Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Kesepakatan Membayar Hutang.
Dirga tergelak setelah melihat Gista menganggukkan kepala, sebagai jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan.
Sungguh bukan hal seperti itu yang Dirga inginkan. Ia hanya asal menebak setelah melihat raut pasrah pada wajah sahabat Renatta itu.
“Jadi kamu ingin menggadaikan tubuhmu pada saya?” Tanya pria itu sekali lagi.
Gista kembali mengangguk pelan. Gadis itu sudah tidak memiliki jalan keluar. Jika dengan menemani Dirga tidur, ia bisa membayar hutangnya maka akan Gista lakukan.
“Apa kamu memang sudah merencanakan hal ini sebelumnya?” Selidik Dirga kemudian. Tak menyangka dengan jalan pikiran gadis itu.
Kepala Gista menggeleng lemah. Ia sama sekali tidak berencana untuk menjual dirinya pada Dirga. Hal itu terlintas begitu saja beberapa yang menit lalu karena gadis itu merasa terhimpit oleh pertanyaan sang atasan.
Dirga merasa kasihan pada Gista. Apalagi mengingat ia adalah sahabat dari Renatta. Bagaimana bisa, gadis sepolos itu memiliki pikiran buntu seperti itu?
“Apa saya terlihat seperti pria hidung belang? Sehingga kamu menawarkan diri untuk saya?” Tanya Dirga lagi. Ia menjadi penasaran dengan hal yang melatarbelakangi gadis itu ingin menemaninya tidur.
“B-bukan begitu, pak. Hanya saja, saya tidak tau bagaimana harus membayar hutang pada bapak nantinya. Yang bapak katakan sebelumnya sangat benar. Saya seorang mahasiswa semester akhir. Mana mungkin bisa membayar hutang dengan cepat. Jadi sebelum saya lulus dan mendapat pekerjaan tetap, saya ingin —
“Menawarkan diri kamu pada saya.” Pria itu melanjutkan kalimat yang mungkin akan keluar dari bibir gadis itu.
Dan Gista pun menganggukkan kepalanya.
Dirga berdecak pelan. Ia melonggarkan sampul dasi yang mengikat lehernya sejak pagi.
“Sudah. Lebih baik sekarang kamu pulang dan bawa uang ini.” Dirga mendorong kantong kresek berwarna hitam itu ke hadapan Gista.
“Hati-hati di jalan karena kamu membawa banyak uang.” Imbuh pria itu lagi.
“Tetapi, pak. Kita belum mencapai kesepakatan untuk saya membayar hutang ini.” Gista menatap Dirga penuh tanya.
Dirga menghela nafas kasar. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan jika seandainya Gista terlambat membayar hutangnya. Asalkan uang itu di gunakan dengan benar. Toh dirinya sudah mengantongi informasi tentang gadis itu.
Pria dewasa itu bisa melakukan apa saja jika Gista berani berbuat curang kedepannya.
“Kamu bisa membayarnya nanti setelah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan tetap.” Ucap Dirga.
Namun kepala Gista menggeleng kencang. Ia tidak setuju dengan hal itu.
“Tidak, pak. Apalagi saya tidak memberikan jaminan apapun. Bagaimana jika setelah saya lulus, saya kabur dan tidak membayar sepeserpun? Saya tidak mau hal itu terjadi.” Ucap gadis itu.
“Lalu?”
“Saya bersedia menjadi asisten rumah tangga tanpa di gaji hingga saya lulus nanti. Setelah itu, saya akan bekerja dan mulai mencicil hutang ini.” Tangan gadis itu terulur untuk meraih kantong kresek berisi uang seratus lima puluh juta itu.
Dirga nampak berpikir. Tawaran gadis itu lumayan juga. Daripada ia menyewa layanan kebersihan apartemen setiap minggunya, lebih baik mempekerjakan Gista secara percuma.
“Lalu bagaimana dengan pekerjaan kamu di kafe? Saya tidak mau kamu mengundurkan diri karena team kerja saat ini sudah sangat cukup.” Ucap pria itu dengan tegas.
“Saya akan datang kemari setelah pulang dari kampus, pak. Dan pergi ke kafe pada pukul empat. Jika pekerjaan saya disini belum selesai, saya akan melanjutkan setelah pulang dari kafe atau keesokan harinya.” Setidaknya itu yang bisa Gista lakukan. Ia tidak masalah jika waktu istirahatnya berkurang.
