Lily Valencia seorang wanita yang cantik, yang mengandung dan membesarkan seorang anak seorang diri, tanpa tahu siapa yang menghamilinya.
Kehidupan yang keras ia lalui bersama Adam, putranya. Setelah Lily diusir karena di anggap aib oleh keluarganya.
Setelah Empat tahun berlalu, pria itu datang dan mengaku sebagai ayah biologis Adam.
"Dia anakku, kau tidak berhak memisahkan kami!"
"Dia lahir dari benih yang aku tanamkan di rahimmu. Suka atau tidak, Adam juga anakku!"
Lily tidak tahu seberapa besar bahaya yang akan mengancam hidupnya, jika ia bersama pria ini. Kehidupannya tak lagi bisa damai setelah ia bertemu dengan ayah dari anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba sah
Lily memegangi buku kecil mengkilap berwarna hijau tua, ia menghela nafasnya. Semua ini terasa seperti mimpi, baru semalam ia bertemu pria itu dan sekarang pagi ini pukul 10.39 pagi waktu Indonesia barat. Lily telah berganti status, ia resmi menyandang gelar istri sah dari Artama Aric Mahadev, orang yang bahkan nama lengkapnya saja baru ia ketahui saat pengucapan ijab Kabul. Tetapi anehnya dia tahu nama lengkap Lily, ia bahkan sudah mengetahui bahwa Lily tidak mempunyai orang tua.
Ini benar-benar di luar nalar Lily, dalam semalam. Mungkinkah seorang laki-laki biasa menyiapkan semua ini, dalam waktu sesingkat itu. Mempersiapkan pernikahan dan segala ***** bengeknya, bahkan penata rias dan baju kebaya yang Lily kenakan saat ini. Semua begitu pas dan sempurna.
"Sebegitu bahagianya kah menikah dengan ku."
Suara Aric menyadarkan Lily, ia buru-buru menyimpan surat nikah miliknya dan memasang wajah datar.
"Mimpi," jawab Lily ketus, ia memalingkan wajahnya menatap kearah jendela mobil.
"Ya, memang seperti mimpi, bisa menikah dengan laki-laki setampan aku." Aric melirik sekilas pada wanita yang baru saja sah menjadi istrinya itu.
"Hais .... Selain gila, kau ternyata juga sangat narsis!"
"Terima kasih atas pujiannya, Istriku. Tetapi bukannya tidak baik mengatai suamimu seperti itu, di depan anak kita."
"Terserah," ujar Lily pasrah, ia sudah kehabisan kata menghadapi Aric.
Aric tersenyum puas, ia melihat ke arah spion. Melihat wajah mungil yang duduk di belakang, Adam. Anak laki-laki itu selalu memperhatikan gerak geriknya, Aric. Tidak salah memang, dia adalah anak Aric.
"Adam, apa kau senang?" tanya Aric, ia memperhatikan perubahan raut wajah sang putra dengan seksama.
"Tentu saja, aku sekalang punya Ayah dan Bunda sepelti teman-teman!" serunya, dengan serta merta ia memeluk sang bunda dari belakang.
Mendengar ucapan Adam membuat hati Lily tersenyuh. Inilah yang diinginkan putranya, sebuah keluarga yang utuh.
"Iya dong, sekarang Adam punya ayah yang keren ganteng, lebih ganteng dari ayah temen-temen Adam," ucap Aric dengan bangganya.
"Astaga, aku baru tau kalau kau sangat narsis," cibir Lily.
"Masih banyak yang belum kau tahu tentangku, Istriku. Kau akan terkejut saat tahu betapa mempesonanya aku." Aric menoleh sejenak sambil mengedipkan matanya nakal.
Lily hanya bisa menggelengkan kepalanya, entah pria macam apa yang ia nikahi ini. Dia memang tampan, Lily tidak menampik itu. Tetapi haruskah ia senarsis itu, ah sudahlah yang terpenting Adam bahagia. Toh, Lily nantinya juga akan terbiasa.
"Adam mau adik, perempuan boleh?" tanya Adam dengan nada memelas.
