Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LDKS
Setelah masa orientasi yang berlangsung selama seminggu, kini para siswa Islamic Boarding school sedang disibukan untuk kegiatan LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) yang akan diadakan di sekolah.
"jadi semua siswa kelas X wajib ikut, kalo ga ikut apapun alasannnya maka akan didenda " ucap Maria kepada ayahnya.
"yaudah tinggal bayar denda aja" jawab Brian enteng
"ga bisa gitu dong paa, aku kan ketua kelas masa ga kut si? Kan ga enak sama teman teman yang lain"
"yaudah pa, izinin aja, kan kegiatannnya di sekolah. Lagian ada Simon juga kan, pasti dijagain Maria nya:
"justru karena ada Simon pap khawatir Ma, nanti yang ada mereka malah berduaan gimana? Mana nginep lagi"
"ya ampun papa ini gimana sih, dulu aja waktu ama minta Papa sekolahin aja Maria ke sekolah internasional, Papa ga mau alasannya biar deket aja sama Simon. Biar ada yang jagain. Sekarang udah deket udah satu sekolah, ada kegiatan bareng malah takut mereka berduaan. Lagian ya pa, setau mama kalo kegiatan LDKS itu kegiatannya padat. Jadi mana ada waktu buat pacaran." jelas Sofia penjang. Ia benar benar tda habiss pikir dengan ke posesifan Brian kepada anak mereka. Entah apa yang ada dipikirannya.
"hufth, kalo Mamakamu udah ngomel begini, Papa dengan terpaksa izinin kamu"
"sana siap siap, acaranya besok sore kan?"
"makasi papa muachh.." Maria memeluk Brian lalu mencium pipinya.
"thanks mom," Maria beralih mencium pipi Sofia.
Sofia hanya mengangguk dan tersenyum.
"ha... Halo kak Mon"
"i..iya Papa udah ngizinin. Kaka bisa kirimin list barang yang wajib dibawa ga?"
"oke thank ya kak"
Tiba tiba Brian mengambil HP Maria lalu berbicara pada Simon.
"kalo aa waktu bisa datang ke rumah? Ada beberapa hal yang mau om diskusikan"
".............................."
"oh jadi gitu ya sekarang kalo sudah bisa bertemu setiap hari di sekolah jadi kamu ga pengen ngapel ke rumah ini"
"............................."
"haha iya iya om bercanda, tidak perlu ajak Rafi, om ga nyuruh kamu ketemu Maria kok"
"....................................."
"ok Om tunggu kabarnya"
Maria cemberut, selalu saja begini. Setiap ia telponan ataupun video call ayahnya selalu menganggu. Jadi selama pacaran hampir tidak pernah mereka telponan lama untuk hnya mengobrol. Selalu Brian datang dan dengan teganya merebut HP sang anak.
...****************...
"sebagai ketua kelas harusnya kamu bertanggung jawab atas sema kesalahan mereka. Sekarang kamu lihat, berapa banyak teman sekelas kamu yang membawa make up ke acara ini? Sebagai ketua kelas kamu harusnya memperingati mereka. Sekarang kamu tanggung jawab!"
Maria menunduk, seraya menjawab "i... Iya kak! Saya minta maaf. Saya akan sampaikan kepada para teman saya, dan saya siap untuk menanggung semua konsekuensinya"
"baiklah, sekarang kamu kembali ke kelas kamu dan sampaikan kepada mereka kalau dalam waktu 2 jam kedepan kamu tidak bisa berada di kelas!"
Pinta kaka kelasnya, Nissa namanya.
"baik kak"
Maria pergi ke kelasnya.
di kelas, beberapa siswi menghampirinya.
"Gimana Mar? Lo gapapa lan?"
"Mar, make up gue gimana bisa balik kan?"
"Mar,............"
" Mar...."
dan masih banyak lagi suara.
"stoppp!!" teriak Maria yang membuat mereka langsung diam.
"semuanya duduk gue mau ngomong!"
"denger ya, semuanya!"
