Setelah kematian yang tragis, dia membuka matanya dalam tubuh orang lain, seorang wanita yang namanya dibenci, wajahnya ditakuti, dan nasibnya dituliskan sebagai akhir yang mengerikan. Dia kini adalah antagonis utama dalam kisah yang dia kenal, wanita yang dihancurkan oleh sang protagonis.
Namun, berbeda dari kisah yang seharusnya terjadi, dia menolak menjadi sekadar boneka takdir. Dengan ingatan dari kehidupan lamanya, kecerdasan yang diasah oleh pengalaman, dan keberanian yang lebih tajam dari pedang, dia akan menulis ulang ceritanya sendiri.
Jika dunia menginginkannya sebagai musuh, maka dia akan menjadi musuh yang tidak bisa dihancurkan. Jika mereka ingin melihatnya jatuh, maka dia akan naik lebih tinggi dari yang pernah mereka bayangkan.
Dendam, kekuatan, dan misteri mulai terjalin dalam takdir barunya. Tapi saat kebenaran mulai terungkap, dia menyadari sesuatu yang lebih besar, apakah dia benar-benar musuh, atau justru korban dari permainan yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Jejak yang Menghilang
Seraphina menatap pria tua di hadapannya dengan mata yang masih dipenuhi sisa-sisa keterkejutan. Cahaya hitam yang menyelimuti tubuhnya perlahan mereda, meninggalkan sensasi hangat di seluruh sarafnya.
Tubuhnya tidak lagi terasa lemah seperti sebelumnya. Meski kekuatan sihirnya belum sepenuhnya kembali, ia dapat merasakan percikan energi mengalir dalam darahnya—sesuatu yang sebelumnya mati dan kini mulai bangkit lagi.
Perasaan itu… memabukkan.
Untuk pertama kalinya sejak ia terbangun dalam tubuh ini, Seraphina merasa utuh.
Ia menatap pria tua itu dengan sorot mata yang berbeda.
"Terima kasih," katanya, tulus.
Pria itu hanya mengangguk. "Aku tidak melakukan apa pun. Kau hanya menemukan sesuatu yang memang telah menjadi milikmu sejak awal."
Seraphina menekan bibirnya.
Ia tahu ini bukan akhir dari perjalanan, tetapi baru permulaan.
Sekarang ia memiliki sedikit pemahaman tentang siapa dirinya yang sebenarnya, serta apa yang terjadi padanya. Namun, ada satu pertanyaan yang masih belum terjawab.
"Siapa pria ini?"
Seraphina memandang pria tua itu dengan penuh selidik.
"Kau tampaknya tahu banyak tentangku," katanya perlahan. "Siapa sebenarnya kau?"
Pria itu tersenyum kecil, senyum yang lebih mirip dengan bayangan samar daripada ekspresi sejati.
"Kau akan tahu ketika saatnya tiba."
Itu bukan jawaban yang ia inginkan, tetapi Seraphina sudah menduga bahwa ia tidak akan mendapatkan informasi lebih jauh dengan mudah.
Dan sebelum ia sempat bertanya lagi…
Dunia di sekelilingnya mulai bergetar.
Lenyapnya Perpustakaan Hitam
Seraphina merasakan tanah di bawah kakinya berguncang. Rak-rak buku di sekelilingnya mulai retak dan hancur menjadi abu, seolah sesuatu sedang menghapus keberadaan tempat ini dari dunia.
Matanya melebar.
"Apa yang terjadi?"
Pria tua itu tetap tenang.
"Waktunya habis," katanya dengan suara yang terdengar lebih samar. "Aku harap kau akan menggunakan kekuatanmu dengan bijak, Seraphina Duskbane."
Sebelum ia sempat bereaksi, ruangan di sekelilingnya mulai runtuh.
Seraphina merasakan tubuhnya tersedot oleh kekuatan yang tak terlihat. Sekelebat cahaya melintas di hadapannya, lalu semuanya berubah menjadi gelap.
Kembali ke Dunia Nyata
Saat Seraphina membuka matanya, ia tidak lagi berada di dalam Perpustakaan Hitam.
