Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Meski sebenarnya Anna ingin sekali menampar, menendang dan menghantam wajah songong Bastian dengan tinjunya, namun mengingat ini masih hari pertamanya bekerja, tak mungkin juga ia memberikan kesan buruk pada presdir sekaligus yang akan menjadi suami kontraknya kelak.
Tak ingin meladeni sikap menjengkelkan Bastian, Anna pun lebih memilih mengalah dan mengikuti semua keinginan Bastian dengan seulas senyum palsunya.
Kedua nya pun kini terlihat sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Anna yang serius mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh Bastian, sementara Bastian juga tengah mereview ulang pekerjaan bawahannya yang tersusun rapih dalam beberapa map.
‘Apa dia sengaja memindahkan mejaku ke dalam ruangannya agar dia bisa sambil mengawasiku? (batin Anna seraya sesekali melirik ke arah Bastian yang sedang fokus pada lembaran kertas putih yang berada dalam genggamannya)
Ciiih! Menyebalkan sekali, gak sekalian aja taruh meja gue di depan hidungnya!’ dumel Anna yang masih belum bisa meredakan emosional nya.
“Aku bisa mendengar umpatanmu melalui bola matamu Annalese!” pekik Bastian seraya melirik tajam ke arah Anna yang keberadaan mejanya hanya beberapa meter dari meja nya.
Anna terhentak dan langsung memfokuskan pandangannya pada layar monitor, berpura-pura tak mendengar racauan tak penting Bastian.
“Ckckckck! Oke baiklah, (Bastian kembali meracau kala Anna masih saja mengabaikannya) kemas semua barang-barangmu, mulai besok kau tinggal di kediamanku, (perintah Bastian yang lalu bangkit dari kursi kebesarannya dan perlahan berjalan menghampiri meja Anna)
Dan, akhir pekan nanti aku akan mengadakan pesta untuk memperkenalkanmu sebagai calon istriku pada semua karyawan,” tambah Bastian yang membuat Anna menghentikan aktivitasnya seketika dan beralih menatap Bastian dengan raut wajah terkejutnya.
“Apa? Memangnya harus akhir pekan ini banget acaranya?” timpal Anna dengan nada protesnya yang lantas mengundang decakan emosional Bastian.
“Kenapa? Keberatan?!” balas Bastian dengan nada sinis serta tatapan dinginnya.
Selagi menunggu respon dari Anna yang tampak masih terdiam dalam kebimbangannya untuk merangkai kalimat penolakan yang tidak akan menyinggung perasaan Bastian.
Perlahan Bastian melangkahkan kakinya menghampiri meja Anna seiring dengan perubahan atmosfir yang kian mencekam ketika seringai licik terpasang di wajah tampan Bastian.
‘Aish! Sial! Apalagi kali ini yang akan pria gila itu lakukan!’ batin Anna dalam senyum lebar penuh kepalsuannya.
“Sudah ku bilang bukan, berhenti tersenyum seperti orang bodoh!” tukas Bastian yang kini telah sampai di samping kursi Anna.
Tanpa peringatan apapun, dengan gerakan cepat ia menurunkan tubuhnya dan lalu mencengkram kuat pegangan kursi Anna untuk menariknya, memposisikan kursi Anna mengarah padanya dengan gerakan kasar yang membuat tubuh kurus Anna mengalami guncangan hebat dan berakhir bersandar di sandaran kursi yang empuk.
“Astaga! (pekik Anna dengan mulut tertutup serta kedua matanya yang terpejam sebagai usahanya dalam tetap mempertahankan emosional nya)
Apa kau memiliki masalah denganku Adipati Herdhardt?! Kurasa tatapanmu selalu dipenuhi kebencian mendalam terhadapku!” ujar Anna yang mulai jengah dengan sikap kasar juga semena-mena Bastian terhadapnya, seakan ia hanyalah seorang rakyat jelata yang dengan mudahnya ia injak-injak bahkan perasaannya sama sekali tak penting bagi Bastian.
Sesuai dugaan Anna, pria yang selalu di segani oleh semua orang karena karisma serta pembawaannya yang tenang namun mematikan. Ia mencibir keluhan Anna dengan kekeuhan tawa menjengkelkan yang nyaris menciptakan huru hara diantara keduanya, lantaran Anna mulai tak dapat mengendalikan emosionalnya yang kian meluap-luap.
“Oke, baiklah jika anda tidak mau menjawabnya, sebaiknya singkirkan tangan anda dari kursi saya,” pinta Anna dengan nada yang terkesan memerintah seraya menunjuk ke arah 2 tangan Bastian menggunakan sorot mata tajam nya.
Bastian pun menarik tubuhnya dan kembali berdiri tegap di hadapan Anna masih dengan tatapan tajam nya yang tidak kendur sedikitpun.
“Kapan aku bisa menemui kedua orang tuamu?” tanya Bastian tiba-tiba mengubah topik tak terduga yang membuat Anna mengerutkan dahinya.
“Hmmp … Mereka masih berada di Singapore, akan kukabari jika meraka sudah kembali ke Indonesia,” sahut Anna santai seraya mencoba memundurkan kursinya.
Namun dengan cepat Bastian menginjak kaki kursi yang diduduki Anna hingga membuat gerakan kursi tersebut terhenti.
“Astaga! Apalagi sih?! Bisa nggak kalau bicara baik-baik aja, dan berhenti menggangguku,” gerutu Anna bersamaan dengan darahnya yang mendidih lantaran Bastian tak hentinya mendorong Anna mencapai batas kesabarannya.
“Kenapa kau selalu ingin menghindari kontak mata denganku, aku belum selesai bicara denganmu, Anna!” Bastian menekankan seraya menangkup rahang Anna menggunakan telapak tangannya yang lebar.
