Ini kisah seorang seorang gadis kaya raya mencari cinta sejati menyamar jadi karyawan sederhana. Sania kembali ke tanah air demi mencari kebenaran kematian ibunya. Selama di tanah air Sania jatuh cinta pada pengusaha kaya namun sayang ditinggal nikah. Demi melanjutkan rencana balas dendam pada keluarga penyebab kematian sang ibu juga pada mantan pacar Sania rela menikah dengan laki beristeri yang penyakitan. Mampukah Sania mencari fakta Kematian ibunya sekaligus tuntaskan dendam pada mantan pacar? Semua jawaban ada di kisah ini. Silahkan simak kisah Sania mencari cinta dan tuntaskan dendam!
Ini karya perdanaku. Mohon dukungan para pembaca. Tinggalkan jejak agar penulis makin semangat update. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei Sandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jumpa
Bara mangut mangut benarkan kata kata Sania. Bobby tidak melakukan apapun mana berhak meminta proyek ini dari Sania. Semua Sania yang kerjakan jadi wajar Sania berhak tentu mau dibawa ke mana proyek ini. Kebetulan Sania kerja di kantornya maka wajar Sania rekomendasi proyek ini ke Bara.
Dea masuk membawa makan siang ke ruang Bara. Sania pamitan pada Bara tahu bosnya hendak makan siang. Seorang pegawai baru macam Sania belum punya kekuatan besar duduk semeja dengan bos nikmati makan siang.
"Ikut makan sini!" ntah itu perintah atau permintaan. Suara Bara terdengar ramah walau tak seramah resepsionis.
Dea dan Sania saling berpandangan. Kata kata itu ditujukan pada Dea atau Sania. Bara tak jelaskan siapa yang diundang. Kedua wanita ini sama sama menahan langkah tunggu kalimat selanjutnya dari sang pemimpin.
Bara tersadar kalau di ruangnya ada dua wanita yang siap diajak makan. Keluarkan kalimat tanpa makna jelas bikin kedua orang dalam ruangan bingung.
"Sania tinggal makan di sini."
"Oh...aku makan bersama Bu Dea saja pak!" Sania merasa tak enak hati pada Dea lebih senior.
"Sudah San..temani Pak Bara. Kalian bisa bahas proyek sambil makan." Dea menepuk bahu Sania pengertian. Bara mana mungkin undang dia makan. Bertahun kerja di tempat Bara belum pernah sekalipun melihat Bara ajak seorang pegawai ikut makan di ruangannya. Mungkin Sania sudah bawa proyek makan Bara ingin ucapkan terima kasih.
Dea keluar dari ruang Bara sambil lempar senyum manis pada Sania tanda semua tak ada masalah. Sania mematung masih segan duduk semeja dengan bos baru yang selalu bawa kulkas lima pintu. Isinya es beku melulu.
"Ayok makan! Nanti sudah dingin tak enak lagi." ucap Bara mengajak Sania duduk nikmati makan siang.
"Iya pak! Terima kasih."
Mata Sania terbelalak lihat makanan yang dibeli Dea. Full kalori tinggi. Semur daging dan udang bakar. Sungguh bukan makanan favourite Sania.
"Mengapa meringis? Tak sesuai selera?"
"Terlalu high class...Aku makan acar saja."
"Kamu sudah terlalu kurus untuk diet. Makan yang banyak biar sehat. Jangan seperti papan pengilasan!"
"Apa ada papan pengilasan yang bisa pegang laptop dan hp? Terlebih bisa gampar mulut kelewat nyinyir." balas Sania tak manis.
Bara menatap Sania sekilas lalu tekuni makanan tanpa banyak mulut lagi. Bara tahu Sania tersinggung diejek terlalu kurus. Bara tak paham kalau wanita jaman sekarang tak ada yang mau jadi gentong lemak. Lemak menonjol sana sini bikin penampilan jadi berantakan.
Sania hanya makan acar dan sepotong udang bakar sebagai kawan nasi. Nasi juga tak habis. Punya Bara ludes bersih bagai disapu angin ****** beliung. Bersih tuntas.
Bara sendiri heran mengapa hari ini dia sangat berselera makan. Biasa dia jarang bisa habiskan makanan. Bahkan tak jarang lewatkan jam makan. Mungkin karena dapat proyek atau karena ditemani gadis cantik. Sania sedikit judes di mata Bara. Apa karena pengalaman buruk di masa lalu rengut sifat cerianya.
"Siap berangkat?" tanya Bara seusai makan.
