Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. siapa dia kakak?
“Fiona mengapa kau tidak memakan makanan mu mhm?” Tanya Robert dengan khawatir.
“Aku tidak nafsu makan ayah...” gumamnya, Ia memainkan sendoknya mengaduk-aduk sup di dalam mangkuk dengan malas.
“Tidak boleh seperti itu sayang, jangan memainkan makanan, ayo satu suap saja.” Rosella mengambil sendok dari genggaman Fiona perlahan. dia menyendokkan Kentang berisi dengan kuah sop mendekatkannya ke mulut putrinya. “Ayo sedikit saja.”
Namun Fiona justru menolak, Ia menggelengkan kepalanya perlahan menjauhkan tangan Rosella darinya.
Rosella hanya bisa terdiam kembali meletakkan tangganya, dia menoleh untuk melirik Robert dengan ekspresi wajah khawatir terlihat di wajahnya cantiknya.
Robert segera bergeser mendekatkan dirinya kepada Fiona.
“apa itu karena Sopnya tidak enak?” Robert menyendokkan sedikit daging dari mangkuk milik Fiona, Ia perlahan mendekatkannya ke arah Hidungnya seolah akan mencari sesuatu yang aneh, namun yang hanya tercium aroma kelezatan di sana.
“Aku bisa meminta pelayan untuk Mengganti hidangannya jika Fiona tidak suka.” Ujar Kevin.
“jangan terlalu manja Fiona.” Ketus Gisella di sela-sela kunyahannya.
Mendengar perkataan Gisella, Robert meliriknya dengan sinis sesaat. Ia kembali mengalihkan perhatiannya kepada Fiona.
“Aku tidak selera makan ayah.” gumam Fiona sambil menundukkan kepalanya.
“tidak selera? Tapi kau harus makan sayang, sedikit saja ya.”
Fiona menggelengkan kepalanya perlahan.
“ibu aku ingin tambah lagi.” Fiora mengangkat piringnya tinggi-tinggi berniat menyodorkan piring kosong di tangganya kepada ibunya.
Rosella tersenyum hangat mengambil piring dari tangan Fiora, dengan beberapa sendokkan kecil, Ia memberi piring kembali yang sudah terisi dengan sop kepada Fiora.
“terima kasih ibu.” Ucap Fiora.
“sama-sama sayang, nikmati makanan mu.” balas Rosella, Ia menyeka beberapa tetesan SOP di sela-sela bibir Fiora yang sedang makan.
“apa kau ingin ayah memasakkan makanan kesukaan mu sayang, ayah akan membuatkannya sekarang juga.” Gumam Robert.
“Tidak ayah, aku tidak ingin apa-apa.”
Mendengar penolakan lagi dari bibir Fiona. Robert hanya bisa menghela nafas panjang sambil mengusap pelipisnya dengan pasrah.
“bagaimana jika Fiona pergi bersama kakak Aaron.” saran Kevin, Ia melirik ke arah putranya dengan anggukan kecil.
“untuk apa mereka pergi Kevin, bukan saatnya untuk bermain.” celetuk Robert.
“kakak Aaron memiliki banyak manisan serta kue di kamarnya, jadi Fiona memakan itu saja ya.” Senyum Kevin mengabaikan protes Robert di hadapannya.
“tidak, Fiona tidak boleh makan manisan dengan berlebihan itu tidak baik untuknya.” Robert mengambil beberapa potongan buah apel di piringnya lalu mendekatnya kepada kearah Fiona.
“Ayah aku ingin makan kue manis sedikit saja, aku mau itu.” Pinta Fiona menatap ayahnya dengan mata memohon.
“tapi Fiona ini Masi sangat pagi setidaknya makan nasi sedikit saja dulu, jika tidak ayah tentu saja tidak mengizinkannya.” dengan nada tegas Robert mengucapkannya.
Senyuman kecil terbentuk di bibir Aaron saat dia menyaksikan Fiona yang sedang di marahi oleh ayahnya.