“Oke, oke baiklah, maafkan saya adipati Herdhardt, (balas Anna sarkas seraya mencoba melepaskan cengkraman kuat tangan Bastian dari rahangnya, namun tentu saja tidak semudah itu, karena semakin Anna menarik lengan Bastian, semakin Bastian mengeratkan cengkramannya dalam seringai licik penuh makna)
Hmmmmm … (Anna menarik nafas dalam-dalam berusaha meredam emosional nya yang kembali menguasai akal sehatnya)
Apa yang harus saya lakukan untuk membuat anda berhenti menyiksa saya seperti ini, saya sudah cukup bersabar sampai detik ini adipati Herdhardt, tapi jika anda terus mendorong saya lebih jauh, saya juga tak bisa tinggal diam begitu saja,” sambung Anna yang terdengar seperti sebuah peringatan keras bagi Bastian agar berhenti bermain-main dengannya.
“Hahahaha! Oke oke, kalau begitu belikan aku makan siang dan ice Americano di kafetaria,” perintah Bastian seakan tengah memerintah budak nya.
“Hmmm (Anna menarik nafas dalam-dalam seraya bangkit dari kursinya di iringi seulas senyum setengah hati andalannya)
Baiklah, makan siang apa yang bapak inginkan?” tanya Anna seramah mungkin.
“Coba tebak,” tantang Bastian disertai senyum licik yang terukir di wajah nya.
“Oke baiklah, jika saya berhasil menebak makan siang apa yang anda inginkan, tolong berhenti mengganggu saya,” Anna menyambut baik tantangan yang diberikan Bastian seolah hal itu bukanlah sesuatu yang sulit baginya, ia bangkit dari kursi dan menatap penuh percaya diri ke arah manik Bastian yang tak terpaut jauh darinya, karena tinggi mereka hanya terpaut 2 cm.
“Hahaha! Kau pandai bernegoisasi rupanya, oke baiklah, hanya untuk hari ini,” timpal Bastian dengan senyum mencibir nya, ia pun kemudian menarik langkah ke belakang memberikan ruang untuk Anna melintas di hadapannya dan pergi menjalankan misi pertamanya.
Tanp banyak bicara lagi Anna pun lantas melenggang pergi meninggalkan Bastian yang masih tersenyum penuh arti ke arah belakang tubuh Anna yang tampak sangat menggiurkan.
Rambut ikal panjangnya yang diikat ala ekor kuda, serta tubuh ramping juga bokong yang berisi hampir membuat akal sehat Bastian goyah dan melupakan perasaan dendam kesumat nya pada kekasih mendiang adik tirinya Benedict Gabriel.
“Kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan dalam permainanku Annalese!” Bastian bermonolog sesaat sebelum Anna menghilang dari pandangannya.
...****************...
Sementara itu di luar ruangan, Anna bergegas menghampiri meja mantan asisten Rega yang bernama Yuri, melihat kedatangan Anna yang terkesan tergesa-gesa serta raut wajah nya yang di penuhi kegelisahan, Yuri pun bangkit untuk menyambut kedatangan Anna dengan senyum manis dan ramah nya.
“Iya, ada yang bisa dibantu bu Anna?” tanya Yuri seakan tahu ada hal yang Anna butuhkan darinya.
“Kau tahu makanan kesukaan pak Bastian?” tanya Anna dengan nada yang di penuhi keputusasaan.
“Huh?” sontak saja pertanyaan itu langsung membuat Yuri terdiam dengan raut wajah yang sama bingung nya seperti Anna saat ini.
“Ma … maaf bu Anna, saya tidak tahu,” sambung Yuri yang tentu saja langsung mematahkan harapan besar Anna, karena ia berfikir jika selama ini Yuri lah yang selalu menyiapkan sarapan pagi, serta makan siang sang presdir arogan itu.
“Pak Bastian tak pernah sekalipun memintamu untuk membelikan sesuatu?” sahut Anna yang masih berusaha mengorek informasi pribadi Bastian melalui asistennya yang selalu berada di meja terdepan ruangannya.
Namun harapan itu benar-benar pupus kala Yuri menggelengkan kepalanya diiringi raut wajah lesu nya.
“Oke baiklah,” pasrah Anna yang lalu menarik langkah menuju lift.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ketika Anna sudah pergi dari area depan meja Yuri, beberapa karyawan wanita pun berlari kecil menyerbu meja Yuri yang membuat Yuri kembali berdiri dan menyambut para karyawan wanita dengan hormat karena notabenenya mereka adalah senior di perusahaan HB Group.
“Ada apa? Kenapa mukanya lemes banget gitu?!” seru salah satu wanita yang bernama Cindy seraya menunjuk ke arah Anna menggunakan sorot matanya.
“Iya nih, apa dia sudah mengeluh? Padahal baru juga setengah hari jadi sekretarisnya pak Bastian, ciihh! Mental tempe,” celetuk satunya yang bernama Megan, yang tak kalah julid nya.
“Bu Anna hanya bertanya makanan kesukaan pak Bastian,” sahut Yuri polos tanpa memikirkan dampak dari kejujurannya itu.
“Apa?! Rupanya dia berniat menarik perhatian pak Bastian dengan makanan hahaha! Ciihh! Caranya klasik sekali!” kometar yang lainnya yang bernama Bona.
“Gak bisa dibiarin, gue harus lapor sama nona Leesera,” tambah Bona yang lalu meraih ponsel dari dalam saku rok mininya kemudian langsung saja menelfon wanita yang selalu mengklaim sebagai kekasih Bastian kepada seluruh karyawannya.
Bersambung***