"lucky!! Duduk dan dengerin gue ngomong!" teriak Maria lagi.
Setelah semuanya duduk dengan tertib.
"2 jam ini sementara Fia yang gantiin tugas gue koordinir kalian. Karena banyak banget dari kelas kita yang ngelanggar aturan, jadi gue harus nanggung konsekuensinya. Jujur gue ga tau akan gimana, tapi setelah ini gue harap ga ada lagi yang ngelanggar aturan yang udah disepakati. Kalian masuk sekolh ini harusnya kalian udah tau kan aturannya apa dan gimana konsekuensinya. Terutama masalah make up berlebihan. Setelah gue balik, jangan salahin gue kalo gue jadi orang yang berbeda dari sekarang!"
"apa sih Mar, lebay banget. Seharusnya lo sebagai ketua kelas itu ngelindungin kita dong, pokonya gue ga mau tau make up gue harus balik lagi titik. Kalo engga gue tandai ya lo!" Safa, salah seorang siswa yang memang terkenal menor berteriak.
"gue ga jamin. Sorry tapi gue ga suka ngelindungin kesalahan. Dan satu lagi, gue ga takut sama ancaman lo!"
"Fia, gue kesana dulu, tolong kondisiin kelas. Bentar lagi materi ke 3 di mulai"
Maria pun kembali keruang panitia, disana sudah ada semua panitia termasuk Simon dan Raffi.
"sini kamu!!" bentak Nisa,
Maria menghampirinya sambil menunduk tentunya.
"lama banget sih, kita semua udah nungguin dari tadi. Lelet banget jadi orang!"
"Maaf kak,"
"Nis, jangan terlalu keras, dia anak aksel" peringat salah seorang temannya
"oh... Anak aksel ternyata, terus kalo anak akselerasi harus dibedain gitu? Harus disanjung sanjung karena kepintarannya? Wah wah wah enak banget dong kalo gitu ga usah ada acara LDKS aja sekalian!"
Nada nisa semakin tinggi
"e..engga gitu kok kak, silahkan jika mau menghukum saya. Tapi saya mohon kembalikan make up teman teman saya"
"heh!" Nisa mengangkat dagu Maria dengan telunjuknya.
"berani ya lo merintah gue!"
"Kak Niss, Sorri tapi itu berlebihan"
Nisa menoleh, ternyata Simon.
"apa? kenapa ? Lo ga terima? Suka lo sama dia? Cantik? Iya? Pinter? Apa? Kenapa semuanya belain dia ?"
"bukan gitu kak, tapi..."
"apa lo liat liat? Seneng ada yang belain?" Nisa langsung membentak Maria ketika maria melihatnya.
Maria hanya menghembuskan nafasnya. Ia muak dengan drama ini.
"kak, mohon maaf sebelumnya. Jika berkenan, kakak langsung hukum saya saja. Tidak usah memperpanjang drama. Jika berkenan kembalikan barang punya teman saya, dan jika tidak yasudah saya tidak akan memaksa."
wajah Nisa memerah. 'anak ini berani beraninya, dihadapan semua orang dengan lantangnya berbicara seperti itu' reflek tanganya terangkat hendak menampar Maria, namun dengan sigap Rafi menahannya.
"tidak ada kekerasan fisik kak"
"Lo!!!" Nisa langsung pergi dari tempat itu.
Sedangkan Farel menghampiri Maria.
"sorry soal Nisa, dia emang kaya gitu. Hukuman lo gampang kok, lo bantuin tim DU buat bikin makan malam. Dan nati make up temen lo bakal dibaliki tentunya sesuai peraturan sekolah yakni membayar denda dan ditebus oleh orangtua/wali. Lo boleh infoin ke kelas lo. Dan setelah ini gue harap lo bisa kontrol kelas lo biar dikemudian hari ga terjadi lagi hal kaya gini."
Maria mengangguk mengerti. Ia melirik Simon yang sedari tadi menatapnya khawatir. Dan Farel menyadari itu. Setelah menyuruh Maria ke Dapur umum untuk menjalani 'hukuman' ia mendekati Simon seraya berkata
"natapnya gitu banget Monn.."
