Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 11 : Permintaan
Paginya, Binar buru-buru keluar dari kamar itu sebelum suaminya bangun, ia sudah menyiapkan semua keperluannya.
Kemudian ia turun untuk menyiapkan sarapan pagi.
Ingatan semalam benar-benar membuat hatinya berdenyut nyeri.
Jadi secinta itu Dera pada kakaknya?!
Ah, iyasih!
Toh, ia juga sering menyaksikannya, tapi sayang Sierra menerima Dera karena terpaksa.
"Nar, kasih ini ke Dera ya buat kurangin mabuknya." ucap Anna saat melihat menantunya datang, Anna menata semangkuk sup di atas nampan.
Ya Ampun !
Padahal ia sedang tidak ingin bertemu laki-laki itu!
Tapi bagaimana caranya menolak perintah mertuanya itu?
"Tapi, Ma. Tuan Dera, belum bangun." Binar berusaha mencari alasan.
"Kamu bilang apa tadi, Nar? Kamu panggil suamimu apa? Tuan?" tanya Anna dengan sangat heran.
Sedangkan, Binar bingung mau menjawab apa, " Binar, jawab!"
"S-sebenarnya, mama. Aku-
"Kenapa begitu?" tanya Anna dengan nada tegas.
"Kamu ini istrinya bukan bawahannya, Binar. Jangan panggil begitu ke suami kamu, apa Dera yang suruh kamu panggil dia begitu?"
"Hah? Nggak, Ma. Nggak! Aku insiatif sendiri karena takut sama Tuan Dera." jawabnya dengan gelagapan.
"Binar! Jangan sebut anak mama begitu dia suami kamu, Nak." katanya lembut.
"Mama pengen kalian itu bisa saling menerima, bukan asing selamanya, mama mohon buat kamu terima anak mama. Mama tau Dera itu memang dingin sikapnya tapi sebenarnya dia baik kok, mama mohon juga tetap lakukan tugas kamu sebagai istrinya, yang sabar ya sama Dera." Anna mengelus lembut rambut Binar yang panjang itu menatap menantunya penuh harap.
Dan tentu saja itu membuat Binar tak enak hati, "Mama mohon banget ya Binar. Dera itu pasti masih terluka, mama khawatir banget seumur-umur mama gak pernah lihat dia pulang dalam keadaan kaya semalam. Mama harap kamu bisa terima anak mama dan jadi penyembuh luka hatinya."
Hatinya, jadi tersentuh dengan ucapan mertuanya.
"Yaudah sekarang, tolong bawa ini ke anak mama ya, urus suami kamu sayang. Supaya dia bisa luluh." Anna menggenggam hangat tangan menantunya itu.
"Oh iya, bilang ya sama Dera. Jangan berangkat ke kantor dulu, ini perintah mama." pesan Anna.
"Iya, Ma." jawabnya dengan terpaksa kembali masuk ke kamarnya, ia berpapasan dengan Rayna yang melirik tak suka padanya.
Tapi peduli amatlah!
Ia sudah cukup bingung dan pusing sekarang.
Ia menaruh sup itu di atas nakas.
Melihat sosok Dera yang belum bangun.
Ia berinisiatif untung membangunkan lelaki itu, "Dera." panggilnya lirih karena ia ragu, ia tak terbiasa dengan itu.
Ia bingung bagaimana membangunkan Dera, tapi tak lama lelaki itu mengerjap perlahan saat Binar membuka tirai jendela.
"Arghh." Binar melihat Dera yang terbangun dengan memegangi kepalanya.
"Apa pusing?" tanyanya segera menghampiri suaminya, Dera mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Makan dulu, tadi mama bilang kamu harus makan ini." katanya lalu tanpa sadar, dengan cekatan tangannya mengambil semangkuk sup tadi dan menyuapi Dera.
Awalnya, Dera agak bingung tapi ia terlalu pusing untuk memikirkan soal Binar yang mau menyuapinya.