Sebaliknya, ia berdiri di tengah kota yang sibuk, tepat di sudut jalan tempat ia sebelumnya berjalan.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan gedung perpustakaan itu. Tidak ada pintu hitam, tidak ada rak buku, tidak ada apa-apa.
Seolah tempat itu tak pernah ada sejak awal.
Seraphina berdiri terpaku, masih mencoba memahami apa yang terjadi.
Apakah ia baru saja mengalami ilusi?
Tidak. Itu tidak mungkin.
Kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya sekarang adalah bukti bahwa semua yang ia alami benar-benar nyata.
Namun, jika tempat itu telah lenyap… apakah artinya pria tua itu juga telah menghilang selamanya?
Misi yang Baru
Seraphina menarik napas dalam.
Ia tidak bisa berdiam diri. Sekarang ia memiliki petunjuk tentang siapa dirinya, tetapi masih ada banyak hal yang harus ia lakukan.
Ia harus memulihkan kekuatannya sepenuhnya.
Ia harus mencari orang-orang yang bertanggung jawab atas kehancurannya.
Dan lebih dari segalanya… ia harus menemukan cara untuk menghadapi Pahlawan Cahaya yang telah mencuri kekuatannya.
Dengan tekad baru yang menyala dalam dirinya, Seraphina menarik tudungnya lebih dalam dan melangkah ke tengah keramaian kota.
Ini bukanlah akhir.
Ini adalah awal dari kebangkitannya.
.
.
Seraphina melangkah perlahan, matanya menyapu setiap sudut tempat yang kini tampak asing baginya. Beberapa hari yang lalu, pria berjenggot tebal yang misterius itu berdiri di depan pintu tua, memberikan petunjuk yang akhirnya membawanya ke Perpustakaan Hitam—sebuah tempat yang kini lenyap tanpa jejak.
Namun sekarang, tidak ada lagi pria itu.
Sebagai gantinya, seorang wanita cantik berdiri di depan bangunan itu, dengan senyum lembut dan pakaian yang tampak lebih bersih serta mewah dibandingkan para pedagang di sekitar. Tangannya lincah menyajikan makanan kepada para pendatang yang duduk di meja kayu panjang.
Seraphina mempersempit matanya.
Tempat ini tidak hanya berubah pengelolanya, tetapi juga atmosfernya.
Dulu, tempat ini terasa sepi, dengan aura yang suram dan misterius. Kini, bangunan yang sama berubah menjadi tempat yang tampak lebih hidup, seolah tidak pernah ada rahasia kelam yang tersembunyi di dalamnya.
Seraphina mengamati para pendatang—petualang, pedagang, dan beberapa orang dengan pakaian bangsawan yang tampaknya sedang dalam perjalanan ke suatu tempat.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
Misteri Sang Wanita Cantik
Seraphina melangkah lebih dekat, matanya tak lepas dari wanita itu.
Rambutnya berwarna coklat gelap dengan sedikit gelombang di ujungnya, matanya hijau zamrud yang bersinar lembut di bawah cahaya matahari sore. Wajahnya tampak ramah, dan cara ia berbicara kepada para pelanggan penuh kehangatan.
Namun, bagi Seraphina, ada sesuatu yang terasa janggal.
Seolah wanita itu sengaja menggantikan posisi pria tua itu.
Seraphina mendekat ke meja panjang dan duduk di sudut, berusaha tidak menarik perhatian.
Beberapa saat kemudian, wanita itu menghampirinya dengan senyum ramah.
"Selamat datang," katanya dengan suara lembut. "Apa yang bisa aku sajikan untukmu?"
Seraphina menatapnya tanpa ekspresi.
"Aku mencari seseorang," katanya langsung.
Wanita itu mengangkat alisnya sedikit, seolah terkejut dengan cara bicara Seraphina yang langsung ke inti.
"Siapa yang kau cari?" tanyanya dengan nada hati-hati.
"Seorang pria tua berjenggot tebal. Dulu dia ada di sini."
Wanita itu tidak langsung menjawab. Sekilas, ada sesuatu yang melintas di matanya—seperti kecurigaan atau mungkin kewaspadaan.
Namun, dalam sekejap, ekspresinya kembali ramah.
