"Sungguh ketulusan Cinta Allah kepada hamba-Nya tidak akan bisa dibandingkan dengan tulusnya cinta manusia kepada manusia. Namun, dengan menyebut nama Allah aku Raihan Raam Jaya begitu tulus ingin mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan berniat mengkhitbahmu sekarang juga Hasna."
"Aku minta tolong buk Par untuk memberitahumu agar kamu bisa menikahi ku segera. Tapi nyatanya kamu lah yang duluan menyampaikannya. Awalnya aku bahagia saat mendengar ucapan mu.. tapi sekarang aku tak tahu Rai.. apa aku harus menerima lamaran mu atau tidak?"~ (Hasna)
Raihan dan Hasna sama-sama mengalami masa lalu yang menyakitkan, Allah seolah ingin menyatukan mereka melalui musibah yang menimpa mereka yaitu tenggelam di danau kembar.
Butir butir cinta air mata Hasna, akankah Muhasabah Cinta Hasna membawa ia berumah tangga dengan Raihan kelak? Yuk ikuti kisah nya..! Dan mohon dukungannya ya sobat...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadih Hazar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCH 12
"Sungguh ketulusan Cinta Allah kepada hamba-Nya tidak akan bisa dibandingkan dengan tulusnya cinta manusia kepada manusia. Namun, dengan menyebut nama Allah aku Raihan Raam Jaya begitu tulus ingin mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan berniat mengkhitbahmu sekarang juga Hasna."
Mereka yang tak menyadari bahwa Raihan sudah berdiri di dekat mereka seketika kaget mendengar ucapan spontan dari Raihan tersebut.
Raihan yang tadinya sudah tidur terbangun begitu mendengar suara Yulia yang cempreng. Ia langsung keluar kamar dan berjalan mendekati mereka saat mendengar Yulia mengucapkan kata-kata bahwa ada seseorang yang berharap menjadikan Hasna pendamping, dan Raihan takut keduluan oleh laki-laki itu.
Bahkan Raihan ingin segera menikahi Hasna karena dari beberapa cerita tentang Hasna yang ia dapat dari Buk Par dan dari perdebatan Hasna dengan Roby di tepi danau, Raihan bisa menyimpulkan bahwa Hasna belum sempat digauli Roby, itu artinya "seorang wanita yang diceraikan sebelum dicampuri tidak ada masa iddah dan suami tidak boleh rujuk atau kembali kecuali dengan akad nikah yang baru." (PP 9/75 pasal 39 ayat 2)
"Ada apa ini? Raihan, kenapa kamu begitu berani melamar anak gadis orang tanpa sepengetahuan Mama dan Papa? Belum cukup kah kamu membuat Mama shock karena kamu yang hilang di Danau, lalu sekarang kamu membuat Mama shock kembali, ceritakan Raihan apa sebenarnya yang terjadi?" Ujar Bu Lena dengan suara lantang yang ternyata sudah berada di sana. Karena nggak sabaran ingin melihat kondisi putranya, ia menyelonong saja masuk ke dalam rumah Pak Ahmad itu.
"Raihan..." Raihan hendak bicara namun ucapan nya terpotong oleh suara buk Par yang muncul dari arah dapur.
"Maaf orang tua Raihan sudah datang ya.. silahkan duduk dulu Bu, Pak dan nak Hery bantu ibu mengambil kursi di belakang ya.." Ucap Buk Par dengan ramah. Di tangannya sudah ada nampan berisi minuman dan kue Kareh-kareh cemilan khas Minangkabau daerah Alahan Panjang atau tepatnya kabupaten Solok itu untuk disuguhkan pada tamunya. Buk Par memang sengaja membuatnya lebih karena ia tahu orang tua Raihan yang akan datang sebentar lagi dari cerita Hery saat mereka sarapan bersama. Dan benar saja perkiraan buk Par tepat, mereka sudah ada di sana.
"Baik bu.." Sahut Hery seketika, kemudian berjalan ke belakang, dan dengan cepat ia kembali ke ruang depan membawa dua buah kursi kayu.
Bu Lena duduk di dekat Yulia dan Hasna di sofa panjang, sedangkan Pak Raam duduk di samping Haikal. Sementara Raihan dan Buk Par duduk di kursi yang diambil Hery.
"Silahkan dinikmati dulu minuman nya bu, pak, selagi hangat... Nak Haikal dan Yulia juga, silahkan..." Buk Par menawari mereka untuk minum terlebih dahulu.
"Nak Hasna, jika nak Raihan ingin minum bantu ambilkan di belakang ya.."
Hasna yang masih shock tak mendengar ucapan Buk Par, Hasna seperti sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Her, kamu mau kemana? Mama mau kamu tetap disini, Mama juga mau minta kejelasan dari mu.."
