Novel ini diadaptasi dari 50% kisah nyata dan 50% fiksi.
Kaila merupakan istri dari Rangga. Dia dihianati oleh suaminya. Selingkuh di belakang Kaila dengan atasannya.
Kaila melihat dengan mata kepala sendiri ketika suaminya sedang bercumbu di dalam mobil dengan atasannya.
Bagaimana keputusan Kaila ketika mengetahui itu semua?
Ikuti kisahnya, hanya di noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke Rumah Orang Tua
Kaila dan ketiga anaknya kini berada di dalam bis, berhimpitan disatu bangku berjumlah 3. Kaila hanya membeli tiket untuk 3 bangku. Dia memperhitungkan uang yang tersisa. Jika membeli 4 tiket, maka Kaila akan kekurangan uang dalam perjalanan.
Kaila membeli 4 nasi bungkus, air mineral dan camilan untuk perjalanan. Tidak mudah membawa 3 anak dalam keadaan dirinya yang sedang hamil 35 minggu. Ia selalu memberikan senyuman dan belaian kepada ketiga anaknya. Ia berusaha tegar untuk menjalani hidup ini.
5 jam perjalanan membuat tubuh Kaila tidak nyaman, sangat gelisah. Ia membelai-belai perut buncit dan berkata dalam hati,
'Sayang Mamah akan jaga kamu dengan tangan Mamah sendiri,' batin Kaila.
Akhirnya Kaila tiba di Tangerang, tempat tinggal kedua orang tuanya.
"Assalamu'alaikum," aku mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam, Kaila?"
Bundaku terkejut dengan kedatanganku, aku langsung bersujud di kaki bunda.
"Bunda maafkan Kaila, maafkan Kaila." Aku menangis karena rasa bersalahku yang aku buat. Aku sudah membayangkan bagaimana hancurnya perasaan kedua orang tuaku ketika aku menceritakan semua tentang Rangga.
“Kaila ada apa, jangan seperti ini. Perutmu sudah besar, berdirilah.”
Bunda membantuku untuk berdiri, jujur perut ini memang sudah berat sekali. Bundaku memapah aku untuk ke dalam kamar, karena tahu tubuhku ini sangat lelah sedangkan anak-anakku dibawa masuk ke kamar adik perempuanku.
“Kamu kenapa Kaila? ada apa?” bunda memeluk tubuhku, aku menangis dilakukan bunda.
“A…aku…” terasa sangat kaku bibir ini mengucap kata-kata yang sudah aku susun diotakku.
“Kenapa sayang? Kenapa kamu datang ke sini sendirian? kamu sedang hamil besar. Kenapa Rangga tidak mengantarkan kamu?”
Bundaku sudah mulai curiga, karena aku datang sendirian dalam keadaan perut yang membuncit dan membawa ketiga anakku.
“Bunda…a…aku sudah cerai dengan Rangga, Rangga sudah talak dan dia mengusirku.” Aku menangis dan tertunduk, tidak berani kumenatap mata bundaku.
“Astagfirullah…memang kenapa Kaila? ada apa sebenarnya? Kenapa Rangga talak kamu?”
Abahku baru pulang dan masuk ke dalam rumah, mendengar isak tangis aku dan bunda.
“Ada apa ini? Kenapa kalian menangis? Kaila kamu baru sampai? dengan siapa kamu ke sini?”
Aku menatap abahku, aku langsung memeluk abah dan meminta maaf kepadanya.
“Abah, maafkan Kaila.” Aku memeluk abahku dan meminta maaf kepadanya.
"Kamu ada apa menangis? Kenapa Bunda juga menangis?" tanya Abah.
"Aku cerai sama Rangga Abah, Rangga talak aku dan menyuruhku pulang," ucapku.
"Apa? sebabnya apa Rangga talak kamu? Kamu duduk saja, Ya Allah perut kamu sudah membesar. Astagfirullah..."
Mata Abahku memerah, mungkin ia syok ketika aku mengatakan sudah cerai dengan suamiku. Sungguh ini yang aku takutkan berbicara jujur di depan kedua orang tuaku.
Aku duduk di tepi ranjang antara kedua orang tuaku. Aku menunduk tidak berhenti menangisi nasibku.
“Ceritakan sama Abah, kenapa Rangga talak kamu?” tanya Abahku.
“Maafkan Kaila yang tidak jujur dengan Abah dan Bunda. Kaila berusaha untuk menutupi ini karena berharap suatu saat Rangga akan kembali lagi seperti dahulu yang mencintaiku. Tapi pemikiranku salah, dia malah talak aku karena wanita lain,” ucapku.
“Rangga menduakan kamu?” bundaku syok mendengarkan penuturannya.
“Sudah hampir 1 tahun aku menutupi ini, Rangga berselingkuh dengan atasannya Bunda, yang juga tetangga aku. Wanita itu sangat tega terhadapku. Aku terkecoh dengan kedoknya, hampir setiap hari dia memberi makanan tapi di balik itu, dia mengambil Rangga dari aku.”
Aku semakin menangis dipelukan bundaku.
“Mereka terang-terangan berselingkuh di depan karyawan lain, bahkan aku pernah melihat mereka bercumbu di dalam mobil,” lanjutku menceritakan hari-hari pahit di Bandung.
“Astagfirullah, masalah berat ini kamu pendam sendirian selama 1 tahun? kenapa kamu tidak menceritakan kepada kami?” ucap Abah geram.