"eh.. Engg hehehe" Simon hanya tertawa kecil, sedangkan Cintia yang juga ada disana mulai curiga.
'apa jangan jangan pacarnya itu Maria yang barusan ya?' batinnya.
...****************...
Di Dapur umum, Maria sedang mengupas bawang bersama dengan ketua kelas lainnya yang juga 'dihukum'.
"galak banget sih si kak Nisa nisa itu, mentang mentang anak kepsek"
"ooohh anak kepsek ya? pantesan songong benget"
"gue dimarahin habis habisan tadi untung ada kak rafi yang belain"
"ih gue sama dong, dibelain kak Rafi. Emang omongan nya tuh yaa pedes banget!"
"bener banget, kaya nenek lampir "
"hahahaha" semuanya tertawa termasuk Maria.
"btw kak rafi keren benget ya, ganteng trus baik juga mau belain kita depan nenek lampir itu"
"iya sih, tapi gue sih tadi salfok sama temen disebelahnya jirr,, itu loh pembimbing kelas X-1. Kak Simon kalo ga salah namaya. Gantengnya beda aja gitu.."
"bener juga sih, tapi kaya yang pendiem gitu orangnya."
"wajahnya tuh kaya bersinar benget dibanding yang lainn. huaaaa syukaa.."
'ish apaan sih hadi ngomongin kak Mon' gerutu Maria dalam hati.
"Disuruh kerja malah ngegosp ya kalian!!"
teriak salah seorang kaka kelas.
semuanya langsung terdiam.
...****************...
Acara demi acarapun terlaksana dnegan lancar, ditegah kegiatan Nisa yang mesih dendam dengan Maria selalu berusaha menjatuhkan Maria didepan semua orang. Termasuk saat ini saat sedang renungan malam.
"semuanyaa mohon perhatian."
Ucap Nisa didepan semua orang. Semuanya menatap Nisa penuh perhatian
"Maria Anatasya lu juga maju kedepan!"
Maria menatap Simon, yang ada sebrannya dan setelah mendapatkan anggukan kepala dari Simon diapun maju kedepan.
"ini adalah contoh adik kelas tidak sopan. Kalian jangan sampai mencotoh dia. Mentang mentang dia cantik dan pintar, sok sok an berani ngelawan gue!"
Maria kaget, semua juga kaget.
Simon menyenggol Rafi,
"wait.. Kak Nis, ga gini caranya. Ini di luar konteks acara kita"
"apa sih, diem lo! Semuanya ga ada yang boleh ngomong kecuali gue!"
"dan lo!" Nisa menunjuk Maria.
"Lo ga pantes sekolah disini. Semua yang sekolah disini harus memiliki akhlak yang baik, terutama sopan santun, liat diri lo! Lo bahkan menegakkan kepala lo saat lagi begini. Apa ini sopan?" nisa menambahkan dan menatap semua siswa yang ada disana.
beberapa siswa hanya saling pandang, ada juga yang berbisik membela maupun menyalahkan Maria.
Sedangkan Maria, semakin menegakkan kepalanya dia menatap lurus kedapan.
"STOP!!" kali ini Farel yang berteriak.
"Maria kamu kembali lagi ketempat!"
"Rel, lo apaan sh, heh anak kurang ajar, sini lo. Gue belum selesai!" hardik Nisa.
Maria hanya mengedikkan bahunya tak peduli.
"Nis, ini diluar konteks acara. kita bicara diruangan. Mon lo lanjutin acaranya gue keruangan dulu" perintah Farel tegas.
"oke semuanya, sekarang kalian tonton film pendek ini ya, dan kalian renungkan apa yang menjadi pesan penting dari film ini."
Rafi menyalakan monitor dan semuanya lanjut menonton filem pendek tersebut. Filem yang menceritkan kisah perjuangan orang tua dalam mendidik dan membesarkan anaknya.
...****************...