Hot Summer Boyz yang diperankan oleh anggota group THE BOYZ : Hyunjae, Juyeon, Younghoon, Sangyeon, Sunwoo, Eric, Juhaknyeon, Jacob, Kevin, Changmin (Q), Chanhee (New) tentang sebelas cowok tampan yang sedang berlibur ke sebuah pulau tropis dan bertemu dengan gadis bernama Nikita serta dua sahabatnya, Echa dan Yesha.
Kehadiran para gadis ini yang nantinya bakal memicu cinta segitiga, momen manis, dan dinamika yang tak terduga.
⚠️Ini pengalaman musim panas yang tidak bisa kamu abaikan. HOT SUMMER BOYZ menunggu DEOBI! Let’s dive in!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sara Budi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 20 OMG Echa sama Sangyeon???
Langit dini hari di pantai perlahan berubah warna menjadi biru semu abu-abu. Ombak lembut bergulung-gulung, membawa suasana damai yang biasanya mampu menenangkan hati Echa. Tapi tidak untuk sekarang ini. Di ujung dermaga, Echa berdiri memandang lautan luas. Angin pantai memainkan rambut panjangnya yang terurai, tapi pikirannya terlalu penuh dengan bayangan Chan Hee dan pengakuannya beberapa jam lalu.
“Gue suka Younghoon”
Kata-kata itu terus menggema di telinganya, seperti rekaman rusak yang diputar berulang-ulang. Chan Hee, cowok yang selama ini selalu ada di dekat Younghoon, ternyata menyimpan perasaan untuk Younghoon.
“Gue bodoh banget. Kenapa gue malah kejebak cinta serba salah gini?!! Kalau ternyata Younghoon cowok sakit gimana? Gue jijik banget punya rasa sama dia!!! Apalagi malam itu, guekan udah lakuin itu sama Younghoon!” gumam Echa sambil menahan tangis. Dia menggigit bibir bawahnya, mencoba terlihat kuat di depan keramaian pantai. Tapi hatinya terasa seperti dihantam ombak besar.
Jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Echa memutuskan meninggalkan pantai. Dengan langkah berat, dia menyusuri jalan kecil menuju sebuah kafe kecil di tepi pantai yang sering dia datangi. Kafe itu punya suasana hangat dengan lampu-lampu gantung kecil yang berkilauan di malam hari. Dari kejauhan, musik akustik terdengar samar, menyatu dengan suara deburan ombak.
Saat tiba di sana, Echa langsung mencari tempat duduk di sudut dekat jendela yang menghadap ke laut. Pelayan mendekat dengan senyum ramah, tapi Echa tidak peduli.
“Tequila, satu botol” kata Echa tanpa basa-basi. Pelayan sempat ragu, tapi melihat wajah Echa yang kusut, dia akhirnya mengangguk dan pergi.
Echa meneguk tequila itu tanpa ragu begitu botolnya tiba. Gelas kecil yang disediakan malah dia abaikan. Setiap tegukan panas di tenggorokan rasanya seperti pelarian sesaat dari rasa sakit di hatinya.
Sangyeon baru saja keluar dari villa setelah lama teleponan sama pacarnya. Udara pantai malam itu sejuk, dan dia butuh waktu sebentar untuk menenangkan pikiran setelah percakapan yang cukup intens. Saat dia tidak sengaja berjalan melewati kafe, matanya menangkap sosok seseorang yang sangat familiar.
“Echa?” gumamnya pelan. Dia melihat gadis itu duduk sendirian di sudut, dengan botol tequila yang hampir habis di mejanya. Wajahnya memerah, dan gerak-geriknya tidak stabil.
Sangyeon mengerutkan dahi dan mendekat.
“Cha, lo ngapain di sini sendirian? Mabok banget, nih?” tanyanya sambil menarik kursi di depannya.
Echa mendongak perlahan. Matanya yang berkaca-kaca bertemu dengan pandangan Sangyeon.
“Oh, lo… Sangyeon. Duduk aja, gue nggak peduli. Kursi masih kosong kok” jawabnya dengan suara serak. Tangannya masih memegang botol tequila, mencoba menuangkannya ke gelas. Tapi tangannya gemetar, dan tequila itu malah tumpah ke meja.
Sangyeon langsung menarik botol itu dari tangannya. “Udah, Cha, lo udah kebanyakan. Ntar malah makin kacau”
Echa tertawa kecil, tapi tawanya terdengar pahit. “Kacau? Hidup gue udah kacau banget, Yeon. Apalagi yang mau gue pertahanin?” Dia menyandarkan kepalanya di tangan, tatapan kosong ke arah laut yang gelap. “Lo tau nggak sih rasanya dikhianati sama orang yang suka jeruk makan jeruk? Lo kayak nggak punya harga diri lagi tau nggak!!!”
