Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Pak Romi langsung menarik Roy dengan kasar dan membawanya keluar dari toko.
"Apa yang sudah kamu lakukan sama mantu saya?" tanya Romi dengan nada keras.
"Saya hanya menolong Anjani, Pak Romi," sahut Roy.
"Apa maksud kamu?" tanya Romi lagi.
Lalu di dalam toko, Tania berusaha membangunkan Anjani yang pingsan.
"Anjani, bangun Anjani. Hey, bangun Nak ...."
Tania mengambil minyak kayu putih dalam tasnya untuk membangunkan Anjani. Tak butuh lama, akhirnya Anjani terbangun.
"Akhirnya kamu sadar juga," ucap Tania.
"Mama," sahut Anjani memegang punggungnya yang sakit.
"Kamu nggak papa?" tanya Tania.
"Saya ..." Anjani mengingat kejadian sebelumnya.
"Anjani," panggil Tania.
"Aikh." Anjani meringis sakit dibagian punggungnya.
"Punggung kamu sakit?" tanya Tania.
"Iya, Ma, sakit." Anjani terlihat meringis.
"Ya sudah, ayo bangun." Tania membantu Anjani bangun, "kamu rebahan dulu di sofa."
"Makasih, Ma."
"Sama-sama, sekarang Mama mau tanya sama kamu. Kenapa bisa pingsan?"
"Saya baru aja sampai di toko tapi tiba-tiba ada yang mukul di belakang saat membuka toko."
"Berarti ada orang yang ingin menyakiti kamu."
"Saya nggak tahu, Ma."
"Sebentar," ucap Tania lalu memanggil suaminya. "Mas, sini masuk, ajak juga si Roy."
"Roy, Mas Roy ada disini?" tanya Anjani.
"Iya, Anjani," sahut Tania.
Romi pun mengajak Roy untuk masuk. "Kalau sampai terbukti menyakiti Anjani, habis kamu!"
"Jangan mengancam saya seperti itu, kalimat yang Pak Romi berikan itu lebih cocok untuk Gavin Anderson!" sarkas Roy.
"Cihh!" decih Romi langsung masuk dan diikuti oleh Roy.
Romi mendekati Anjani. "Kamu nggak papa?"
"Saya nggak papa," sahut Anjani, "kenapa Papa bisa ada disini?"
"Mama yang ngajak," ucap Tania.
"Papa nggak nyangka kamu punya toko sendiri, apalagi dibidang seni." Romi menunjukkan kekagumannya.
"Ini hanya toko kecil," ucap Anjani merendah.
"Toko kecil tapi hasilnya bagus," puji Tania, "oh ya, Mas. Lukisan yang aku pajang di dinding itu hasil lukisan Anjani loh."
"Oh ya, bagus banget."
"Kan sudah aku bilang, mantu kita ini banyak bakatnya."
"Sudah mau calon mantan," gumam Roy dan Romi mendengarnya.
"Kamu bilang apa tadi?" tanya Romi dengan sorot mata yang tajam.
"Nggak ada," sahut Roy, "oh ya, An, kamu punya cctv nggak didepan?"
"Ada kok, kebetulan tersambung juga sama komputer di dalam ruang kerja saya."
"Saya boleh lihat nggak?"
"Boleh, kamu masuk aja."
"Ya sudah, makasih yah."
Romi bertanya, "Kamu izinin dia masuk ke ruang kerja?"
"Iya, Pa."
"Kamu gila yah!"
"Enggak Pa, Mas Roy baik orangnya."
"Kamu jangan tertipu penampilan luar, Anjani!"
"Saya belajar dari penampilan Gavin, Pa. Wajah yang polos, bukan berarti selalu baik. Begitu juga wajah sangar, dia ada harapan."
Romi langsung terdiam mendengar ucapan Anjani, begitu juga dengan Tania.
"Ya sudah, Papa susul Roy."
"Iya, Pa."
Roy sangat kesal karena muka pelaku tertutup masker. "Sial!"
"Ada apa?" tanya Romi saat masuk.
"Seseorang dengan sengaja memukul punggung Anjani dari belakang," sahut Roy.
"Maksud kamu ada orang yang sengaja mencelakai Anjani?" tanya Romi.
"Iya, Pak Romi," sahut Roy.
Romi kemudian melihat rekaman di cctv, ternyata Roy yang menolong Anjani.
"Saya nggak bisa membiarkan Anjani dalam bahaya begini," ucap Roy.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Romi.
"Kalau boleh saya ingin mengawasi Anjani dari jauh," sahut Roy.
"Apa itu nggak mengganggu Anjani?"
"Pak Romi, mengawasi dari jauh dan jangan beritahu Anjani."
