Naya menjadi wisudawan terbaik di hari itu. Tapi siapa sangka, ternyata Papanya sudah menikahkan Dia dengan anak temannya sendiri secara diam-diam tanpa sepengetahuan Naya.
Lantas apakah Naya akan terpaksa melanjutkan rumah tangga barunya atau lari dari kenyataan?
Simak terus updatenya di TERJEBAK PERNIKAHAN RAHASIA DI HARI WISUDA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Menjadi Siaga
Naya tergeletak di lantai kamar mandi dalam keadaan lemas tak berdaya. Bibirnya pucat pasi. Dia tak sadarkan diri. Alfath menggendong Naya untuk di pindahkan ke tempat tidurnya. Alfath memberikan pertolongan pertama dengan mengoleskan minyak kayu putih di hidungnya, di perut dan di manapun tempat yang sekiranya bisa membuat Naya sadar. Dia sedikit panik karena sama sekali belum pernah merawat orang pingsan seperti kali ini. Dia terus menunggu Naya sambil memegang satu tangan Naya dan mengusap-usap rambutnya. Berharap agar Naya segera siuman.
Alfath menunggu cukup lama dan berkali-kali menambahkan olesan minyak di hidung Naya sambil membisikkan sesuatu.
“Aku tau, Kamu orang baik. Aku berjanji akan menumpas orang-orang jahat yang akan mencelakaimu dan keluargamu”.
“Meskipun Kamu belum bisa menerima pernikahan tanpa cinta ini, begitu juga dengan Aku. Tapi ini Aku lakukan demi kebaikan keluargamu Nay”.
“Aku yakin Kamu bisa menerima pernikahan ini. Hanya soal waktu Kamu bisa mencintaiku”.
Hiks... Hiks... Hiks.... Naya tiba-tiba bersuara seperti meringis kesakitan sambil memegangi perutnya yang seperti di tusuk-tusuk.
“Nay... Kamu siuman....”.
Hoek... Naya ingin muntah tapi tubuhnya seakan tidak bisa di gerakkan. Seperti sudah mati rasa karena tidak terisi apapun. Dia menahan rasa mualnya dengan menutup kedua tangannya. Karena Dia sudah tidak tahan akhirnya Dia memeberikan isyarat kepada Alfath agar membantunya menuju kamar mandi. Alfath membolong Naya turun dari ranjang. Tapi tubuhnya sudah sangat lemas sehingga ingin jatuh ke lantai. Tanpa basa basi Alfath langsung menggendong Naya yang hampir kehilangan kesadarannya lagi. Sedangkan Dengan setengah sadar Naya hanya menurut tanpa memperhatikan siapa yang menggendongnya itu. Dia memuntahkan isi perutnya yang seharian tidak terisi makanan hingga titik penghabisan.
“Hiks... Hiks... Hiks... Pahit... ”.
“Udah? ”.
Naya mengangguk. Sambil terus memegangi perutnya. Alfath menggendongnya kembali ke tempat tidur, membaringkan Naya yang kemudian meringkuk seperti anak kecil saat sakit. Kemudian mengambilkan air minum. Lantas turun menuju ke dapur mencari apa yang bisa segera di makan Naya. Tidak ada nasi. Sepertinya Mbok Jah baru memasak lauk. Dengan gerak cepat akhirnya Alfath menemukan makanan instan. Bubur ayam instan yang bisa di sajikan sendiri.
Tanpa pikir panjang akhirnya Alfath menyeduh bubur itu. Mbok Jah baru saja selesai membersihkan ruang belakang. Melihat Alfath yang sibuk dengan bubur dan menyajikan dengan cekatan itu heran.
“Maaf tuan muda, Mbok tadi sudah masak nasi. Tapi karena lupa mencolokkan ke listrik jadinya sekarang nasinya belum matang”. Mbok Jah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Iya mbok gakpapa. Ini sudah cukup kok”
“Maaf tuan kalau tuan muda sekarang sudah sangat lapar, biar Mbok belikan nasi saja”.
“Tidak usah Mbok”. Alfath yang cekatan dan tanpa banyak bicara itu meninggalkan Mbok Jah begitu saja. Dengan membawa semangkuk bubur instan menuju kamar Naya. Mbok Jah jadi semakin merasa bersalah. Dia mengira tuan mudanya itu marah karena makanannya belum siap. Sedangkan Alfath Dia menyuapi Naya dengan telaten.
Huk... Naya tersedak makanan. Huk... Huk... Alfath segera mengambilkan botol minuman tapi ternyata botolnya sudah kosong.
“Tunggu sebentar Nay, Aku ambilkan air di bawah sebentar ya”. Naya yang masih lemas itu hanya mengangguk.
Alfath kembali dengan membawa dua botol air mineral. Dia melihat Naya yang meringis kesakitan memegangi perutnya.
“Nay Kamu kenapa...? ”
“Ambilkan obat... ”. Alfath segera menuju dapur lagi. Bertanya kepada Mbok Jah.
“Mbok obat kalau Naya sakit perut biasanya apa ya? ”.
“Sebentar tuan...”. Mbok Jah mengamati nama-nama obat yang ada di kulkas.
“Nah ini tuan...biasanya yang ini tuan muda”.