Ratu Ketiban Duren

Akhtar meminta Ratu duduk kembali. Ia menanda tangani berkas yang Ratu bawa. Setelah itu berkas tetap dipegang Akhtar tanpa bermaksud memberikan pada Ratu. Akhtar menghubungi seseorang dan memintanya datang.

"Sini Om berkasnya. Mau di bawa kemana?" tanya Ratu.

"Biar asisten aku yang mengantarkan ke perusahaan Raja."

"Kalau gitu aku pamit. Terima kasih," ucap Ratu. Akhtar kembali menahan tangan Ratu saat ia akan berjalan.

"Boleh aku minta tolong?" tanya Akhtar dengan wajah serius.

"Karena Om pernah menolong aku, baiklah. Aku akan tolong Om, biar tak ada hutang budi lagi."

"Temani aku ke sekolah putriku. Hari ini ada pertunjukan diaekolahnya. Mommynya tak bisa hadir, jadi aku sebagai perwakilan orang tuanya."

"Kenapa Om tak pergi sendiri aja?"

"Kamu tak mau menemani?"

"Bukan nggak mau, Om. Nanti aku di kira istri muda Om," gumam Ratu, tapi masih dapat di dengar Akhtar. Ia kembali tersenyum mendengar jawaban polos dari Ratu.

"Aku tak biasa pergi acara sekolah. Biasa yang hadir mommy-nya."

"Oke, deh. Sekali ini aja. Tapi aku tak mau ada acara jambak-jambakan. Nanti aku di kira pelakor."

"Kamu tuh kalau ngomong asal aja," ujar Akhtar sambil mengacak rambut Ratu.

Ratu yang tak pernah diperlakukan begitu, walau telah lebih dua tahun pacaran dengan Felix menjadi salah tingkah. Yang berani menyentuh dirinya hanya Daddy, dan saudara laki-lakinya.

Akhtar meminta Ratu menunggu sebentar, ia akan mengganti pakaiannya. Acara akan dimulai pukul sebelas.

Akhtar telah meminta izin Raja membawa Ratu ke sekolah anaknya. Raja telah mengetahui semua mengenai kehidupan pribadi Akhtar. Pria itu selalu berbagi cerita dengannya. Itulah alasan Raja meminta Ratu mengantarkan berkas.

Setelah berpakaian Akhtar langsung meminta Ratu ikut. Mereka pergi dengan mobil Akhtar. Mobil Ratu akan di bawa ke rumah oleh asistennya.

"Aku takut," ucap Ratu dengan lirih ketika mobil sedang melaju. Akhtar melirik ke arah Ratu dengan sudut matanya.

"Kenapa takut."

"Aku takut saat aku jalan dengan Om, istri Om marah dan menyerangku. Nanti wajah cantikku bisa rusak." Ratu langsung memegang wajahnya.

"Kenapa marah? Aku sudah katakan, aku tak memiliki istri. Hanya ada mantan istri. Kami telah pisah lebih dari lima tahun, saat anak itu masih dalam kandungan. Foto yang kamu lihat, itu.saat aku bertemu dengannya di Singapura."

"Om nakal ya?"

"Kenapa aku nakal?"

"Buktinya Om pisah dengan istri. Pasti ada kesalahan yang Om lakukan sehingga pisah dengannya."

"Tidak semua kesalahan dari pria, Ratu. Wanita juga ada melakukannya. Kamu tak ingin tau kenapa aku pisah dengan mantan istri."

"Nggak!"

"Kenapa?"

"Bagiku itu privasi,Om. Aku juga tak mau tau karena kita tak ada hubungan apa-apa."

Akhtar tak sengaja menginjak rem mendengar jawaban dari Ratu. Akibatnya kepala Ratu kebentur dasbor mobil. Akhtar menepikan mobilnya. Ia menghadap Ratu dan mengusap dahi Ratu.

"Maaf! Sakit banget ya?" tanya Akhtar. Ia mengusap dahi Ratu.

