Bagaimana rasanya menjadi istri yang diselingkuhi? Terlebih wanita itu adalah wanita yang sangat cantik, memiliki bentuk tubuh ideal, berprestasi, dan juga lemah lembut?
Iya! Disana lah posisiku sebagai seorang istri yang menyedihkan. Penampilan berantakan, bentuk tubuh tambun tak terurus, setiap hari yang aku kenalan hanyalah daster tanpa polesan make up sedikitpun, dan sekalinya aku berdandan, orang hanya akan mengaggapku sebagai badut.
Benar, aku adalah putri dari orang berada yang dijodohkan karena bisnis orang tua. Tapi menjadi putri dari pasangan berada juga tak membuatku menjadi manja. Aku melakukan segala yang aku bisa untuk menyenangkan anak, mertua, dan terutama suami. Tapi apa yang aku dapat? Adik ipar yang sama sekali tidak menyukaiku malah membuatku semakin dibenci oleh suamiku. Dengan bodohnya aku mengikuti segala yang dia katakan. Mulai dari menggunakan gaun berwarna merah terang,kuning, bahkan juga hijau stabilo.
Aku tidak rela! Aku tidak ingin kehilangan suamiku, aku tidak ingin kehilangan statusku sebagai istri yang sah, aku juga tidak ingin anakku kehilangan Ayahnya.
Bagaiamana caranya aku bisa mempertahankan rumah tanggaku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Hari demi hari telah terlewati berganti minggu, minggu kini telah berganti bulan.
Disudut ruangan yang hampa, seorang wanita cantik kini tengah memandangi dirinya dengan tatapan datar. Matanya naik turun memperhatikan bagian tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bibirnya ingin tersenyum, tapi dia merasa belum waktunya untuk bisa tersenyum.
Alisnya yang beberapa waktu tumbuh dengan lebat kini telah dirapihkan, pipi super chuby nya kini telah menjadi tirus dan membuat garis wajahnya nampak sangat jelas.
Sebentar dia menghela nafas, lalu menjauhkan dirinya dari cermin yang memantulkan gambaran dirinya. Delapan bulan sudah waktu terlewati, perjuangan untuk sembuh, dan keteguhan untuk menurunkan berat badan kini telah membuahkan hasil. Iya, dia adalah Shenina.
Wanita itu, kini memiliki tubuh yang sangat indah, wajahnya yang biasa bengkak kini terlihat sangat cantik, rambutnya juga bertambah panjang, tengkuknya kini terlihat jelas jenjangnya saat dia mengikat tinggi-tinggi rambutnya.
Bukan tanpa perjuangan, dua bulan setelah dinyatakan sembuh, Shen mulai mengikuti program diet ketat. Awalnya dia sungguh tersiksa dengan menu makanan yang serba direbus, apalagi harus memakan delapan butir telur rebus setiap harinya, ditambah harus lebih banyak memakan buah dan sayur. Tidak ada lagi ikan, ayam, atau daging goreng, atau bahkan daging rendang, gulai dan sebagainya. Karena semua itu harus ia makan dengan direbus, atau di oven saja ditambah bumbu yang sangat minim cenderung hambar. Untunglah, tekat yang membulat itu mampu mengalahkan rasa jenuh dan menyerah.
" Shen? Kau sudah siap? " Tanya Zera setelah membuka pintu kamar Shen.
" Tentu. " Shen tersenyum menoleh ke arah Zera, lalu berjalan untuk meraih tas gym nya, dan keluar bersama Zera.
Di tempat gym, Shen selalu mencuri perhatian banyak pria yang juga tengah beraktifitas disana. Tak terkecuali seorang pria bernama Damien yang selalu saja muncul menggodanya. Damien memang sangat terkenal sekali suka mempermainkan wanita, maka dari itu setiap kali dia mendekati Shen, Shen hanya akan menanggapinya dengan sinis dan dingin.
" Shen, butuh bantuan ku tidak? " Tanya Damien saat melihat Shen akan mengangkat dumble.
" Butuh. " Jawab Shen dingin.
" Oh ya? Sini aku bantu! " Damien sudah bersiap berdiri dibelakang Shen, tangannya juga sudah mulai bergerak untuk membantu Shen menggerakkan dumble.
" Aku butuh bantuan mu untuk menyingkir dariku, bukan menempel padaku. " Shen menyikut keras perut Damien. Maklum saja, tubuh Damien sangat tinggi kalau dibandingkan dengan dirinya yang hanya seratus enam puluh lima. Jika dikira-kira, mungkin tinggi Damien sekitar seratus delapan puluh lima sampai seratus sembilan puluh sentimeter.
" Ah....! " Damien sengaja memekik dengan suara sensual. Tentu saja semua orang melihat ke arah mereka, dan itu semua sukses membuat Shen melotot marah.
" Stay away from me! " Kesal Shen karena laki-laki itu lagi-lagi bertingkah menyebalkan.
" I can't, aku mau tetap dekat denganmu. " Damien nyengir menunjukkan barisan giginya yang rapih dan putih.
