NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Larasati Pristi Arumdani

Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29 : Keterbukaan antar Sahabat

Di dalam mobil, suasana terasa canggung. Alfaro mengemudikan kendaraan dengan hati-hati, sementara Elvano duduk di kursi penumpang, merasakan ketegangan yang mengisi ruang di antara mereka. Elvano sangat ingin bertanya tentang apa yang terjadi semalam, tetapi dia juga tidak ingin membuat situasi semakin rumit.

"Alfaro," Elvano akhirnya memecah keheningan, suaranya sedikit ragu. "Aku melihat video CCTV kemarin. Apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Maya?"

Alfaro terkejut mendengar nama Maya disebut. "Maya?" tanyanya, suaranya terdengar gugup. Dia berusaha tetap fokus pada jalan, tetapi pikirannya melayang ke pertemuan mereka yang penuh emosi. "Kami hanya... berbicara," jawabnya, berusaha terdengar santai meskipun hatinya berdebar.

Elvano mengerutkan dahi, merasa ada yang tidak beres. "Berbicara tentang apa? Aku tidak tahu bahwa kamu dan Maya dekat," ujarnya, nada suaranya menunjukkan ketidakpastian.

Alfaro merasakan keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. "Kami... kami hanya membahas beberapa hal aja kok," katanya, berusaha mengalihkan perhatian. "Kau tahu, kadang-kadang kita perlu berbicara tentang orang-orang yang pernah ada dalam hidup kita."

Elvano mengangguk, tetapi dia masih merasa ada yang disembunyikan. "Tapi, bukankah itu bisa membuat semuanya menjadi rumit? Aku hanya ingin memastikan kita semua baik-baik saja," ujarnya, mencoba menjaga nada percakapan tetap ringan.

Alfaro merasakan tekanan di dadanya. "Aku mengerti, El. Tapi, Maya dan aku... itu sudah lama sekali. Kami tidak memiliki interaksi lagi," katanya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri sekaligus Elvano. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa perasaan itu tidak sepenuhnya hilang.

Suasana di dalam mobil kembali hening, dan Elvano merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Dia tidak tahu bahwa Maya adalah mantan Alfaro, dan ketidakpastian itu membuatnya semakin cemas. "Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka?" pikirnya, tetapi dia tidak berani mengajukan pertanyaan lebih lanjut.

Alfaro, di sisi lain, merasa terjebak dalam kebohongan kecilnya. Dia tidak ingin Elvano merasa tidak nyaman, tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya terhadap Maya. Dengan pikiran yang berputar, dia terus mengemudikan mobil, berharap bisa menemukan cara untuk mengatasi situasi yang semakin rumit ini.

...****************...

Setelah mobil berhenti di depan kantor, Elvano dan Alfaro keluar dengan suasana hati yang masih tegang. Elvano berusaha menenangkan pikirannya, sementara Alfaro berusaha menyembunyikan kegugupannya. Begitu mereka melangkah masuk, Kayyisa langsung menghampiri Alfaro dengan ekspresi khawatir.

"Alfaro! Kenapa teleponmu tidak diangkat? Aku sudah mencoba menghubungimu berkali-kali!" tanya Kayyisa, suaranya penuh kepanikan.

Alfaro terkejut mendengar pertanyaan itu. "Oh, maaf, Kay. Aku... aku tidak mendengar teleponku berdering, sepertinya semalam aku ketiduran." jawabnya, berusaha terdengar tenang meskipun hatinya berdebar. Dia tahu bahwa dia harus memberikan penjelasan yang lebih baik, tetapi pikirannya masih terjebak dalam percakapan sebelumnya dengan Elvano.

Kayyisa mengerutkan dahi, tidak sepenuhnya yakin dengan jawaban Alfaro. "Aku butuh kabar tentang proyek yang kita kerjakan, aku juga butuh kabar kamu." ujarnya, nada suaranya sedikit menuntut.

Elvano, yang mendengar percakapan itu, merasa sedikit canggung. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah antara Alfaro dan Kayyisa, tetapi dia juga merasakan ketegangan yang meningkat. "Mungkin kita bisa membahasnya sekarang," usul Elvano, berusaha mencairkan suasana.

Alfaro mengangguk, merasa lega bahwa Elvano mencoba membantu. "Ya, tentu. Mari kita bicarakan proyek itu," katanya, berusaha mengalihkan perhatian Kayyisa dari ketidakjelasan yang ada.

Kayyisa menatap Alfaro dengan penuh perhatian, tetapi dia masih merasa ada yang aneh. "Baiklah, tapi aku berharap kau tidak mengabaikan teleponku lagi. Kita perlu berkomunikasi dengan baik," ujarnya, nada suaranya lebih lembut sekarang.

Elvano dan Alfaro saling bertukar pandang, keduanya menyadari bahwa situasi ini semakin rumit. Alfaro berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, tetapi di dalam hatinya, dia masih merasakan dampak dari percakapan yang belum selesai dengan Elvano.

Dengan langkah yang mantap, mereka bertiga menuju ruang rapat, berusaha untuk mengesampingkan ketegangan yang ada dan fokus pada tugas yang menanti di depan mereka.

