NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dibalik Tatapan Liora

Ruang rapat menjadi semakin hening ketika Darren berbicara. Setiap kata yang diucapkannya membawa beban besar, menggambarkan betapa serius dan pentingnya misi ini. Mata Darren yang tajam memancarkan keyakinan sekaligus tekad untuk menangkap target yang telah lama menjadi buronan negara.

“Tapi komandan,” salah seorang anggota tim dari bagian ahli navigasi angkat bicara. “Siapa yang akan melakukan penyelidikan kawasan? Tim mana yang akan maju lebih dulu?”

Pertanyaan itu membuat suasana menjadi semakin tegang. Darren terdiam sejenak, pandangannya menyapu seluruh anggota tim yang hadir. Di depannya adalah pasukan terbaik yang telah dipilih langsung oleh negara. Setiap anggota memiliki keahlian khusus yang menjadi kunci keberhasilan misi ini. Ada ahli taktik yang memahami medan serta mampu menyusun strategi terbaik, ada ketua pasukan keamanan bersenjata yang bertanggung jawab atas pertahanan, ahli navigasi dan medan perang yang menguasai teknik intai, hingga ahli intelijen yang bertugas mengumpulkan informasi penting terkait musuh, lokasi, dan risiko yang dihadapi. Selain itu, ada pula ahli medis yang siap menangani cedera atau keadaan darurat di lapangan.

Setelah berpikir matang, Darren akhirnya mulai membagi tugas dengan sangat hati-hati. “Saya akan memimpin tim inti dalam penyelidikan kawasan,” ujarnya dengan tegas. “Bersama saya, ketua ahli taktik akan bergabung untuk membantu memahami medan dengan lebih baik. Liora juga akan ikut bersama kami. Dia memiliki keahlian khusus dalam membaca kode-kode yang mungkin ditemukan di medan perang. Kita membutuhkan semua kemampuan terbaik untuk memastikan penyelidikan ini berjalan lancar.”

Mendengar itu, Lucian langsung menatap Liora dengan tatapan penuh rasa tidak rela. Namun, dia tetap tidak berkata apa-apa, meskipun ekspresi wajahnya sangat mencerminkan rasa kecewa. Darren melanjutkan pembagian tugas, mengatur anggota lainnya ke dalam tim-tim kecil yang memiliki tanggung jawab spesifik. Lucian akhirnya ditempatkan di tim kedua, bekerja sama dengan komandan besar dan ahli navigasi untuk memetakan area sekitar markas.

Lucian, dengan wajah yang sedikit lesu, sempat mencuri pandang ke arah Liora yang tetap tenang. Dalam hatinya, dia merasa sedih karena tidak satu tim dengan sahabatnya itu. Namun, Liora hanya menatapnya datar seperti biasa, seolah mengatakan ‘Jangan lebay!’ tanpa perlu mengucapkannya secara langsung.

Setelah semua pembagian tugas selesai, Darren menutup rapat dengan peringatan terakhir. “Penyelidikan awal akan dimulai besok pagi. Pastikan kalian mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ingat, ini bukan hanya soal keberhasilan misi, tapi juga soal bertahan hidup. Jangan pernah meremehkan medan ataupun musuh yang kita hadapi.”

Setelah rapat selesai, semua anggota kembali ke ruang masing-masing untuk mempersiapkan diri. Ada yang sibuk memeriksa perlengkapan, ada juga yang mencoba untuk beristirahat sejenak sebelum misi besar dimulai. Suasana di markas terasa begitu tegang namun terkontrol.

Liora merasa enggan berdiam diri terlalu lama di ruangannya. Dengan langkah ringan, dia keluar untuk menikmati udara alam bebas yang segar, tempat yang kini menjadi zona pertempuran tersembunyi. Liora memilih duduk di sebuah kursi kecil yang tampak sederhana namun kokoh. Pandangannya menyapu kawasan sekitar. Suasana yang ia temui tidak jauh berbeda dari dugaannya; penjagaan ketat terlihat di setiap sudut. Para penjaga bersenjata lengkap berdiri waspada, menciptakan suasana tegang namun terorganisir.

Dia mengenali kawasan ini dengan baik—Sierra de Guadarrama, sebuah pegunungan terjal yang dipenuhi hutan lebat. Sebelum menerima misi ini, Liora telah mencari tahu detail kawasan tersebut. Tempat ini bukan hanya sulit ditembus, tetapi juga berbahaya. Vegetasi beracun yang mematikan, hewan liar yang berkeliaran tanpa peringatan, serta kondisi cuaca yang ekstrem menjadikan kawasan ini medan yang penuh tantangan. Semua itu membuat kewaspadaan menjadi hal utama yang harus diutamakan oleh setiap orang di sini.

“Liora!” sebuah suara memecah kesunyian, datang dari arah belakang. Suara itu diiringi langkah cepat, dan tanpa perlu menoleh, Liora tahu siapa pemilik suara tersebut. Dia menghela napas panjang, menyadari bahwa dirinya akan kembali dihadapkan dengan sikap yang menurutnya menguras tenaga.

“Hm?” dehem Liora dengan nada datar.