Lily memelototkan matanya kearah Aric yang tersenyum lebar.
"Adik ya, boleh. Adam mau adik berapa?" tanya Aric pada putranya.
Mata Adam berbinar gembira mendengar pertanyaan sang ayah. Adam sudah sangat lama memimpikan mempunyai saudara, selama ini ia merasa kesepian. Meskipun ada Rafa yang menemaninya bermain.
"Adam mau lima!" jawabnya penuh semangat.
"Lima? itu terlalu sedikit. Bagaimana kalau sembilan? Jadi dengan Adam anak ayah dan Bunda pas sepuluh."
"Mau ... mau .. kalau begitu Adam mau empat adik laki-laki dan lima perempuan,"
"Kalian bicara apa sih, kau fokus menyetir nggak usah ngomong aneh-aneh!" sentak Lily.
"Adam duduk yang baik, sebentar lagi kita sampai," titahnya pada sang putra.
"Baik Bunda," jawab Adam lesu, laki-laki kecil itu pun melepaskan pelukannya dari Lily dan kembali duduk di kursi penumpang.
Ponsel Aric berdering, Aric segera memasang headset tanpa kabel ke telinganya.
"Ya Rey, bagaimana?"
"....."
"Hem, kerja bagus. Aku akan ke sana, jaga tikus itu dengan baik."
"...."
Raut wajah Aric berubah setelah menerima telepon itu, Lily terus memperhatikannya tanpa berani bertanya. Lagi pula itu juga bukan urusannya.
"Ada sedikit masalah perkerjaan, Rey adalah tangan kananku selain Hakim," ucap Aric menjelaskan.
"Hakim tangan kananku di kantor, sedangkan Rey. Dia bertanggung jawab untuk perkejaan sampingku," imbuh Aric lagi.
"Kenapa kau menjelaskannya, aku bahkan tidak bertanya," ketus Lily.
"Istriku memang tidak bertanya, tapi terus memperhatikanku. Aku tidak ingin ada salah paham, dan membuatmu cemburu.
"Kau gila," sahut Lily memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Diam-diam seulas senyum tipis tersungging di bibirnya.
Aric yang memperhatikan itu pun ikut tersenyum.
"Aku akan mengantarmu pulang untuk berkemas, tapi aku tidak bisa menemanimu. Aku akan menjemput kalian sore nanti, ada sesuatu yang harus aku selesaikan," ujar Aric tanpa mengalihkan perhatian dari jalanan.
"Berkemas maksudmu?" Lily menoleh pada Aric.
"Kau dan Adam akan tinggal bersamaku."
"Tapi-
"Tidak ada tapi Nyonya Mahadev, kau Istriku sekarang, kau dan Adam sepenuhnya menjadi tanggungjawabku."
"Tidak ada penolakan!" tegas Aric lagi sebelum Lily kembali membuka mulutnya untuk bicara.
Keadaan dalam mobil menjadi hening, kuda
besi itu melaju membelah keramaian kota surabaya. Tak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai di rumah kontrakan Lily.
Sepasang suami-isteri telah menunggu mereka di teras rumah Lily. Setelah mobil yang Lily tumpangi terparkir sempurna di tepi jalan, ia pun segera turun menghampiri Ayu dan suaminya. Sementara Aric, mengendong Adam yang tertidur.
"Lily!" pekik Ayu, wanita itu berlari kecil kearah Lily.
"Li, maaf aku kemarin ketiduran. Aku nggak tau ada rame-rame di tempat kamu," ucap Ayu penuh rasa bersalah.
"Nggak apa-apa kok, lagi pula dia sudah membereskan semuanya." Lily menoleh sekilas kebelakang.
"Dia?" tanya Ayu membeo, ia melihat kearah belakang.
Seorang laki-laki, tampan berjalan kearah mereka dengan mengendong Adam yang tengah tertidur pulas.
"Dia, dia yang mengaku sebagai suamimu?"
Lily mengangguk mengiyakan.
.
lucunya liat anne yang masih kecil tapi dah nurut ke adam apa mereka bakal berjodoh