...****************...

Di ruang rapat, suasana terasa serius. Kayyisa memimpin pertemuan, menjelaskan beberapa poin penting tentang proyek yang sedang mereka kerjakan. Namun, perhatian Alfaro tampak terpecah. Dia duduk di sudut meja, matanya kosong, dan pikirannya melayang jauh dari presentasi yang sedang berlangsung.

"Alfaro, apa pendapatmu tentang strategi ini?" tanya Kayyisa, menyadari bahwa Alfaro tidak memberikan perhatian penuh.

Alfaro terkejut, seolah baru tersadar dari lamunannya. "Oh, maaf. Bisa ulangi?" jawabnya, berusaha tersenyum meskipun hatinya berdebar. Dia tidak bisa berhenti memikirkan pembicaraannya semalam dengan Maya.

Kayyisa mengerutkan dahi, sedikit khawatir. "Kami sedang membahas rencana pemasaran yang terkait dengan kemajuan teknologi. Aku ingin tahu apakah kamu setuju dengan pendekatan yang kita ambil," jelasnya, mencoba menarik perhatian Alfaro kembali ke topik.

"Ya, tentu. Aku setuju," Alfaro menjawab cepat, tetapi suaranya terdengar kurang meyakinkan. Dia merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kontribusi yang baik dalam rapat ini.

Di sisi lain, Elvano yang duduk di sebelah Alfaro merasakan ketidakfokusan temannya. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Alfaro, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara membantunya. "Sebenarnya apa yang terjadi antara dia dan Maya?" pikir Elvano, merasa prihatin.

Kayyisa melanjutkan presentasinya, tetapi Alfaro terus berjuang untuk tetap fokus. Setiap kali dia mencoba mendengarkan, bayangan wajah Maya dan percakapan mereka semalam kembali menghantuinya. "Apakah aku masih memiliki perasaan untuknya? Dan bagaimana jika Elvano tahu?" pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

Akhirnya, rapat berakhir, tetapi ketegangan di dalam diri Alfaro masih terasa. Dia tahu bahwa dia harus menghadapi perasaannya dan berbicara dengan Elvano tentang apa yang terjadi, tetapi saat ini, dia merasa terjebak dalam kebingungan dan ketidakpastian.

...****************...

Setelah rapat berakhir, Elvano merasa perlu untuk berbicara lebih lanjut dengan Alfaro. Dia tahu bahwa temannya sedang bergumul dengan banyak pikiran, dan mungkin makan siang di luar bisa menjadi kesempatan yang baik untuk membuka percakapan.

"Alfaro, bagaimana kalau kita makan siang di luar? Aku tahu tempat yang enak," tawar Elvano, berusaha terdengar santai.

Alfaro menatap Elvano sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, itu terdengar bagus," jawabnya, meskipun di dalam hatinya masih ada keraguan. Dia merasa tidak nyaman dengan perasaannya yang belum terpecahkan, tetapi dia juga tidak ingin mengecewakan Elvano.

Setelah mereka sampai di restoran, suasana terasa lebih ringan. Elvano memesan makanan mereka, sementara Alfaro duduk dengan pikiran yang masih melayang. Dia berusaha untuk tidak memikirkan Maya, tetapi bayangan percakapan mereka semalam terus menghantuinya.

Saat makanan tiba, Elvano memulai percakapan. "Jadi, bagaimana menurutmu tentang proyek yang kita bahas tadi? Kayyisa tampak sangat bersemangat," tanyanya, berusaha mencairkan suasana.

Alfaro tersenyum tipis, tetapi tidak bisa sepenuhnya fokus. "Ya, dia memang sangat antusias. Kita harus memastikan semuanya berjalan lancar," jawabnya, tetapi suaranya terdengar datar.

Elvano menyadari bahwa Alfaro masih tidak sepenuhnya fokus. "Kau tahu, jika ada yang mengganggumu, kau bisa bercerita padaku. Kita sudah berteman lama, kan?" ujarnya, memberikan dorongan agar Alfaro merasa nyaman untuk berbagi.

Alfaro menatap piringnya, merasa terjebak antara keinginan untuk berbagi dan ketakutan akan konsekuensinya. "Aku... sebenarnya ada beberapa hal yang menggangguku," katanya pelan, suaranya hampir tidak terdengar.

"Apa itu? Aku di sini untuk mendengarkan," Elvano mendorong, matanya penuh perhatian.

Setelah beberapa detik yang terasa lama, Alfaro akhirnya menghela napas. "Ini tentang Maya. Kami berbicara semalam, dan aku merasa bingung dengan perasaanku," ungkapnya, suaranya bergetar sedikit.

Elvano terkejut, tetapi dia berusaha tetap tenang. "Maya? Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya, rasa ingin tahunya muncul.

Alfaro mulai menceritakan pertemuan mereka, bagaimana perasaan yang tidak terduga muncul kembali, dan bagaimana dia merasa terjebak antara masa lalu dan masa kini. Elvano mendengarkan dengan seksama, berusaha memberikan dukungan tanpa menghakimi.

1
LISA
Aq mampir Kak
Arachikimchi: haloo! selamat membaca~
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!