AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Sesaat setelah Wira berangkat bekerja, rumah sangat sepi apa lagi sekarang Asti sedang berada di luar kota untuk menghadiri acara pernikahan salah satu keponakannya.
Seperti biasa, Mawar yang kesepian akan menonton drama kesukaannya. Baru saja Mawar hendak masuk kedalam rumah, langkahnya terhenti ketika ada mobil yang masuk ke dalam halaman.
Jleb,...
Wajah Mawar mendadak dingin ketika melihat siapa orang yang keluar dari dalam mobil tersebut.
Dengan wajah angkuh dan kesombongan yang tiada tara, tanpa menyapa atau sekedar permisi Farah berlenggang masuk kedalam rumah.
Mawar yang tidak terima langsung menarik tangan Farah dan mendorongnya keluar.
"Mau apa kau masuk?" tanya Mawar dengan tatapan sinis.
"Siapa kau yang berani melarang ku hah?"
"Aku menantu di rumah ini. Kenapa memangnya?" jawab Mawar dengan beraninya.
"Wah, sombong sekali kau ini. Aku sudah biasa keluar masuk rumah ini."
"Siapa yang kau cari hah? mamah Asti tidak ada, dia sedang keluar kota!"
"Jangan bohong kau. Aku tidak ada urusan dengan mu. Biarkan aku masuk dan jangan menghalangi ku!"
Farah berusaha mendorong Mawar, namun Mawar masih bisa menahan tubuhnya.
"Wah, kau ini tamu tapi tidak memiliki etika. Pergi sana....!" usir Mawar.
"Kau berani mengusir ku, akan ku adukan kau pada tante Asti...!" ancam Farah membuat Mawar tertawa.
"Mbak Mawar, ada apa?"
Salah satu pembantu yang mendengar keributan langsung keluar.
"Bi, kemana penjaga rumah ini. Kenapa dia bisa masuk?"
"Pak Manto sakit, mbak. Eh kamu, pergi sana!" pembantu yang biasa di panggil bi Jum ini mengusir Farah.
"Heh, kau hanya pembantu. Berani kau mengusir ku hah?"
"Nyonya tidak ada di rumah. Pergi sana, jangan membuat ke ributan di sini."
"Apa kuping mu tuli? sana pergi....!" timpal Mawar ikut mengusir.
Farah yang tidak menyukai Mawar tiba-tiba saja menjambak rambut Mawar. Tentu saja Mawar langsung membalasnya.
Bi Jum yang melihat keributan ini langsung melerainya.Namun tenaga tuanya kalah saat di dorong Farah hingga membuat pinggangnya encok.
Pembantu yang lain tidak mendengar karena berada di belakang sedang mencuci pakaian. Salah satu supir juga sedang pergi ke bengkel untuk menservis mobil sedangkan pak Norman belum datang.
"Farah,.....!"
Teriak Wira yang tiba-tiba kembali. Wajah pria ini memerah saat melihat istrinya di aniaya seperti ini.
Mendengar suara Wira, Farah yang terkejut langsung berakting menangis dan jatuh. Mawar, dengan rambut acak-acakan dan sedikit cakaran di wajahnya memilih menghampiri bi Jum yang merintih kesakitan.
"Kenapa kau membuat keributan di rumah ku hah?"
Wira marah besar.
"Wira, istri mu menyerang ku duluan. Aku datang ke sini hanya untuk bertemu tante Asti untuk meminta maaf. Tapi, istri mu ini malah mendorong ku bahkan memukul ku!"
Farah malah membolak balikkan Fakta.
"Itu semua bohong mas Wira. Jangan percaya!" ujar bi Jum.
"Diam kau!" Farah malah menyentaknya.
Wira tidak berniat menolong Farah yang terduduk di lantai. Pria ini malah menghampiri istrinya dan merapikan rambutnya.
"Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Wira pada istrinya malah membuat mata Farah terbelalak.
"Aku baik-baik saja. Perempuan ini hendak masuk kedalam rumah tanpa permisi. Jadi, wajar saja jika aku menghalanginya."
"Jangan percaya dengan ucapan perempuan udik ini. Dia bohong. Wira, kau harus percaya pada ku!"