"Boleh juga, saya juga akan menyuruh orang untuk mengawasi Anjani."
"Itu terserah Om, yang penting demi kebaikan Anjani sendiri."
Selagi mereka berdua bicara di dalam, Tania bertanya, "Itu pelipis kamu kenapa?"
"Kemarin ada orang juga yang mau masuk ke rumah saya," ucap Anjani.
"Apa!" sahut Tania terkejut.
"Saya juga enggak tahu, akhir-akhir ini banyak yang aneh."
"Kamu tinggal dimana? Mama harus tahu alamat rumah kamu?"
"Jalan Melati Putih, Komplek Sukajaya Nomor 17."
"Kamu tinggal disana?" tanya Tania tidak percaya.
"Iya," sahut Anjani.
"Anjani, sebaiknya kamu tinggal di rumah Mama aja."
"Nggak bisa, Ma ...."
"Kenapa sih, nolak terus!" kesal Tania.
"Saya sudah nyaman tinggal di rumah sendiri."
"Ya tapi, kan kamunya juga dalam bahaya. Kemarin aja kamu bilang ada orang yang mau nyelakain sampai pelipis berdarah, lalu sekarang mau diculik! Kamu nggak takut?"
"Saya ingin tahu, siapa yang mau mencelakai saya, Ma."
"Itu sudah pasti Alexa!"
"Kita nggak bisa langsung menuduh ke Alexa tanpa bukti."
"Tapi Mama yakin itu Alexa!"
"Terserah, Mama. Yang penting bagi saya, mencari tahu itu lebih bagus."
"Kamu ini terlalu polos Anjani!" kesal Tania, "sudah jelas kalau Alexa itu nggak baik."
Lalu Romi dan Roy keluar, mereka kembali ke ruang tamu.
"Anjani, apa kamu punya musuh?" tanya Romi.
"Kalau musuh itu waktu dulu jadi guru aja," sahut Alexa.
"Siapa?" tanya Romi yang sebenarnya sudah tahu tetapi ingin mendengar langsung dari Anjani.
"Gavin, Alexa, Dara, Sinta," sahut Anjani.
"Hah!" ucap Tania terkejut, "maksudnya ini apa?"
"Ma, sebenarnya saya sudah mengenal Gavin dari dulu."
"Apa!" teriak Tania.
"Maaf, Ma," ucap Anjani, "dulu waktu SMA kami sering ingin saling menyerang." Anjani menceritakan semuanya kepada Tania.
"Jadi Gavin ...."
"Iya, Ma, sekarang Dara sudah berubah begitu juga dengan Sinta."
"Apa Gavin tahu kalau dia?" tanya Romi.
"Enggak tahu," sahut Anjani, "ini semua permainan Alexa."
"Maksudnya?" tanya Tania.
"Alexa menjebak mereka bertiga saat kelulusan SMA," sahut Anjani, "untuk mengancam Dara dan Sinta, Alexa menggunakan video untuk membuat mereka patuh."
"Keterlaluan!" maki Tania, "apa orang tua kamu tahu akan hal ini?"
"Semua ucapan saya itu nggak akan pernah bisa dipercaya sama mereka."
"Orang tua macam apa mereka itu!" kesal Tania.
"Ma, baik saya ataupun Gavin nggak saling mencintai. Cuma, saya akan dukung Mama untuk menyadarkan Gavin. Alexa bukan perempuan baik, dia hanya menjadikan Gavin atm berjalan. Kalau Mama ingin tahu, Alexa sudah punya pacar yang bernama Raka. Hanya saja ...."
"Apa An?" tanya Tania dan juga Romi, sedangkan Roy hanya menyimak.
"Gavin sudah mencintai Alexa dengan sangat tulus, sampai ia nggak sadar kalau hanya dimanfaatkan."
"Gavin," ucap Tania khawatir.
"Anjani, kamu bilang tadi Alexa punya pacar selain Gavin. Apa kamu tahu dimana alamat rumahnya?" tanya Romi.
"Raka itu pinter banget, dia tinggal pindah-pindah biar nggak bisa dikejar. Saya dulu pernah hampir dibunuh sama dia," sahut Anjani.
Tangan Roy mengepal mendengar cerita Anjani, ia yakin pria yang memukul punggung Anjani adalah Raka.
"Raka, saya akan mencari kamu sampai ke lubang cacing!" batin Roy.
Dara saat ini berada di rumah Sinta. "Ada yang ingin aku omongin, ini tentang Alexa dan Gavin juga Raka."
"Apa?" tanya Sinta.
BERSAMBUNG
luar binasa Gavin ini
bener2 penjahat kelamin
😡😡😡😡
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