" Minggirlah, Dam. Aku ini wanita bersuami, kau tidak malu menggoda istri orang? "
Damien menoleh ke kanan dan ke kiri berpura-pura mencari dimana letak suami yang dimaksud Shen.
" Shen, dimana suamimu? Setiap hari aku hanya melihatmu bersama Zera. Apa suami yang kau maksud itu Zera? "
" Kepalamu! Suamiku ada dirumah. "
Damien terkekeh geli, memang sangat tidak biasa seorang Shenina. Padahal kalau dia mau, dia bisa saja mendapatkan wanita yang secantik Shen, tapi semenjak bertemu Shen, Damien sulit mengendalikan diri untuk tidak mendekati Shen meski wanita itu selalu mengusiarnya dengan menunjukkan status pernikahan.
" Shen, entah kau sudah punya suami, atau kau anaknya Donal Trump, aku tidak perduli apapun. Now, i need you. "
" I need you, matamu! " Kesal Shen karena gagal menyingkirkan Damien.
" Mataku? Mataku, bibirku, kepalaku, badanku, kaki, tangan, anuku, semuanya deh untuk Shen. " Damien lagi-lagi tersenyum.
Shen mendesah kesal, padahal dia baru saja sepuluh menit berolah raga, tapi si pria menyebalkan itu sudah datang mengganggu seperti biasanya. Ya ampun! Kalau bukan anak orang, Shen benar-benar ingin memukul kepalanya, siapa tahu otaknya akan menjadi benar setelah itu.
" Shen, nanti kita pergi makan siang yuk? " Ajak Damien.
" Tidak mau! Lagi pula kau tidak akan sanggup membayar makan siang ku. "
Damien terperangah tapi dia tidak marah sama sekali.
" Shen, memang di restauran mana kau ingin makan sampai aku tidak mampu membayarnya? "
" Bukan restauran mana, hanya saja aku terbiasa makan siang degan menu, perak, berlian, intan, dan sausnya menggunakan lelehan emas berkualitas tinggi. " Shen melirik kesal ke arah Damien yang kini manggut-manggut saja mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut Shen.
" Cuma begitu saja? Mengirim satu truk emas untuk makan siang mu aku juga sanggup kok. "
Shen sungguh sudah tidak tahan lagi, dia meraih tasnya lalu berjalan keluar.
" Ya Tuhan! Eh, calon istriku kabur! Tunggu! " Damien mengejar Shen yang sudah lebih dulu keluar. Sementara Zera, gadis itu sengaja tak mendekati mereka berdua, dan memilih untuk melihat saja dari jarak yang lumayan jauh sembari tersenyum.
" Aduh, istriku. Apa kau begitu terharu sampai berlari keluar? Ingin makan dengan saus emas? " Damien menahan tawanya melihat bibir Shen yang mengerucut kesal menahan makian yang pasti akan ia ucapkan untuk dirinya.
" Enyahlah penjahat kel*min! " Usir Shen, lalu masuk kedalam mobilnya. Tak menunggu Zera, dia dengan kecepatan tinggi melajukan mobilnya.
" Huh....! Kalau tidak mau ya sudah, tinggal di paksa saja. Heh! Ayo Damien, kita rebut istri orang itu! " Ucap Damien menyemangati dirinya sendiri, lalu berjalan menuju sebuah mobil sport mewah berwarna biru yang terparkir disana. Iya, untuk apa dia masuk ketempat olah raga kalau tidak ada Shenina? Batinnya menggerutu.
" Hah! " Zera mendesah sebal.
" Pulang naik taksi nih? Sudahlah.... " Zera berjalan menuju jalan raya untuk memberhentikan taksi.
***
" Nenek, aku mau yang ini saja. " Tunjuk Asha memilih gaun untuknya merayakan ulang tahunnya yang ke lima. Sebenarnya hari ini Arnold sudah menghubungi dan mengatakan akan membawa Asha membeli dress ulang tahun bersamanya. Tapi karena ada meeting dadakan, dan Asha juga sudah tidak sabar, jadilah Asha pergi bersama Ibu Lean.
" Tentu saja sayang. Karena dress nya warna pink, berarti nanti dekorasinya juga mengikuti ya sayang? " Ibu Lean mengusap kepala Asha yang kini tengah mengangguk setuju.
" Oh iya, nek. Ngomong-ngomong apa Ibu akan pulang sebentar untuk merayakan ulang tahunku? "
Ibu Lean memaksakan senyumnya.
" Sayang, kalau memang Ibu belum bisa pulang, Asha mau kan memaafkan Ibu? "
Asha memang nampak kecewa, tapi dia juga mengangguk.
" Iya Nenek. "
" Anak pintar. " Mereka akhirnya kembali fokus dengan memilih dress untuk menentukan ukuran dan mencobanya terlebih dulu.
" Sayang, setelah ini kita beli sepatu juga ya? " Ajak Ibu Lean.
" Baik, Nenek. "
Bersambung......
pasangan somplak