"Aku lebih percaya dengan istri ku. Siapa yang mengizinkan kau untuk masuk kedalam rumah ini hah?"
Suara Wira terdengar menggelegar, matanya merah menatap benci pada Farah.
"Aku hanya ingin bertemu tante Asti. Tapi dia menghalangi ku."
"Aku sudah bilang jika mamah tidak ada. Tapi dia terus memaksa untuk masuk!" Mawar membela diri.
"Pembohong!" seru Farah.
"Kau yang pembohong!" balas Mawar tak mau kalah.
"Kau sudah membuat ke ributan di rumah ku. Sekarang pergilah atau aku akan melaporkan mu pada polisi...!" ancam Wira langsung membuat Farah ketakutan. Buru-buru wanita itu masuk kedalam mobilnya dan pergi.
Wira membantu sang istri menuntun bi Jum. Pria ini juga memanggil tukang pijet karena pinggang bi Jum benar-benar encok di dorong Farah tadi.
"Untuk saja kau pulang. Jika tidak, hancur sudah wajah ku!"
"Berkas ku ada yang ketinggalan, jadi aku putar balik. Farah benar-benar kelewatan, dia sudah membuat pipi istri ku lecet."
"Mas, kepala ku sakit!" keluh Mawar.
"Cacing betina itu harus di beri pelajaran!" ucap Wira emosi, "istirahat lah, mas gak jadi balik ke kantor."
"Mas, aku mau muntah...!"
Mawar langsung berlari masuk ke kamar mandi. Mawar muntah-muntah di sana hingga membuat Wira panik. Seketika itu juga tubuh Mawar mendadak lemas dan wajahnya pucat.
"Sayang, apa Farah ada membenturkan kepala mu tadi?" tanya Wira.
"Tidak ada mas!" jawab Mawar kembali muntah.
Wira memijat tengkuk istri, membuat Mawar merasa sedikit tenang.
Untuk beberapa saat Mawar berada dalam posisi yang sangat tidak enak. Dengan telaten Wira mencuci mulut istrinya lalu menggendongnya ke tempat tidur.
Wira pergi ke dapur, mengambil air putih hangat untuk sang istri.
"Minumlah!"
Wira membantu istrinya duduk, beberapa teguk air hangat tersebut sudah di minum Mawar.
"Selain memukul kepala mu, apa dia ada memukul bagian tubuh mu yang lain?" Wira menginterogasi istrinya yang masih lemah tak berdaya.
"Cuma sekali dia menendang perut ku mas. Mungkin itu yang membuat ku mual."
"Farah harus bertanggung jawab. Dia sudah bertindak brutal!"
Emosi Wira semakin tersulut, lihat saja nanti pasti Wira akan membalas perbuatan wanita itu.
"Mas, kepala ku sangat sakit!" keluh Mawar tanpa terasa mengeluarkan air mata.
"Kita pergi ke rumah sakit ya. Mas takut kamu kenapa-kenapa."
"Nanti saja mas, kepala ku sangat sakit!"
Semakin khawatir Wira, apa lagi dia melihat dengan jelas tadi jika Farah menjambak rambut istrinya dan memukul kepala Mawar.
"Gak ada kata nanti, sekarang!" tegas Wira langsung menggendong istri menuju mobil.
Tepat waktu, pak Norman juga baru sampai.
"Cepat pak, ke rumah sakit sekarang!" ujar Wira.
"Baik mas....!"
Mereka langsung pergi ke rumah sakit, apa lagi sekarang Mawar sudah menangis menahan rasa sakit di kepalanya. Berada di dalam mobil juga membuat perut Mawar kembali mual.
"Pak, besok datangnya lebih awal lagi ya. Tadi Farah mengamuk di rumah, istri ku dan bi Jum jadi korbannya."
"Baik mas....!"
Bukan salah pak Norman, jadwal masuk kerjanya memang pukul delapan pagi.
Untung saja jarak rumah ke rumah sakit tidak terlalu jauh. Setibanya di sana Mawar langsung mendapatkan penanganan dari Dokter. Dengan setia pula Wira menemani istrinya yang sedang di periksa.