"Siap tapi aku mau ke toilet dulu. Bapak persiapkan barang yang bapak rasa harus dibawa ke lokasi."
Bara mengerut kening berusaha paham apa maksud Sania. "Maksudmu?"
"Bawa kertas atau apa saja bisa jadi catatan bapak. Mana tahu setelah sampai lokasi bapak ada ide baru. Bisa kita rembuk kan sama Pak Wandi. Kita saling mengisi dan koreksi."
Bara makin kagum pada gadis muda di depannya. Cara pikir Sania adalah sistim jangka panjang. Segalanya menuju ke depan. Semoga saja gadis ini juga bisa berpikir waras lupakan Bobby buka lembaran baru ke depan.
"Aku menunggumu di bawah." Bara segera siapkan peralatan sepeti saran Sania. Terpakai atau tidak lebih baik dipersiapkan.
Bobby melempar ponselnya ke lantai sisakan pemandangan miris. Barang tak berdosa itu hancur berkeping. Kalau ponsel itu bisa ajukan protes pasti akan bertanya apa salahnya. Mengapa tanpa sebab dieksekusi mati. Penjahat saja disidang dulu baru dihukum. Ini tanpa tahu salah apa divonis mati.
"Sialan..." desis Bobby marah.
Pak Anton bawa kabar kalau Bara dari PT ANGKASA JAYA telah teken kontrak dengan Pak Wandi tender perumahan lumayan besar.
Bobby tahu ini pasti ulah Sania bawa Bara dapatkan proyek yang sudah lama jadi incaran perusahaannya. Pak Wandi sudah berkali minta Sania tangani proyek ini. Sania sangat sibuk hingga tender ini tertunda. Sekarang Sania mengambil alih tanpa diketahui Bobby. Bobby memang tak berhak melarang mengingat belum ada kesepakatan antara mereka.
Harapan Bobby pupus lagi. Sudah mega proyek milik PT SHINY mengambang tak jelas kini satu proyek lolos dari tangannya. Bobby benar benar hancur sejak kawin sama wanita bernama Ranti. Kebanggaan mempunyai isteri bintang top terasa sia sia setelah korbankan gudang uangnya.
"Pak Anton tolong selidiki sampai di mana perjanjian Pak Wandi dengan Bara. Seingatku keuangan mereka tak bagus. Mana mungkin sanggup handle proyek sebesar ini."
Pak Anton menunduk lemas. "Pak Wandi berikan mereka dana 70%."
"What??? Gila..keenakan si Bara. Padahal proyek itu punya kita. Kan sudah masuk daftar kerja kita."
"Betul tapi semua data dibawa Sania. Mereka dapatkan proyek tanpa tender karena Sania yang terjun langsung urus proyek ini. Pak Wandi tak ragu berikan permintaan Sania."
Bobby mendengus kesal. Amarah mencekik leher bikin laki ini tak mampu bernafas baik.
"Acchhh..." Bobby menggebrak meja saking marahnya.
Pak Anton makin rajin menekuni debu debu di lantai ruang Bobby. Tak ada debu namun tetap lebih baik ketimbang tatap wajah full emosi milik Bobby.
"Apa rencana kita pak? Untuk sementara kita hanya finishing. Selanjutnya tak ada kegiatan lagi. Gimana mega proyek PT SHINY?"
"Kita tak punya dasar apapun. Siapa bisa bikin data dalam waktu singkat. Wanita sialan itu sudah bawa semua rancangan juga data hasil survey. Semua data terkunci di tangan Sania." ujar Bobby putus asa.
"Apapun kita kerjakan pasti ada harganya Pak Bobby."
Bobby tak tahu apa maksud kata Pak Anton. Otak Bobby sangat mumet tak mampu berpikir apapun saat ini. Nasib ratusan karyawan tergantung pada perusahaan ini. Kalau mereka asyik minus kerja bisa jadi akan terjadi PHK besaran terutama pekerja lapangan.
"Lebih baik Pak Bobby coba terjun ke pulau B. Bapak bisa bikin rancangan dan kita kebut bersama. Bapak kan bisa contek ide Sania sedikit dikit. Apa Sania tak perlihatkan sketsa pada bapak?"
Sania memang ada ajak Bobby diskusi namun Bobby anggap remeh pikir Sania sanggup tangani sendiri. Bobby lagi asyik pacaran sama Ranti sampai lupa diri. Mengajak Sania menikah agar gadis ini makin terlena hingga makin rajin. Semua hanya modus Bobby bodohi Sania.