“Aku masih mengharapkan suatu saat ada perubahan Abah sama Rangga, aku bertahan karena anak-anakku banyak 3 Abah menuju 4. Aku juga tidak mau menjadi beban kalian," ucapku.
"Kaila, kami orang tuamu. Kamu bukan beban kami karena kamu karunia Allah yang diberikan kepada kami. Bunda malah lebih sakit hati lagi sekarang, karena Bunda tidak disamping kamu ketika kamu mengalami cacian, siksaan dari suamimu. Dan sekarang ini kamu sedang hamil anaknya," ucap Bunda.
"Rangga tidak menginginkan anak ini Bunda, dari awal aku hamil sampai perutku membesar, ia tidak memperdulikan aku. Bicaranya juga kasar, Rangga sekarang bukan lagi Rangga yang dulu ketika dia menatap aku, matanya seperti menatap musuh. Aku sering mendapatkan kata-kata kasar yang menusuk hatiku," ucapku.
"Keterlaluan Rangga..." Abahku menahan emosi, tangannya sudah dikepal kuat.
"Kaila, dia pernah memukulmu? jawab jujur," tanya Abah.
Aku menganggukan kepalanya. Bunda memelukku erat sangat erat, ia menangis.
"Kenapa anak Bunda diperlakukan seperti ini, aku yang melahirkanmu, Abah yang merawatmu, tidak pernah sekalipun tangan ini melayang ditubuhmu. Lancang sekali dia," Bunda berkata penuh emosi.
“Bunda…aku pusing…” Mataku menggelap, tubuhku lemas dan aku tidak sadarkan diri.
Ketika aku tidak sadarkan diri terdengar sayup-sayup memanggil namaku.
'Ceraikan Rangga, jika kamu tidak menceraikan dia. Kamu akan berhadapan denganku.'
Suara bisikan ditelingaku, suaranya membuat bulu kudukku merinding. Suaranya bernada berat, mendesak berbisik dan terdengar cekikikan. Suara menggema berulang-ulang ditelingaku memaksa aku untuk melepaskan Rangga.
'Hihihi
'Ceraikan Rangga, ceraikan Rangga.'
Suara itu terus saja berbisik ditelingaku, aku membuka mata dan berteriak histeris.
“Tidak…tidak…” aku menutup telingaku rapat-rapat.
“Kaila…Kaila… Istigfar Nak, Istigfar. Kamu sudah sama Bunda, kamu tidak sendirian lagi.” Bunda memelukku, berurai air matanya, aku melihat sekeliling tampak abahku, kedua adikku Albi dan Rahmi. Mereka menangis melihat kondisiku.
“Kamu tadi pingsan sayang," ucap Bunda.
“Bunda ada suara aneh ditelingaku.” Aku masih menutup telinga dengan kedua tangan.
“Suara apa Kaila? Tidak ada suara,” ucap Bunda.
“Bunda, ada suara berbisik di telingaku. Menyuruh aku untuk bercerai dengan Rangga. Aku tidak akan mengajukan perceraian di pengadilan agama. Agar mereka tidak bisa menikah. Wanita tua itu yang menghancurkan rumah tanggaku. Rangga cinta pertamaku,” ucap aku dengan histeris.
“Kaila istigfar Nak,” ucap bunda lirih.
Sejak aku pulang ke rumah orang tuaku. Rekaman otakku selalu memutar mengenai perselingkuhan mereka. Hidupku setiap hari penuh memori menyakitkan. Selama 1 tahun aku bertahan, memupuk rasa ini semakin lama semakin berat aku rasakan.
💔💔💔
Sudah 1 bulan lebih aku tinggal bersama kedua orang tuaku, tiba-tiba perutku terasa sakit. Aku merasakan sebentar lagi akan segera melahirkan, ah hari yang aku tidak bisa bayangkan. Persalinan tanpa ayah dari sang anak, laki-laki yang tidak punya rasa tanggung jawab. Anak ini adalah bukti dari rasa keegoisan dan kesombonganmu. Suatu saat anak inilah yang paling hebat karena dia akan dibesarkan oleh kasih sayang Mamahnya yaitu aku.
“Bunda…Bunda…” aku memanggil bunda, karena rasanya anak dalam kandunganku sebentar lagi mau keluar. Bunda berlari karena aku berteriak.
“Kaila…Astagfirullah, kamu mau melahirkan. Kita ke rumah sakit sekarang. Abah…Albi…”
Abah dan adikku Albi berlari, “Ada apa Bunda?”
“Kaila mau melahirkan, kita harus segera membawa Kaila ke rumah sakit. Albi pinjam mobil om Armaj," titah Abah.
Sambil menunggu Albi, Bundaku mengusap-usap pinggangku sambil berzikir.
"Tahan yah sayang, Albi sedang minjam mobil," ucap Bunda.
“Bunda, Ya Allah sakit,” teriakku lalu abah menggenggam tanganku.
“Remas tangan Abah Kaila.”
Masya Allah betapa bersyukurnya aku mempunyai kedua orang tua yang menyayangiku. Albi sudah meminjam mobil, mereka membawaku menuju rumah sakit terdekat untuk persalinanku.
Bersambung
***
Hai teman-teman dukung novel ini dengan komen yang banyak, like, SUBSCRIBE dan follow.
Novel ini aku ikut sertakan lomba penghianatan. Jika menang uang nya akan aku sisihkan untuk anaknya Kaila.
Baca Novel ku yang lain
5 tahun menikah tanpa cinta
Salah lamar
Berteman di sosmed sama aku yuk
fb @Farida (R)
ig @kak_farida
semoga real Kayla semakin strong 💪💪💪💪