung kosong untuk sementara waktu ketika mengulurkan tangan, memeluk Meng Lusi yang tanpa pakaian. Wanita itu hanya memegang jubah mandi yang belum sempat dipakai.
Hilang keseimbangan, Shin Kaichen jatuh dengan Meng Lusi di pelukannya. Baik Meng Lusi maupun Shin Kaichen terkejut satu sama lain. Pria itu merasa tubuhnya menegang seketika ketika telapak tangannya menyentuh punggung Meng Lusi yang lembut. Belum lagi merasakan tonjolan dua buah persik lembut di dadanya, wajahnya tanpa sadar memerah.
“Kamu …” Meng Lusi bahkan lebih canggung. Lalu dia teringat dengan siluman ular putih yang dilihatnya. “Siluman … siluman ular. Ada siluman ular di ruangan ini,” katanya.
“Siluman ular?”
Shin Kaichen terkejut. Ia menatap tajam ke depan. Uap air sedikit menghalangi pandangannya. Tapi ia masih bisa melihat seorang pria berambut putih, bertelanjang dada. Tapi pinggang ke bawah adalah wujud ular.
Sunni yang menyusul melihat adegan ini, mau tidak mau bahagia diam-diam. Aura ungu di tubuh pria itu perlahan menyelimuti tubuh Meng Lusi. Sunni segera menyerapnya sedikit demi sedikit. Barulah dia merasakan kehadiran siluman ular putih di dalam kamar mandi.
Sunni melata ke dalam dan mengubah tubuhnya menjadi ular yang lebih besar. Ia berdiri di depan Meng Lusi dan Shin Kaichen untuk melindungi mereka.
“Siluman ular juga berani datang dan mengganggu tuanku?” Sunni menatap tajam ke arah pria setengah ular itu, merasa jijik di hatinya. Hanya siluman ular, berani mencoba untuk memakan tuanku, pikirnya.
Siluman ular itu bahkan terkejut melihat Sunni yang memiliki kekuatan lebih besar darinya. Bukan ras siluman tapi binatang spiritual. Ia berhati-hati.
“Binatang spiritual?” Yang Bai, siluman ular putih itu menyipitkan mata. “Sayang sekali kamu harus mengabdi pada manusia.”
“Bukan urusanmu, makhluk rendahan!” Sunni tidak suka dengan para siluman. Aroma mereka benar-benar penuh kelicikan dan kejahatan.
Yang Bai adalah siluman ular putih yang berkultivasi dengan menyerap esensi para wanita dari ras manusia. Ia menemukan Meng Lusi di sini karena aroma mata air spiritual yang bisa membuatnya bertambah kuat. Ia ingin menyerapnya diam-diam tapi ada aroma binatang spiritual di tubuhnya.
Ternyata bertemu dengan ular spiritual. Yang Bai merasa malam ini dia salah memilih waktu.
Bahkan jika Yang Bai tidak bisa melawan Sunni dengan adil, ia masih bisa menyelinap untuk menyerap aura mata air spiritual dari tubuh Meng Lusi. Sosoknya tiba-tiba saja menghilang. Sunni waspada. Tak lama, Yang Bai muncul dari samping Meng Lusi yang masih berada di pelukan Shin Kaichen.
“Sial! Dasar siluman licik!” Sunni mengutuk Yang Bai yang ternyata menyelinap diam-diam.
Yang Bai bergerak cepat untuk menyentuh Meng Lusi. Bahkan jika hanya menyentuh sedikit saja, sudah cukup untuk menyerap aura mata air spiritual.
“Beraninya menyentuh wanitaku!” Shin Kaichen tentu saja tak akan membiarkannya berhasil. Ia menggunakan tenaga dalamnya untuk menyerang Yang Bai yang mengulurkan tangan ke arah Meng Lusi.
Tiba-tiba saja Yang Bai terpental sebelum berhasil menyentuh Meng Lusi. Bukan karena serangan Shin Kaichen berhasil tapi karena aura ungu di tubuh Shin Kaichen menyelimuti Meng Lusi. Lalu aura ungu itu memberikan serangan terhadap sesuatu yang membahayakannya.
“AHH!!” Yang Bai menabrak dinding lipat pemisah ruangan bak mandi dengan ruang ganti.
Yang Bai memuntahkan darah dan tubuhnya sepenuhnya berubah menjadi manusia. Saat menunjukkan wujud dalam manusia seutuhnya, Yang Bai berpakaian serba putih. Ia menatap Shin Kaichen, bingung dan sedikit ngeri.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanyanya.
Sunni juga berubah menjadi seorang wanita bergaun putih susu dan langsung menghilang di tempat. Lalu muncul lagi di depan Yang Bai dan membawanya keluar dari ruangan tersebut.
“Aku akan menyelesaikan urusan denganmu!”
Yang Bai tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk sementara waktu setelah terkena serangan aura ungu dari tubuh Shin Kaichen. Dia hanya bisa pasrah dibawa pergi oleh Sunni.
Setelah suasana menjadi tenang kembali, Meng Lusi dan Shin Kaichen masih belum pulih sepenuhnya. Barulah setelah itu, Meng Lusi bangkit dari tubuhnya.
“Maaf … aku … tidak sengaja!” Meng Lusi sedikit khawatir.
Di zaman kuno ini, sentuhan kulit ke kulit antar pria dan wanita sudah dianggap tidak baik. Apa lagi jatuh ke pelukan pria dengan keadaannya yang sekarang. Meng Lusi mengutuk siluman ular putih itu karena membuatnya tak bisa bersikap layaknya seorang tentara!
Ia tak takut bertemu musuh di tengah jalan. Namun masih agak tidak percaya jika bertemu dengan siluman.
Shin Kaichen mau tidak mau melirik tanda bulan sabit di dada Meng Lusi. Ia akhirnya mengonfirmasi jika itu memang wanita yang ada di gua bersamanya.
“Kamu … aku sebenarnya …” Shin Kaichen ingin mengatakan yang sesungguhnya namun tidak berani.
Meng Lusi menyipitkan mata dan buru-buru menutupi bagian tubuh depannya. Ia langsung memunggungi Shin Kaichen, memakai jubah mandinya.
“Anggap saja kamu tidak melihat apa-apa!” Meng Lusi benar-benar malu. Ia ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri.
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025