kisah seorang siswi perempuan yang tidak tertarik dengan apapun akhirnya menyukai seorang lelaki yaitu kakak kelasnya,hari demi hari ia lewati tana menyapa ataupun yang lain.hanya sebatas melihat dari jauh orang yang di kaguminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myz Yzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERJAUHAN
Hari-hari berlalu sejak kepergian Nabil, dan Yana mulai merasakan kekosongan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Meski begitu, ia berusaha mengisi waktu dengan belajar, ikut kegiatan sekolah, dan menjaga hubungan mereka melalui pesan dan panggilan video. Setiap malam, sebelum tidur, ia memegang liontin pemberian Nabil, mengingatkan dirinya pada janji yang telah mereka buat.
Di sisi lain, Nabil sibuk dengan kehidupan barunya di universitas. Tugas-tugas yang menumpuk dan lingkungan yang asing menuntutnya untuk cepat beradaptasi. Meski terkadang lelah, ia selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi Yana. Baginya, mendengar suara Yana adalah sumber semangat yang tak tergantikan.
Namun, jarak mulai menunjukkan tantangannya. Koneksi yang buruk, jadwal yang padat, dan perbedaan aktivitas sering kali membuat komunikasi mereka terputus. Suatu malam, setelah beberapa kali panggilan tak terjawab, Yana merasa frustasi. Ia duduk di kamar sambil memegang ponselnya, menatap layar kosong.
"Kenapa rasanya sulit banget, ya?" gumamnya pada diri sendiri.
Di saat yang sama, Nabil juga merasa bersalah karena sering tidak bisa memberi waktu yang cukup untuk Yana. Di sela-sela kesibukannya, ia menulis pesan panjang untuk Yana. “Maaf kalau aku nggak selalu ada, Yan. Aku nggak mau kamu merasa sendiri. Aku tahu ini berat, tapi aku janji kita akan melewati ini. Kamu tetap yang terpenting buat aku.”
Pesan itu membuat Yana tersenyum, meskipun air matanya masih mengalir. Ia tahu bahwa Nabil sedang berjuang keras untuk mimpinya, dan ia tak ingin menjadi beban bagi laki-laki itu. Dengan tekad baru, Yana memutuskan untuk mendukung Nabil dengan lebih kuat.
---
Beberapa bulan berlalu, dan hubungan mereka mulai menemukan ritme baru. Mereka merencanakan waktu khusus setiap akhir pekan untuk berbicara panjang lebar, berbagi cerita tentang hari-hari mereka, dan menguatkan satu sama lain. Yana mulai menulis surat untuk Nabil, mengirimkan pesan-pesan penuh cinta yang diselipkan dengan gambar-gambar kecil. Nabil, di sisi lain, sering mengirimkan foto-foto pemandangan kota barunya, berharap Yana bisa merasakan sedikit bagian dari dunianya.
Namun, tantangan tak berhenti di situ. Suatu hari, seorang teman kampus Nabil, seorang gadis bernama Dita, sering terlihat bersama Nabil. Dita adalah sosok yang ceria dan sering membantu Nabil dalam tugas-tugas kelompok. Beberapa teman Yana yang kebetulan mengenal Nabil di media sosial mulai bercerita tentang kedekatan mereka.
“Yan, kamu nggak khawatir, ya? Aku lihat mereka sering banget bareng,” kata salah seorang teman Yana suatu siang.
Yana berusaha menepis keraguan. “Nggak kok, aku percaya sama Kak Nabil.”
Meski berkata demikian, benih kecemasan mulai tumbuh dalam hatinya. Malam itu, Yana menghubungi Nabil.
“Kak, aku mau nanya sesuatu,” katanya hati-hati.
“Apa, Yan?” jawab Nabil, suaranya terdengar lembut.
“Kakak sering bareng sama Dita, ya?” tanyanya sambil menggigit bibir.
Nabil terdiam sejenak, lalu menjawab dengan jujur, “Iya, Yan. Tapi nggak ada apa-apa antara aku dan dia. Dia cuma teman satu kelompok. Aku ngerti kalau kamu khawatir, tapi aku janji, nggak ada yang perlu kamu takutkan.”
Yana menghela napas lega, meski hatinya masih sedikit goyah. Ia memilih percaya pada Nabil, seperti yang selalu mereka janjikan. Ia tahu bahwa rasa percaya adalah fondasi hubungan mereka.
---
Waktu terus berlalu, hingga tiba liburan semester pertama Nabil. Yana menanti hari itu dengan penuh semangat. Ketika akhirnya Nabil pulang, ia disambut hangat oleh keluarganya. Malam itu, ia dan Yana bertemu di taman kecil tempat mereka biasa menghabiskan waktu.
“Yan,” kata Nabil sambil memandangnya, “aku kangen banget.”
“Aku juga, Kak,” jawab Yana, suaranya bergetar. “Akhirnya kita bisa ketemu lagi.”
Mereka duduk bersama di bangku taman, berbicara tentang semua hal yang telah mereka lalui selama berbulan-bulan terakhir. Nabil menggenggam tangan Yana erat-erat. “Aku tahu ini nggak mudah, tapi aku bangga sama kita. Kita udah bisa bertahan sejauh ini.”
“Aku juga bangga, Kak,” jawab Yana dengan senyum. “Aku cuma mau kita terus saling mendukung, apapun yang terjadi.”
Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Nabil dan Yana memperbarui janji mereka. Mereka tahu bahwa jalan di depan masih panjang dan penuh tantangan, tetapi mereka percaya bahwa cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi segalanya. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, mereka merasa benar-benar utuh.