Bau busuk bangkai tetap tercium walau dibungkus rapi. Segala keburukan Bobby dibongkar sendiri oleh Sania. Wajar kalau Sania sakit dan dendam. Lucunya Bobby masih pede akan bodohi Sania selanjutnya.
"Aku akan cari Sania bawa dia balik sini. Dia itu masih pacar aku."
Pak Anton menggeleng tak tahu cara pikir Bobby. Sania mana mungkin mau balik setelah lalui badai sebesar ini. Harga diri Sania mau tarok di mana bila balik sama Bobby yang notabene laki orang. Andai Sania masih sayang pada Bobby pasti akan muncul bikin perhitungan. Fakta Sania sama sekali tak tampak batang hidung. Gadis itu menghilang hindari Bobby.
"Lebih baik kita mulai survey sendiri. Tak usah pikir Sania lagi. Biarkan dia bebas lakukan apa maunya! Kita juga punya insinyur handal di sini. Atau aku dan Reza ke sana!"
Bobby lemparkan pandangan mematikan pada Pak Anton. Pak Anton dan Reza tak selihay Sania urusan design gambar. Bakat Sania tak tertandingi. Setiap rancangan gadis itu pasti menarik penuh kreasi juga banyak rincian baik ataupun buruk. Semua investor kagum pada ide gadis muda ini.
"Kalian tak sebanding Sania."
"Kalau sudah tahu Sania sangat potensi kenapa bapak campakkan dia?" tegur Pak Anton mulai gemas pada kepala batu Bobby.
Bobby mengira Sania gadis tolol bisa disetir sesuka hati. Bobby lupa kalau Sania sanggup tangani proyek besar tentu lebih mampu tangani laki brengsek macam Bobby.
"Pak Anton...kalau bukan ingat masa bakti bapak di perusahaan ini sudah kupecat bapak. Beraninya bapak omong gitu padaku. Aku pimpinan sini. Ingat itu!"
"Aku tak lupa...justru karena aku sayang perusahaan ini maka ingatkan Pak Bobby agar jangan ngoyo. Orang maju terus sementara kita hanya menanti nasib. Terserah mau pilih jalan apa! Permisi..!" Pak Anton keluar dari ruang Bobby dengan hati kesal.
Pak Anton bukan mau bela Sania tapi memikirkan nasib perusahaan yg diambang maut. Jerih payah bertahun tahun hancur gara gara ***** duniawi. Pak Anton yakin Bobby bukan cinta tulus pada Ranti. Laki itu hanya ingin nama besar. Bobby hanya cinta pada diri sendiri.
Menjelang sore Bara dan Sania baru kembali dari meninjau lokasi proyek. Bara puas dengan segala penjelasan Sania tentang proyek yang bakal digarap. Persiapan Sania patut diacung jempol. Sempurna itu kata tepat untuk hargai rancangan Sania. Kelihatannya nasib mujur sedang berpihak pada Bara. Beruntung dapat karyawan berotak licin macam Sania. Bara harus berterima kasih pada sahabatnya Roy telah beri spirit agar terima Sania bekerja di perusahaannya.
Sebelum tiba di kantor, ponsel Bara berbunyi tanda ada panggilan masuk. Bara meraih ponsel yang terletak di samping pintu mobil.
"Ya?" Bara langsung jawab panggilan.
Sania pura pura tak dengar karena bukan urusannya. Kepo urusan orang bukan gaya Sania.
"Nyonya sakit pak! Segera pulang ya!"
"Ya...jaga nyonya dengan baik! Aku segera datang." Bara melajukan mobil dengan kencang tanpa beritahu Sania. Sania sempat kaget namun gadis ini coba kuasai diri jangan panik.
Wajah Bara tampak cemas dapat kabar kalau bininya drop lagi. Isteri Bara sudah sakitan sejak tiga tahun terakhir ini. Bara tak putus asa upayakan kesembuhan isteri tercinta. Segala cara dia lakukan agar isterinya mendapat pengobatan layak walau harus korbankan tenaga dan materi. Bara tak peduli semua pengorbanan, yang penting isterinya sembuh.
"Maaf nona Sania..Kita ke rumahku dulu ya! Isteriku mendadak drop."
Sania tentu saja tak menampik permintaan sederhana ini. Malah dalam hati Sania memuji Bara setinggi langit. Seorang suami baik dan setia. Sungguh beruntung wanita yang jadi isteri Bara. Dapat suami setia bonus wajah tampan.
"Tak apa pak. Kesehatan ibu jauh lebih penting." sahut Sania sambil melirik wajah tampan digantungi awan mendung. Mendung tapi tetap keren.