"Ha? Jeruk makan jeruk? Maksudnya" Sangyeon bingung.
"Ahhhh!!!! Gue jijik Yeon" Echa tiba-tiba menangis.
Sangyeon menghela napas panjang. Dia tahu Echa sedang dalam kondisi terburuknya. Tapi ada sesuatu yang berbeda malam itu. Pakaian Echa, tank top hitam tipis dan celana pendek denim membuatnya terlihat lebih menggoda dari biasanya. Dengan wajah merah karena mabuk, Echa seperti orang yang berbeda.
“Echa, lo nggak bisa terus-terusan kayak gini” ujar Sangyeon sambil mencoba menjaga pandangan. Tapi matanya tanpa sengaja tertuju pada belahan dada Echa yang terlihat jelas saat dia bersandar di meja. Sangyeon langsung mengalihkan pandangan, tapi rasa canggung itu sulit diabaikan.
Echa tersenyum miring, menyadari perubahan ekspresi Sangyeon. Dia menegakkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke arah cowok itu.
“Yeon… lo gugup, ya? Kenapa? Gue nggak gigit kok” godanya sambil tertawa kecil.
Sangyeon tertegun. Hatinya berdebar keras, mencoba melawan pikirannya yang mulai melenceng. Dia buru-buru bangkit dari kursinya.
“Cha, lo udah harus balik. Gue anterin, yuk. Langitnya mulai petir tuh. Takut kejebak ujan"
Tapi Echa malah menarik lengan Sangyeon, memaksanya duduk lagi. “Gue nggak mau balik. Di rumah nggak ada siapa-siapa. Di sini aja sama gue” katanya dengan nada manja.
"Kan ada Nikita sama Yesha. Udah-udah pulang ya"
Suasana berubah semakin kacau. Sangyeon akhirnya membawa Echa keluar dari kafe setelah membayar semua tagihan. Di luar, angin malam membuat Echa sedikit sadar, tapi tubuhnya masih limbung.
“Lo beneran nggak apa-apa?” tanya Sangyeon khawatir.
Echa mengangguk, tapi matanya menatap Sangyeon dengan cara yang aneh. Ada sesuatu di balik tatapan itu yang membuat Sangyeon tidak bisa berpikir jernih.
“Yeon… kita cari tempat yang sepi, yuk” bisik Echa sambil tersenyum tipis.
Sangyeon menelan ludah. Logikanya mengatakan tidak, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tidak bisa menolak. “Cha, lo mabok. Lo nggak sadar apa yang lo bilang sekarang” ujarnya mencoba menenangkan diri.
Tapi Echa malah tertawa kecil dan mendekatkan tubuhnya ke Sangyeon. “Gue sadar kok, Yeon. Gue cuma mau lari sebentar dari semua ini”
Sangyeon akhirnya menyerah pada dorongan hatinya. Dengan hati-hati, dia membawa Echa ke sebuah losmen kecil di dekat pantai. Mereka berjalan dalam diam, tapi ketegangan di antara mereka semakin terasa.
Di dalam kamar losmen yang sederhana, Echa duduk di tepi ranjang sambil membuka sepatu dengan limbung. Sangyeon berdiri di dekat pintu, mencoba menenangkan pikirannya.
“Echa… kita nggak harus begini. Kalau lo cuma butuh temen cerita, gue bisa dengerin”
Tapi Echa menggeleng. Dia berdiri dan mendekati Sangyeon, memegang wajah cowok itu dengan kedua tangannya. “Yeon, jangan terlalu banyak mikir. Malam ini, gue cuma mau lo ada buat gue”
"Emangnya lo nggak bakal nyesel? Kita nggak pake pengaman loh"
"Engga!! Gue pokoknya mau rusak diri gue. Gue udah terlalu bodoh dengan kenyataan!"
"Bener"
"Iya"
Sangyeon yang hyper tidak bisa lagi melawan. Sangyeon melepas tali tanktop Echa dan menciumi area pundak Echa sedangkan Echa gantian membuka kaos poloshirt Sangyeon. Malam itu menjadi malam yang tidak akan pernah Sangyeon lupakan. Tapi di balik semua itu, hati kecil Sangyeon tahu, semuanya dimulai dari luka yang Echa coba sembuhkan dengan cara yang salah.