Ia memilih melahap apa yang istrinya bawa saja.
"Oh iya, kata mama kamu gak boleh ke kantor dulu, pasti kamu gak enak badan."
"Kenapa kau jadi cerewet sekali." ujar Dera dingin, sambil mengambil segelas air yang ada di nakas samping tempat tidur.
"Maaf, aku cuma menyampaikan pesan mama tadi." Binar menundukkan kepalanya, ia takut dan malu.
Apalagi dengan lancang tadi ia menyuapi Dera.
"Sudahlah, aku mau mandi." Dera turun dari ranjang dengan keadaan yang masih agak pusing.
Karena, Binar berpikir suaminya tidak jadi bekerja, ia mengganti yang telah ia siapkan dengan pakaian santai.
"Kemana pakaian kerjaku?" tanya Dera padanya, yang kini sedang merapihkan pakaian di lemari.
Binar agak kaget karena Dera keluar hanya dengan menggunakan handuk dan bagian tubuh atasnya terekspos jelas.
Jantungnya berdebar, ia malu melihat pemandangan seperti itu, pemandangan yang menunjukkan betapa sempurnanya fisik sang suami. Jika saja pernikahan ini dengan cinta ia akan sangat bersyukur menjadi milik Samudera.
'Apaan sih Nar!' batinnya merutuki dirinya sendiri.
"Aku bertanya padamu?!" sentak Dera yang membuat Binar tersadar dari pikirannya yang aneh-aneh
"Eh? Bukannya, Tuan tidak akan bekerja?"
"Kata siapa?"
"Tapi tadi mama bilang,
"Aku tidak mengatakan bahwa aku menuruti apa katamu atau kata mama." katanya dingin.
"Tapi tuan,
"Binar!" suara keras Anna terdengar jelas, perempuan setengah baya yang masih cantik itu tiba-tiba sudah ada di depan pintu kamar mereka.
"Mama ada apa?" tanya Dera cuek.
"Kamu mau kerja, Der? Terus kamu Binar, masih manggil suaminya sendiri kaya begitu,kan mama udah bilang, Nar..." ujar Anna kecewa.
"Maaf, mama." ujarnya menyesal sekaligus tidak enak hati.
"Kalian ini bicara apa sih?" ketus Dera.
"Bisa-bisanya ya kamu, Der. Biarin istri kamu sendiri panggil kamu dengan sebutan tuan, memangnya dia pembantu kamu?!" omel Anna pada putranya.
Sedangkan yang di marahi hanya cuek saja, "Ma, ini urusan aku sama istriku."
"Mama cuma mau berusaha biar kamu sama Binar bahagia itu aja!" tegas Anna.
"Dera bahagia,Ma sama istri Dera juga." ucap Dera yang membuat Binar terkejut, kebohongan apa yang Dera ucapkan.
"Sudahlah! Mama aku mau pakai baju jangan disini lah." protes Dera, sebagai alasan agar mamanya menghentikan pembicaraan itu.
"Kalau gitu, kamu gak usah kerja dulu Dera. Mama gak mau tau kamu harus nurut!"
"Ma aku bukan anak kecil lagi, lagian aku gak kenapa-kenapa." jawab Dera kesal, lalu menarik tangan mamanya agar keluar dari kamar.
"Dera kamu ya gak sopan sama mama!"
"Mama yang gak sopan masuk kamar Dera sembarangan, padahal Dera kan udah nikah." jawab Dera sekenanya lalu menutup pintu kamar.
Anna hanya bisa pasrah, putranya memang selalu sulit di atur jika itu soal kemauannya.
Ia sangat berharap bahwa Binar bisa membuat Dera lupa dengan sakit yang di rasakan olehnya.
Di dalam,
"Jangan panggil aku Tuan, aku bahkan tak pernah menyuruh mu memanggilku begitu." tegas Dera.
"Perlakuan mu padaku yang membuatku takut dan berinsiatif memanggilmu begitu!" ketus Binar lalu meninggalkan ruangan itu.