"Aku tidak tahu siapa yang kau maksud," katanya. "Aku baru saja mengambil alih tempat ini dari pemilik sebelumnya."
Seraphina mengetatkan rahangnya.
Ia tahu wanita ini berbohong.
Tapi mengapa?
Jejak yang Terhapus
Seraphina menyandarkan punggungnya pada kursi, berpura-pura santai.
"Pemilik sebelumnya?" tanyanya, mencoba menggali informasi lebih dalam.
Wanita itu tersenyum, tetapi kali ini ada sedikit kehati-hatian dalam nada suaranya.
"Ya. Aku tidak tahu banyak tentangnya, tapi dia memutuskan untuk pergi dan menyerahkan tempat ini padaku. Jadi, sekarang aku yang mengelolanya."
Seraphina menekan bibirnya.
Jawaban itu terdengar masuk akal, tetapi terlalu rapi.
Tidak mungkin pria misterius itu pergi begitu saja tanpa jejak, terutama setelah memberikan petunjuk yang begitu penting kepadanya.
Seraphina menatap mata wanita itu lebih dalam.
Dan saat itulah ia menyadari sesuatu.
Aura wanita ini aneh.
Bukan aura manusia biasa… tapi juga bukan penyihir biasa.
Seolah… wanita ini memiliki sesuatu yang disembunyikan.
Tawaran yang Mencurigakan
Sebelum Seraphina sempat berbicara lagi, wanita itu tiba-tiba duduk di depannya dengan ekspresi yang lebih serius.
"Aku tidak tahu siapa kau," katanya perlahan. "Tapi aku bisa merasakan kalau kau bukan orang biasa."
Seraphina tetap diam, menunggu wanita itu melanjutkan.
"Aku tidak bisa memberitahumu banyak tentang pria yang kau cari. Tapi…" Wanita itu menatapnya dengan penuh arti. "Aku bisa memberimu sesuatu yang lebih berharga."
Seraphina mengangkat alisnya.
"Apa?"
Wanita itu tersenyum tipis.
"Informasi."
Seraphina menatapnya dengan curiga. "Dengan imbalan apa?"
"Tidak ada," jawab wanita itu santai. "Aku hanya ingin melihat apakah kau cukup pintar untuk memahami permainan ini."
Permainan?
Seraphina menyipitkan mata.
Wanita itu menarik napas sebelum akhirnya berbisik, "Kalau kau ingin tahu siapa pria yang kau cari, pergilah ke kuil tua di luar kota. Tapi berhati-hatilah… kau mungkin tidak akan suka dengan apa yang kau temukan di sana."
Seraphina memandangi wanita itu tanpa berkedip.
Ini jelas sebuah jebakan.
Tapi apakah ia punya pilihan lain?
Menuju Kuil yang Terlupakan
Malam itu, setelah meninggalkan tempat tersebut, Seraphina berdiri di puncak bukit yang menghadap ke arah kuil tua yang disebutkan oleh wanita itu.
Bangunan itu tampak seperti reruntuhan yang telah lama ditinggalkan, dengan pilar-pilar batu yang setengah runtuh dan tanaman liar yang tumbuh di sekitarnya.
Angin dingin berembus, membawa suara samar yang terdengar seperti bisikan.
Seraphina mengencangkan tudungnya.
"Apakah ini tempat yang dimaksud?"
Ia menajamkan indranya, mencoba merasakan keberadaan makhluk lain di sekitarnya.
Dan saat itulah ia merasakan sesuatu.
Ada seseorang… atau sesuatu… yang menunggunya di dalam sana.
Seraphina menarik napas dalam dan melangkah maju.
Tidak peduli apakah ini jebakan atau bukan—ia harus menemukan jawaban.
Ia harus tahu kebenaran di balik semua ini.
Al-fatihah buat neng Alika beliau orang baik dan Allah menyayangi orang baik, beliau meninggal di hari Jumat bertepatan setelah malam nisfu syabaan setelah tutup buku amalan.. semoga beliau di terima iman Islamnya di ampuni segala dosanya dan di tempatkan di tempat terindah aamiin ya rabbal alamiin 🤲