Esok harinya, Echa terbangun dengan tubuh yang terasa berat. Pandangannya kabur, dan saat dia sadar sepenuhnya, dia langsung terkejut. Dirinya tidur tanpa sehelai pakaian pun dan di sampingnya, Sangyeon masih terlelap dengan lengan melingkar di pinggangnya.
“Gue lagi mimpi, kan?” bisiknya, mencoba menyangkal kenyataan yang terpampang di depan mata.
Dengan gugup, Echa menepis tangan Sangyeon, membuat lelaki itu terbangun. Sangyeon membuka mata perlahan, lalu langsung terjaga sepenuhnya saat melihat Echa yang menatapnya dengan wajah pucat dan panik.
“Lo... Lo ngapain di sini?! Ini dimana?!!” tanya Echa dengan suara bergetar.
Sangyeon menegakkan tubuhnya dan duduk bersandar di kepala ranjang, lalu menarik napas dalam. “Cha, lo harus dengerin gue dulu. Gue bisa jelasin semuanya”
“Jelasin apa? Gue bangun kayak gini, lo di sini bareng gue, terus lo mau gue tenang?!” Echa mencoba menjaga nadanya tetap stabil, tapi matanya berkaca-kaca.
Sangyeon mengangkat kedua tangannya, mencoba menenangkan. “Oke, oke. Gue ngerti ini kelihatan salah banget. Tapi gak ada yang kayak lo pikirin, sumpah”
Echa menarik selimut lebih erat ke tubuhnya. “Gue harus tau apa yang terjadi semalem, Yeon. Gue gak bisa tenang sebelum lo jelasin semuanya”
Sangyeon menatap Echa dalam-dalam, seolah memastikan bahwa dia siap mendengar. “Semalem lo mabok berat, Cha. Gue tahu lo tipe cewek yang gak biasa minum, tapi gue liat lo minum tequila sebotol sendiri tanpa pikir panjang”
“Mabok? Gue gak inget sama sekali...” gumam Echa.
“Lo gak sadar, Cha. Lo lemes banget waktu gue bawa lo keluar dari sana"
Echa mengernyit, pikirannya berputar mencari kepingan memori yang hilang. “Terus... kenapa kita kayak gini?”
Sangyeon menunduk sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati. “Lo yang ngajak gue, Cha.”
“Apa?” Echa nyaris tidak percaya.
“Lo peluk gue, lo minta gue tetap di sini. Gue coba nolak, tapi lo terus bilang lo gak mau gue ninggalin lo”
Echa terdiam. Wajahnya memerah, dan dia tidak tahu harus berkata apa.
“Lo yang nyium gue duluan, Cha,” lanjut Sangyeon dengan nada pelan, seperti tidak ingin membuat keadaan lebih sulit. “Gue tahu gue salah karena gue gak menghentikan lo. Tapi.. gue gak bisa bohong. Gue... gue juga pengen lo”
Echa membeku di tempatnya. Kata-kata Sangyeon terdengar seperti sebuah pengakuan yang berat, tapi di sisi lain, ada kejujuran di sana yang sulit dia abaikan.
“Kenapa lo gak nyetop gue?” tanyanya pelan, matanya menatap Sangyeon dengan penuh keraguan.
“Karena hawa nafsu gue selalu muncul setiap liat lo, Cha,” jawab Sangyeon tanpa ragu. “Gue tahu ini salah. Gue tahu gue seharusnya gak ngelakuin ini dalam keadaan lo gak sepenuhnya sadar. Tapi gue gak bisa bohong ke diri gue sendiri. Gue horn*, dan lo... lo ngasih gue harapan semalem”
Air mata Echa mulai mengalir tanpa dia sadari. “Tapi lo tahu gue lagi gak sadar. Kenapa lo masih nekat aja?!!”
“Gue tahu dan gue gak akan nyalahin lo kalau lo marah sama gue sekarang! Tapi plis kalo lo bisa inget kejadian semalam, lo yang maksa gue buat rusak in tubuh lo!"
Hening menyelimuti kamar itu. Echa menunduk, mencoba memahami apa yang baru saja dia dengar. Hatinya kacau, tapi ada bagian kecil dari dirinya yang merasa Sangyeon tidak sepenuhnya salah.
Tak lama kemudian, Sangyeon memakai bajunya dan langsung pergi ke villa dengan wajah emosi. Saat Sangyeon menutup pintunya dengan keras, Echa masih diatas kasur dan dia menangis.
Bersambung.
Bagaimana tanggapan kalian?
■BANTU AUTHOR LIKE, FOLLOW, AND KOMENTAR YA🙏
GOMAWO CHINGU💙😉