Nia tak pernah menduga jika ia akan menikah di usia 20 tahun. Menikah dengan seorang duda yang usianya 2 kali lipat darinya, 40 tahun.
Namun, ia tak bisa menolak saat sang ayah tiri sudah menerima lamaran dari kedua orang tua pria tersebut.
Seperti apa wajahnya? Siapa pria yang akan dinikahi? Nia sama sekali tak tahu, ia hanya pasrah dan menuruti apa yang diinginkan oleh sang ayah tiri.
Mengapa aku yang harus menikah? Mengapa bukan kakak tirinya yang usianya sudah 27 tahun? Pertanyaan itu yang ada di pikiran Nia. Namun, sedikit pun ia tak berani melontarkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Tamu Spesial.
Saat ini Nia sedang duduk di ruang tv, menonton televisi bersama ketiga bibi. Namun, pikirannya melayang entah kemana. Ia masih bertanya-tanya dalam hati, apa salahnya? Mengapa Faris bisa marah padanya, apakah ada kesalahan lain atau ada masalah lain di luar rumah dan melampiaskan padanya. Menurutnya, melihat foto itu bukanlah sebuah kesalahan, dia hanya melihatnya bukan merobek atau melepas dari tempatnya, tak merusaknya sama sekali.
Nia terus memindah memindahkan channel tv dan tak tahu harus menonton acara tv apa, membuat bi Nining dan juga Bi Tuti yang ada disana hanya saling pandang dan mengangkat bahunya, melihat sikap majikan yang terlihat berbeda dari saat pertama ia datang.
Bi Nining mencoba menghampiri Nia, duduk di sampingnya.
"Ada apa, Bu? Apa ibu menginginkan sesuatu?" tanya bibi dengan hati-hati, mungkin saja majikannya itu ingin sesuatu, tapi tak mau meminta kepada mereka, membuatnya berinisiatif untuk menawarkan bantuan.
Nia ingin bercerita. Namun, ia kembali mengurunkan niatnya, "Nggak apa, Bi. Aku hanya ingin pelikan ibu," ucapnya menjadikan ibunya sebagai alasan kegalauannya, membuat Bi Nining pun hanya mengangguk,
"Memang seperti itu,Bu. Jika orang baru menikah, mereka baru meninggalkan keluarganya, tapi jika sudah lama akan terbiasa," jelas Bi Nining.
Disaat mereka sedang berbincang, terdengar suara bel. Kemudian mereka semua menoleh ke arah pintu, saat terdengar suara bunyi bel tersebut.
"Bi, apa itu Mas Faris?" tanya Nia yang berfikir mungkin saja suaminya itu kembali setelah menyadari kesalahannya yang telah membentaknya tadi.
"Biar saya yang lihat dulu, Bu," ucap Bi Tuti langsung berjalan keluar dan membuka pintu untuk tamunya, ternyata tamu yang datang adalah seluruh keluarga besar Faris, ada ibu, ayah, nenek, kakek, Buyut, Farhan, dua tante, dua paman dan beberapa keponakannya.
Di rumah Faris, ikut tinggal dua orang tante, satu adik dari ibunya dan adik dari ayahnya. Mereka masing-masing memiliki 2 orang anak yang membuat rumah mereka menjadi sangat ramai itulah sebabnya Faris ingin mendekatkan diri dengan Nia dengan membawanya ke apartemen itu, agar mereka bisa berduaan dan lebih akrab lagi, mengingat mereka bahkan belum saling mengenal lebih dekat sebelum menikah.
Bi Tuti langsung membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan para tamunya untuk masuk.
Bi Tuti dan para keluarga Faris sudah sangat akrab, dengan majikan mereka walaupun status mereka pembantu. Namun, mereka dianggap menyakiti sekeluarga itu, kepada semua keluarga besar Faris kehangatan keluarga juga mereka rasakan saat seluruh keluarga besar berkumpul seperti pagi ini, tapi tanpa Faris.
Nia yang masih duduk dan bersandar di sandaran sofa yang ada di ruang tv, langsung berdiri saat melihat siapa tamu mereka, begitu pun dengan Bi Ani dan Bi Nining. Mereka juga langsung menyambut keluarga majikan mereka yang begitu baik.
Nia yang sudah tahu mereka semua adalah keluarga besar Faris, langsung menghampiri kedua orang tua yang Nia tau Adalah Neneknya dan menyelami mereka semua, begitu pun dengan Farhan dan juga para keponakannya menghampiri Nia..
"Bu, ibu kok nggak bilang sih jika mau datang, jika kami tahu kami akan membiat jamuan untuk kalian," ucap Nia gugup, ia merasa tak enak, dimana penampilannya saja sangatlah berantakan dan masih memakai pakaian kaos biasa.
"Ngapain juga kami harus bilang dulu, ini kan juga rumah kami, kamu adalah anak kami jadi, jadi untuk apa kami beritau dan tak udah menyambut kami secara berlebihan.