Hery yang hendak pamit pulang ke rumah Omnya seketika mengurungkan niatnya saat Mama Raihan berucap.
"I-iya Ma.." Jawab Hery tergagap. Ia seperti tampak khawatir akan kemarahan Mama Lena atas sikap Raihan yang seenaknya dan berimbas padanya.
"Kalau gitu kami ingin permisi pulang saja buk Par.. Permisi Pak Buk..." Haikal segera bangkit dari duduknya, ia mengatupkan kedua tangan di dadanya tanda menghormati Pak Raam dan Bu Lena. Yulia yang melihat kakaknya berdiri, ia juga langsung berdiri, ia pun melakukan hal yang sama dengan kakaknya. Mereka seolah canggung dengan kondisi tersebut. Haikal ingin segera pergi jauh dari situ. Ia tampak kesulitan menyembunyikan perasaannya yang tiba-tiba kecewa mendengar perkataan lamaran Raihan pada Hasna. Begitu juga dengan Yulia yang tentunya juga kecewa karena ia sangat berharap kakaknya yang duluan melamar Hasna dan menjadikan Hasna istri kakaknya itu.
Buk Par yang tidak tahu langsung mengiyakan saja karena buk Par hanya langsung kepikiran mereka pulang karena merasa canggung saja dengan keluarga Raihan yang baru datang.
"Jadi ibu yang menolong anak kami, kami benar-benar mengucapkan banyak terimakasih." Pak Raam membuka percakapan diantara mereka.
"Sama-sama Pak, kami senang bisa membantu nak Raihan dan juga nak Hasna.." Buk Par dengan sengaja memperkenalkan Hasna pada orang tua Raihan.
"Oh ya pak Ahmad mana ya bu?"
"Ooh kebetulan beliau sedang berada di ladang Pak, panen bawang.."
"Kalau gitu saya mau nyusul Pak Ahmad saja."
"Lho Pa, kenapa pergi?"
"Mama bicara saja dulu sama mereka, Papa nanti tunggu cerita nya saja."
"Ya Allah Pa.. Papa selalu saja begitu, menyerahkan semua urusan Raihan sama Mama.." Ucap Bu Lena cemberut pada Pak Raam.
"Sssst apa Mama nggak malu sama calon mantu.. wajah cemberut gitu.. Dah.. Papa mau pergi dulu cari udara segar diluar, sekalian mau ngobrol sama Pak Ahmad dan Omnya Hery, kata Hery Omnya juga lagi di ladang. Dan ladang mereka berdekatan kan Her?"
"Eh, i-iya Pa.. mau aku hantar sekalian Pa.." Ucap Hery yang sudah ingin melarikan diri dari situ.
"Siiplah kita berangkat Her.. pamit ya bu.." Ujar Raam kemudian berjalan keluar rumah itu.
"Siap Pa.." Ucap Hery cepat, ia memang sudah terbiasa memanggil orang tua Raihan itu dengan sebutan Mama dan Papa seperti Raihan.
Raihan dan Hasna hanya diam. Mereka mencoba mengontrol perasaan mereka masing-masing.
Hasna sempat melihat wajah Haikal saat ia pamit pulang, Hasna bisa merasakan kalau yang dimaksud Yulia orang yang ingin menjadikan ia sebagai pendamping hidupnya adalah Haikal kakaknya Yulia. Sedangkan Hasna dari dulu hanya menganggap Haikal sebagai kakaknya saja.
Sedangkan Raihan setelah mengucapkan kata-katanya itu, ia seolah takut bila Hasna ternyata menolaknya dan Mamanya juga tak merestuinya.
"Maaf Bu Par, saya yakin Bu Par tahu permasalahannya, bisa tolong ibu ceritakan pada saya bu, sepertinya anak ini sudah terkunci mulutnya dari tadi hanya diam." Ucap Bu Lena yang matanya mengarah pada putranya itu namun putranya itu tampak tak bereaksi sama sekali.
"Begini Bu Lena, sebenarnya saya juga mau bercerita banyak hal tentang mereka pada Ibu, tapi alangkah baiknya kita mengobrol berdua saja."
"Ok lah bu.. Kita bicara dimana bagusnya."
"Mari bu, kita duduk di meja makan saja?"
Bu Lena pun bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti buk Par.
Raihan dan Hasna pun tampak semakin canggung karena mereka hanya tinggal berdua sekarang di ruangan itu.
"Na.."
Raihan memanggil Hasna sangat pelan hingga Hasna tak mendengar panggilan Raihan tersebut.
"Rai"
"Na"
"Aku mau bicara padamu.." Ucap mereka secara berbarengan.
TBC..
semudah itu ya klo orang jht dpt alamat orang lain....hawdeeh thor
tenang aja,ado cowok kota yang lagi jalan ke alahan panjang, dia kayaknya jodoh kamu deh
🤭