“aku akan maka sedikit, lalu ayah akan membiarkan ku kan.” Fiona segera membuka mulutnya dengan lebar-lebar.
“Itu dia gadis ayah yang baik.” Robert menyendokkan sedikit nasi yang di sudah terbenam dengan kuah sop, kemudian menyuapi putrinya dengan suapan besar.
Fiona mengunyah nasi di dalam mulutnya dengan sangat cepat menelan kali, Ia turun dari kursinya segera berlari ke arah bangku Aaron di seberangnya.
“tunggu Fiona, Masi ada beberapa suapan lagi setelah itu baru boleh pergi.” Ucap Aaron.
Fiona mengabaikan ucapan ayahnya, menarik tangan Aaron dengan keras.
“Kakak ayo, aku ingin makan kue yang manis.” Rengeknya.
Aaron menatap Robert dengan diam seolah meminta izin di sana untuk membawa Fiona pergi bersamanya.
“Baiklah pergi saja, apa pun untuk membuat Fiona senang.” desah Robert pasrah.
“kami akan pergi sekarang paman, ayah dan juga bibi.” Pamit Aaron, Ia perlahan berdiri dari kursinya menggenggam tangan Fiona dengan erat.
Mereka berdua pun berjalan pergi meninggalkan ruang makan.
“kakak mengapa ada banyak kue manis di kamar mu.” tanya Fiona dengan polos.
“Ah.. itu.” Aaron tampak kebingungan di wajahnya, Ia tahu bahwa ayahnya sudah berbohong kepada Fiona agar menghilangkan kesedihan yang terjadi.
“Kakak.” gumam Fiona memanggil Aaron lagi.
Aaron segera tersadar dari lamunannya, Ia menundukkan sedikit wajahnya untuk menatap Fiona dengan tersenyum.
“aku punya banyak di kamar Fiona, jangan khawatir ya.” Balasnya sambil mengelus-elus rambut Fiona.
Fiona tersenyum lebar dengan anggukan semangatnya, Ia memegangi erat tangan Aaron berjalan melihat-lihat sekeliling ruangan.
Saat mereka melewati ruangan kosong. Suara samar tangisan terdengar di dalamnya, Aaron dan juga Fiona segera menoleh dengan perasaan gugup sekaligus takut.
“apa itu kakak, aku mendengarnya.” Bisik Fiona.
“Tunggu di sini oke, aku akan memeriksanya sendiri.” Aaron perlahan mencoba melepaskan genggaman Fiona kepadanya.
“tidak, jangan kakak, aku ikut.” Pinta Fiona dengan wajah sedih kepada Aaron.
Aaron segera terdiam dengan perasaan yang bercampur aduk di hatinya, Ia takut akan Fiona yang bisa saja terjadi sesuatu di dalam sana, namun menolak Fiona juga membuatnya tidak tega.
“Baiklah tapi tetap di belakang ku oke, jangan bertindak sesukamu mengerti aku Fiona.” Ucap Aaron.
Fiona menganggukkan kepalanya perlahan tanda setuju.
Dengan hati-hati, Aaron melangkahkan kakinya ke dalam ruangan perlahan, melihat sekeliling yang kosong, saat mereka berdua mencapai di tengah ruangan, Fiona melirik ke sudut tembok, terlihat seorang gadis remaja menangis di sana dengan meringkuk, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“Kakak dia siapa.” Tanya Fiona saat menunjuk ke arah gadis itu.
Aaron mengerutkan keningnya segera menarik Fiona untuk di bersembunyi di belakangnya.
“Ayo ke sana kakak, dia sepertinya sedang sedih.”
Ragu-ragu Aaron melangkahkan kakinya tanpa suara mendekati sosok yang terpojok itu.
Saat mereka berdua hampir sampai, Aaron berniat mengulurkan tangannya untuk menyapa, begitu Aaron tangan Aaron menyentuh ujung lengan wanita itu.
Wanita itu segera tersentak, dia mengangkat wajahnya dengan mata berlinang.
“ternyata itu kau.” desis Aaron saat berhadapan langsung.
"siapah dia kakak."