Akhtar tak menduga jika Ratu menjawab begitu. Dari awal bertemu ia telah menyukai gadis itu. Akhtar mengira jika gadis itu pasti ada sedikit perasaan dengannya. Tapi dugaannya salah, Ratu tak menganggapnya lebih.

Akhtar kembali menjalankan mobil menuju sekolah anaknya. Walaupun saat ini Ratu tak memiliki perasaan apa-apa dengannya, Akhtar bertekad akan meluluhkan hati gadis itu. Gadis yang unik dimatanya.

Terkadang ia tampak rapuh, dan di saat yang bersamaan ia bisa tampak begitu tegar. Ia begitu manja dengan orang tua dan saudaranya tapi juga mandiri dalam karir.

Meski punya hati lembut, wanita juga mempunyai sisi kuat dan tegar dalam dirinya. Mereka selalu tegar dalam menghadapi masalah. Dalam situasi sesulit apapun, seorang wanita tetap bisa tampak tersenyum dan membagikan energi positif untuk orang-orang di sekitarnya.

Sampai di sekolah anaknya, Akhtar memarkirkan mobil dan mengajak Ratu untuk menemui putrinya.

Ratu berjalan di samping Akhtar menuju ruang kelas putrinya. Sampai di kelas, ia melihat putri kecilnya sedang melamun. Ia mendekatinya.

"Quin, Sayang," ucap Akhtar. Putrinya kaget, dan langsung memeluk tubuh Akhtar.

"Papi, aku kira nggak jadi datang, karena udah jam berapa ini. Pentas udah akan mulai."

"Maaf, Sayang. Yang penting nggak terlambat'kan?"

Putri Akhtar yang bernama Quinnsha Qiana Qalesya yang lebih akrab di panggil Quin, menatap Ratu dengan tajam.

"Papi datang dengan siapa?"

"Oh, ya kenalkan ini Ratu," ucap Akhtar mengenalkan Ratu pada Quin putrinya.

"Kenalkan nama aku Quin," ucap Quin sambil mengulurkan tangannya.

"Tante, emang wajahku tua banget ya, kok dipanggil Tante," ucap Ratu mendengar Quin memanggilnya Tante.

"Nggak tua kok, cantik banget. Apa Tante mommy barunya Quin?" tanya Quin dengan wajah polosnya.

"Bukan, aku hanya teman Om mesum," ujar Ratu.

"Om mesum. Apa itu om mesum, Tante?"

"Om mesum itu panggilan aku untuk Papi kamu." Ratu berkata sambil tersenyum.

"Apa artinya itu, Papi?"

"Om kesayangan. Tante Ratu itu sangat sayang dengan Papi."

"Sembarangan aja Om ngomongnya."

Suara musik mulai terdengar dari aula. Quin mengajak Papi dan Ratu mengikuti langkahnya. Quin memegang tangan Ratu erat. Quin tampak bahagia. Ia mengenalkan Akhtar dan Ratu pada teman-temannya.

Pentas seni segera di mulai. Quin tampil awal membawakan tari persembahan. Ia menari dengan riang gembira. Senyum semringah selalu ia berikan pada semua orang.

Setelah tampil, Quin berlari ke tempat Akhtar papinya dan Ratu duduk. Ia memeluk Ratu dan mengecup pipinya.

"Tante, cantik banget," ujar Quin kembali memuji kecantikan Ratu. Ia mengusap wajah mulus putri.

"Kamu juga cantik banget. Pintar nari dan pastinya pintar dalam pelajaran'kan?"

"Aku juara terus, aku emang pintar."

Quin duduk di samping Ratu, gadis cilik itu berceloteh terus. Ia tampak sangat menyukai Ratu. Setelah usai semua acara, Akhtar ingin pamit. Quin akan di jemput mommy-nya.

Baru aja ia akan melangkah meninggalkan kelas Quin, tampak Mommy Quin mantan istrinya yang berjalan bersama seorang pria, suaminya saat ini.

Bersambung.

Bagaimana reaksi mantan istri Akhtar saat bertemu Ratu? Nantikan terus kelanjutan dari novel RATU KETIBAN DUREN. Terima kasih.