Semuanya Gista lakukan demi membayar hutang sang ayah pada rentenir itu. Yang sekarang menjadi hutang dirinya pada sang atasan.
Dirga mengangguk setuju. Ia kemudian mengambil sesuatu dari dalam dompetnya.
“Kartu akses masuk ke apartemen ini. Kamu bisa membawanya karena saya tidak ada disini saat kamu datang nanti. Kamar saya ada di lantai dua. Kuncinya saya letakan di sela tanaman hias di atas meja.” Jelas pria itu.
“Bapak percaya sama saya, dan boleh masuk ke dalam kamar bapak?” Tanya Gista tak percaya.
“Memangnya kenapa? Kamu tidak memiliki niat mencuri ‘kan? Dan jika itu terjadi, saya pastikan hidup kamu dalam bahaya.”
Dirga tidak perlu khawatir karena seluruh ruangan di apartemen ini sudah terpasang kamera pengawas.
Gista menelan ludahnya dengan kasar, setelah mendengar kalimat sarat ancaman dari bibir pria tampan itu.
\~\~\~
“Darimana kamu mendapatkan uang sebanyak itu, nak?” Tanya sang bapak kepada Gista saat mereka sedang sarapan di rumah kontrakan.
Hari ini Gista sengaja libur kuliah untuk bertemu dengan rentenir. Ia ingin urusan sang bapak cepat selesai dan mereka bisa hidup dengan tenang.
“Bapak tidak perlu tau darimana aku mendapatkannya. Yang perlu bapak ingat, tolong berhenti bermain judi dan jangan meminjam uang lagi.” Ucap gadis itu menatap sang bapak dengan tatapan memohon.
“Tetapi bapak melakukannya untuk kamu, nak. Bapak ingin melihat kamu memiliki gelar sarjana dan hidup lebih baik dari bapak.”
Gista menghela nafas kasar. Ia tau pria paruh baya itu sangat menyayanginya. Hanya saja, dengan cara yang salah.
Jika sudah seperti ini, bukannya hidup lebih baik justru menderita memikirkan cara membayar hutang seumur hidup.
“Kamu tidak melakukan cara kotor untuk mendapatkan uang ini, ‘kan?” Tanya sang bapak lagi.
“Tidak, pak. Aku bekerja paruh waktu, dan meminjam uang pada atasanku. Untuk sementara hingga aku lulus, aku akan menjadi asisten rumah tangganya tanpa di gaji.” Jelas gadis itu. Tentu ia tidak mengatakan jika dirinya sempat berpikir melakukan cara kotor untuk membayar hutang itu.
Untung saja Dirga orang yang sangat baik. Seperti yang di katakan oleh Renatta.
“Maafkan bapak, nak. Karena ulah bapak, sekarang kamu harus bekerja keras seperti ini. Sungguh bapak sangat menyesal.” Ucap pria paruh baya itu sembari meraih tangan sang putri.
Semenjak sang istri meninggalkan mereka beberapa tahun silam, demi pria yang lebih kaya, bapak Gista tidak tau harus berbuat apa lagi untuk menghidupi putri semata wayang mereka. Segala macam pekerjaan serabutan sudah di lakukan. Namun semuanya masih saja kurang.
Semakin tahun, biaya hidup semakin mahal. Sementara upah yang ia dapatkan tidak pernah bertambah. Dan ketika seorang teman menawari permainan haram, bapak pun tergiur mengikutinya. Hingga mengambil pinjaman pada seorang rentenir.
Beberapa kali menang, membuat pria paruh baya itu terbawa arus hingga tanpa sadar hutangnya semakin menumpuk.
“Semuanya sudah terlanjur, pak. Untuk kedepannya, aku mungkin tidak bisa selalu ada di rumah. Jadi aku mohon, tolong jaga diri bapak dengan baik.” Gista balas menggenggam tangan sang bapak.
Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya.
“Kamu juga. Jaga dirimu dengan baik, nak. Maafkan bapak yang tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk kamu.”
...****************...
semoga kamu bisa cepet bayar utang ke Dirga
pergi dan carilah kebahagiaan kamu sendiri
syukur2 Dirga merana di tinggal kamu
tetap semangat ya gistaaaa💪😊