Milea arabella, biasa akrab di sapa dengan nama Lea adalah gadis yatim piatu setelah kematian kedua orang tua nya akibat kecelakaan tunggal beberapa tahun yg lalu sepulang dari luar kota, saat itu milea yg baru lulus SMA begitu syok mendengar kenyataan itu, apalagi dirinya harus menghidupi ketiga adik-adiknya.
Akan kah kebahagiaan menghampiri Milea dan ketiga adik-adiknya.?
ikuti terus kisah milea di cerita ini.
Happy reading 😘.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon astiana Cantika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 Anggota baru keluarga Mahendra
"Oh iya bang, aku hampir lupa, identitas Abang sudah ku ubah dan Abang resmi menjadi saudara tertua kami dengan nama EL BARRA MAHENDRA." Ucap Lea pada barra.
Barra yg mendengar penuturan Lea pun terkejut bahwa Lea begitu dengan mudah nya menerima dirinya yg hanya orang asing ini.
Barra pun menoleh pada Lea dengan tatapan sendu nya.
"Terimakasih sudah mau menerima Abang yg hanya laki-laki tidak berguna ini." Ucap barra dengan mata berkaca-kaca.
"Bang, aku tau Abang orang baik, dan itu kemauan ku sendiri untuk mengangkat Abang menjadi saudara tertua kami, anggap lah kami ini seperti saudara kandung sendiri walaupun kita terlahir dari orang tua yg berbeda." Ucap Lea menggenggam tangan barra.
"Bener apa kata kakak bang, kita di sini akan jadi saudara dan saling support untuk kedepannya." Ucap Zero.
"Wah Abang Zero si paling bijak haha." Ucap Sasa tertawa kecil.
"Abang kan memang bijak." Ucap Zero membusungkan dada nya.
"Tapi, bagaimana dengan kakek dan nenek,?" Tanya barra pada Lea.
"Nenek dan kakek sudah tau bang, aku sudah menghubungi mereka, dan malahan mereka ingin segera cepat-cepat bertemu sama Abang." Ucap Lea .
Barra pun menghela nafas pelan dan mengangguk.
Setelah makan dengan puas, kelima bersaudara itu pun keluar restoran menuju area parkir untuk segera pulang ke mansion nya segera.
"NONA, ANDA SEDANG DI AWASI OLEH PENGAWAL BAYANGAN SESEORANG DI SEGALA PENJURU JALANAN."
Lea pun mengerutkan kening nya dengan bingung.
"Apakah mereka berbahaya tem,?" Ucap Lea.
"TIDAK NONA, MEREKA ADALAH ORANG SURUHAN SESEORANG YG INGIN MENGETAHUI IDENTITAS NONA."
"Baiklah, kalau tidak membahayakan aku dan saudara ku, aku tidak akan turun tangan membasmi mereka." Ucap Lea.
Kini mereka pun sudah sampai di area parkir dan hendak mau pulang.
"Maaf, Abang menggunakan mobil mu dek." Ucap barra tak enak hati.
"Tidak apa-apa bang, gunakan lah sepuasnya asal jangan menyentuh mobil ku yg berwarna merah." Ucap Lea tersenyum kecil.
Saat ini yg barra gunakan adalah mobil Lamborghini Aventador berwarna kuning terang, Felix sudah mengetahui sejak awal bahwa mobil yg berwarna merah adalah mobil kesayangan kakak nya, makanya sedari di beli tidak pernah keluar garasi sama sekali bahkan dirinya pun tak berani menyentuh mobil tersebut.
"Loh Zero, kamu pake motor.?" Tanya Lea.
"Hehe iya kak, aku lebih suka pake motor kesayangan ku ini si jalu." Ucap Zero tertawa kecil.
"Kenapa nama nya musti Jalu.?" Ucap Lea heran.
"Karena si jalu ini adalah raja jalanan." Ucap Zero membangga kan motor nya.
"Hais suka-suka kau lah Zero, ada ada saja." Ucap Lea menggelengkan kepala nya melihat keabsurdan Zero.
Dua mobil mewah dan satu motor sport itu pun di kawal oleh mobil pengawal dan bodyguard yg berada di depan dan belakang mereka.
Di kota-kota besar pemandangan seperti itu sudah biasa orang saksikan kala melihat para keluarga penguasa lewat dengan di kawal oleh para bodyguard dan pengawal nya, jadi orang-orang tidak heran lagi.
.
.
Sedangkan di bandara saat ini nenek juminten beserta kedua cucu nya baru tiba dan mereka pun berpencar mencari keberadaan milea dan adiknya.