Sania hanya berani memuji dalam hati tak berani ungkapkan. Bara adalah laki orang tak pantas dipuji secara langsung. Cukup simpan dalam hati nilai plus laki ganteng itu.
Tak lama mereka tiba di rumah cukup mewah. Terdiri dari dua lantai dengan halaman sangat luas. Tanaman hias tertata rapi beraturan sehingga hasilkan taman asri menyejukkan.
Sania kagum pada tangan dingin orang yang menata halaman depan jadi kebun bunga kecil. Bunga bunga bermekaran hiasi setiap sudut taman mengundang kupu kupu singgah ikut menikmati keindahan taman mini ini.
"Ayok masuk!" suara Bara ajak Sania masuk ke dalam rumah.
Sania hentikan mengagumi taman Bara memilih ikut masuk ke rumah mewah Bara. Pintu rumah sudah terbuka seakan tahu Bara bakal tiba.
Dengan langkah tergesa Bara menuju ke arah di mana isterinya berada. Kecemasan terukir di wajah tampan itu.
Sania tak berani ikut masuk kamar isteri Bara menjaga privasi laki itu. Sania belum berhak masuk terjauh di keluarga Bara. Sania bisa sampai di rumah Bara hanya karena kebetulan.
Sania memilih duduk di sofa warna gading di ruang tamu walau tak ada yang ijinkan Sania istirahatkan bokong bahenolnya di sofa empuk.
Sania melihat seorang wanita seumuran Bara keluar dari kamar yang dimasuki Bara tadi. Penampilan wanita ini bak bintang hollywood full make up serta pakaian luks. Satu kata untuk wanita itu. Mewah.
"Hei..siapa kamu?" seru wanita itu garang.
Sania cepat cepat bangun dari sofa empuk beri hormat pada wanita itu. Siapapun dia pasti ada hubungan dengan keluarga ini. Kalau tidak bagaimana mungkin bisa berada dalam kamar isteri Bara.
"Saya pegawai Pak Bara."
"Pegawai? Bukan selingkuhan?" wanita itu memantau Sania dari ubun hingga ujung sepatu. Matanya liar seperti pemangsa dapat makanan lezat. Sania merasa tak enak hati datang datang dituduh yang bukan bukan. Penyambutan tak ramah.
"Maaf bu..aku memang pegawai Pak Bara. Kami baru pulang meninjau proyek baru." jelas Sania tak mau bikin wanita itu salah sangka.
"Proyek? Proyek apa lagi? Buat wc umum atau selokan?" ejek wanita itu sinis.
"Maaf bu..proyek kami bukan proyek abal abal seperti dugaan ibu. Kami akan bangun perumahan mewah di bilangan C."
"Yang benar? Proyek besar toh? Wah...pasti uangnya banyak!" seru wanita itu histeris. Suara kayak kuntilanak ketemu darah segar bergema di seluruh ruangan. Sania merasa bulu kuduknya merinding. Wanita mengerikan.
"Masalah dana aku tak tahu karena itu wewenang Pak Bara." sahut Sania mulai resah berhadapan dengan wanita histeris begitu dengar Bara dapat proyek besar. Siapa adanya wanita mengerikan plus histeris ini.
karyawn tdk bisa up to day dgn hasil kerja pecattt.
awal porong gaji potong transoirt, potong yang makan 75 % klu melanggar etos kerja. ada urusan apa sama karyawan.!!
pecat satu yg melamar jutaan. yg tudak tahu diri kary..pada belagu demo demo dioecat jf gembellll.
males urus anak, anak bagi laki2 cuma buat kebanggaan bahwa dia bisa bikin perempuan hamil, artinya dia laki2 sejati.
hampir semua laki2 cuma senang bikinnya. jd anak dan hamil paling benci dan sebell klu belum nikah banyak suruh gugurin! males basnget suruh tanggung jawab. klu tdk taskut dosa dan hukum. pasangan zinahnya hamil klu mau suruh gugurin dia senang banget hamil lagi gugurin lsgi terus maunya begitu dan tak perlu nikah dgn perempuan model begini, krn apa! buat apa dinikahi! engga dinikahi bisa ditidurin setiap saat. tujuan nikah apa? mau ngesex tanpa zinah kan.
lah ini si Ranti dgn bangga mau di ajak tidur tanpa dinikahi.
yg bodoh tuh boby,,, perempuan murahan kok di taburin benihnya. laki2 bejad dunia biasa memandangnya. klu peremouan rusak dan murahan sdh jelas GEN LIAR gimana turunannya!!!