Lucian, sosok yang baru saja memanggilnya, mendekati dengan ekspresi manja yang khas. “Kita akan berpisah tim. Jadi, aku harus bagaimana? Bagaimana jika sesuatu terjadi padaku di sana? Bagaimana kalau aku dimakan binatang buas? Kau tidak akan bisa menyelamatkanku! Aku tidak bisa jauh darimu, tahu!” Lucian mengomel tanpa henti, membuat Liora hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

“Kau akan baik-baik saja, Lucian. Tenanglah,” ujar Liora dingin, mencoba mengakhiri pembicaraan. Namun, bukannya berhenti, Lucian justru semakin banyak bicara, membuat Liora memijit pelipisnya yang mulai terasa pening.

“Hemmm…” sebuah suara deheman terdengar tak jauh dari mereka, memaksa mereka menoleh. Sepasang sepatu bot hitam yang tampak kokoh muncul di pandangan mereka, berdiri tegap di dekat kursi Liora. Keduanya mendongak, mendapati Darren, komandan utama mereka, yang baru saja mendekat dengan sikap tegas namun santai.

Lucian segera berdiri, tampaknya mendapatkan keberanian lebih saat tidak berada di ruang rapat formal. “Darren! Aku ingin meminta sesuatu. Bisakah kau menyatukan aku dan Liora dalam satu tim? Aku tidak bisa berjauhan darinya. Dia adalah pelindungku, dan aku juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawab memastikan dia baik-baik saja!” ucap Lucian dengan penuh semangat, meski terdengar sedikit memaksa.

Darren tetap diam, hanya melirik Liora yang tidak menunjukkan reaksi berarti. Liora tampak asyik menatap pepohonan tinggi yang menjulang di sekitarnya, seolah percakapan ini tidak menarik perhatiannya sama sekali. Sikapnya yang misterius membuat Darren semakin penasaran.

“Darren!” panggil Lucian lagi, memecah lamunan singkat sang komandan. Darren tersenyum tipis dan akhirnya menjawab, “Maaf, Lucian. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Tim telah dibagi berdasarkan keahlian masing-masing, dan ini adalah keputusan yang telah disepakati bersama. Lagipula, apa mungkin dua juru informasi berada dalam tim yang sama? Siapa yang akan melengkapi tim lainnya jika kalian berdua bersama?” Darren menjelaskan dengan nada tegas namun penuh pengertian.

Lucian terdiam, mencerna ucapan Darren. Kata-kata itu masuk akal, dan dia tidak bisa membantah lebih jauh. Darren, yang memahami situasi, mencoba mencairkan suasana. “Kau terlihat lemas. Pihak konsumsi sedang memasak sesuatu yang enak di dapur. Kau sebaiknya pergi dan mengisi energi,” ujarnya dengan nada ramah.

Mata Lucian langsung berbinar mendengar kata "makan." Tanpa berpikir panjang, dia meninggalkan mereka untuk menuju dapur, meninggalkan Darren dan Liora berdua.

Setelah Lucian pergi, Darren menatap Liora yang tetap terdiam. Ia ragu untuk memulai pembicaraan, tetapi akhirnya memberanikan diri. “Bolehkah aku duduk di sini?” tanyanya dengan sopan. Liora hanya mengangguk kecil tanpa menoleh, memberi izin.

Keheningan menyelimuti mereka. Darren mencoba mencari topik pembicaraan, namun yang muncul di pikirannya hanyalah pertanyaan sederhana. “Kau tinggal di New York juga, bukan?” tanyanya pelan.

Liora melirik Darren sekilas sebelum mengangguk. “Iya, aku tinggal di sana.”

“Lalu, kenapa kita tidak pernah bertemu sebelumnya?” tanya Darren, penasaran. Jika mereka berasal dari tempat yang sama, seharusnya ada kemungkinan mereka pernah berpapasan atau bahkan bekerja sama.

Liora kembali menatap ke depan, menimbang-nimbang jawabannya. “Aku jarang mau bergabung dalam kerja sama antarnegara. Mungkin itu alasannya,” ujarnya singkat, tetap tanpa ekspresi.

Darren mengangguk paham, meski rasa penasarannya semakin meningkat. “Kalau begitu, kenapa kau memilih terlibat dalam misi ini? Bukankah ini termasuk misi yang cukup berbahaya?” tanyanya, mencoba mengupas lebih jauh.

Liora terdiam sejenak, lalu perlahan mengalihkan pandangan ke arah Darren. Mata mereka bertemu, dan Darren sempat tertegun melihat tatapan Liora yang tajam namun memancarkan keindahan yang tersembunyi.

“Kau sedang menginterogasiku?” tanya Liora dengan nada rendah, hampir seperti bisikan. Suasana sekitar terasa lebih sunyi, hanya suara angin dan gerakan dedaunan yang terdengar jelas. Darren tersenyum tipis, menunduk sejenak sebelum menjawab.

“Tidak. Aku hanya bertanya. Jika kau tidak ingin menjawab, tidak apa-apa,” ujarnya, mencoba meredakan ketegangan.

Liora menghela napas, lalu kembali menatap ke depan. Dia memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman. “Aku memilih terlibat karena aku ingin. Aku menyukai hal-hal seperti ini. Bukankah itu alasan yang cukup?” Dia tertawa kecil, namun tawanya terdengar menyimpan sesuatu yang sulit dipahami.

Darren hanya diam, memerhatikan setiap gerak-geriknya. Liora yang misterius membuatnya semakin tertarik, tetapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menekan lebih jauh. Pandangan mereka bertemu lagi, dan suasana di antara mereka terasa semakin sulit ditebak.

Deg..

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!