Hampir 2 jam mereka berkeliling menelusuri nya tapi tidak membuah kan hasil, lagi lagi mereka kehilangan jejak.
Di dalam mobil menuju pulang, nenek juminten terus-menerus mencaci maki milea dan adik-adiknya dengan sebutan cucu durhaka karena sudah membuat nya harus merasakan lelah yg teramat sangat akibat mencari mereka.
Dengan perasaan dongkol, mereka pun pulang dengan tangan kosong, tapi mereka tidak menyerah sampai mereka bisa menemukan dimana keberadaan milea dan adik-adiknya.
.
Saat ini milea dan saudara-saudara nya sudah tiba di mansion megah milik Lea, kedatangan nya di sambut oleh para maid serta pengawal dan juga bodyguard yg sudah berbaris rapi menyambut nyonya muda mereka.
"Selamat datang kembali nyonya muda." Ucap para Maid serta pengawal dan juga bodyguard serempak.
"Terimakasih, nanti ambil hadiah dan bingkisan buat kalian dan keluarga kalian ya, sebentar lagi truck box datang." Ucap Lea para seluruh orang di mansion nya.
"Baik terimakasih nyonya muda." Ucap mereka semua.
Lea pun mengangguk lalu ia dan saudara-saudara nya pun masuk menuju lantai 5 bangunan itu.
Sesampainya di lantai paling atas kelima nya pun duduk bersama menghilang perasaan rindu yg belum hilang.
"Kakak, oleh-oleh buat adek mana,?" Ucap Sasa yg saat ini bermanja pada Lea.
"Sebentar lagi oleh-oleh buat kalian semua tiba, terutama bang barra." Ucap Lea menoleh pada barra.
Barra pun menunjuk dirinya sendiri, dan itu di angguki oleh Lea.
"Kenapa dengan Abang dek.?" Ucap barra bingung.
"Lihat lah pakaian mu bang, aku tau Abang minjem baju milik Felix kan,?" Ucap Lea.
Barra pun melihat baju yg di kenakan nya berupa kaos putih dan celana jeans pendek.
Walaupun tampak apa adanya tapi harga outfit yg di kenakan barra yaitu pakaian milik Felix memiliki harga yg tidak murah.
Semua pakaian milik keluarga nya yg di belikan oleh Lea adalah barang-barang branded dengan harga fantastis.
"Maaf Abang minjem baju Felix." Ucap barra dengan tidak enak hati.
"Bukan itu maksud ku bang, lihat lah badan mu yg kekar itu memakai baju remaja yg pas-pasan seperti mau sobek aja hahaha." Ucap Lea tertawa terbahak-bahak.
Zero pun tertawa ngakak karena baru menyadari bahwa pakaian yg di gunakan barra nyaris kekecilan.
"Maaf bang, bukan maksud kami menertawakan Abang, Abang tidak cocok menggunakan itu." Ucap Lea pada barra.
Tak lama kemudian rak gantung berisi jas-jas mahal dan paper bag dengan jumlah banyak pun tiba, ada puluhan maid yg membawa seluruh hadiah milik saudara-saudara nya.
"Woah banyak banget kak." Ucap Zero.
"Iya, ini semua untuk kalian, barang-barang kakak dan kakek nenek sudah maid antar ke kamar, dan ini milik kalian semua." Ucap Lea.
Felix, Zero dan Sasa begitu antusias melihat oleh-oleh dari luar negri yg pertama kali mereka lihat itu.
Sedangkan barra hanya menonton keantusiasan Felix Zero dan Sasa.
Lea yg melihat itu pun mendekat pada Barra.
"Bang kemarilah." Ucap Lea dengan segera menarik tangan barra.
Barra pun menurut lalu beranjak menuju rak gantungan puluhan jas mewah.
"Ini pakaian punya Abang, beserta ini, ini, ini dan ini." Ucap Lea memberikan paper bag berupa bermacam-macam sepatu, jam tangan, kacamata dan aksesoris lainnya.
"Ini terlalu banyak dek, apa tidak sayang uang nya, lebih baik di simpan." Ucap barra.
"Bang terima lah, ini untuk Abang, dan 2 hari lagi Abang akan mulai kerja." Ucap Lea, dan Lea pun menyuruh para maid untuk menaruh barang-barang milik barra di lantai 3 bersebelahan dengan kamar Sasa yg memiliki ruangan sedikit besar dengan di lengkapi ruang kerja yg berhubungan dengan kamar barra.
Barra pun terkejut mendengar bahwa dirinya akan mulai kerja, dengan hati yg senang dan bahagia barra pun menganggukkan kepalanya, walau dirinya saat ini belum mengetahui akan kerja apa.
Bersambung.
