Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.
Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.
"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Aku Mau Pulang
"Maksud Kak Galang apa?" Aby membuka pintu lebar-lebar. Tatapannya yang menghujam semakin memompa suasana tegang.
Baik bunda maupun ayah langsung bangkit dari duduknya. Rasa khawatir semakin besar jika kedua putranya itu terlibat keributan karena merebutkan satu wanita.
Padahal, sejak kecil Aby dan Galang adalah saudara yang sangat akur dan sama sekali belum pernah terlibat pertengkaran.
Galang membalas tatapan Aby tak kalah tajam. "Sudah jelas kan, aku mau kamu lepaskan Embun!"
Rahang Aby mengetat dengan kedua tangan terkepal kuat. Kepalan tinjunya pasti sudah mendarat di wajah sang kakak jika tidak mengingat kondisi kesehatan ayah yang belakangan ini menurun.
"Kak Galang pikir pernikahan itu permainan?" Aby geram. Ucapan Galang barusan membuat darahnya seperti mendidih.
Meskipun mengakui bahwa dirinya juga berdosa karena telah mengkhianati Embun sejak malam pertama menikah, namun kini sepenuh hatinya tidak rela jika seseorang menyakiti istrinya. Siapapun itu.
Cintakah? Aby belum dapat mengartikan perasaannya sendiri.
"Kamu sendiri bagaimana? Bukannya kamu punya Vania yang sangat kamu cintai?" balas Galang seolah menantang. Pria itu memang tak salah menyebut nama Vania. Ia tahu betul bahwa hubungan Aby dan Vania sangat dekat. Bahkan Aby rela melakukan apapun demi kekasihnya itu.
Galang pun tahu bahwa adiknya itu bukanlah seseorang yang mudah mencintai. Karenanya, ia sangat yakin bahwa Aby tidak akan mudah menerima wanita asing dan menggantikan posisi Vania di hatinya.
Ayah dan bunda pun saling lirik mendengar nama yang baru saja disebutkan Galang. Keduanya tidak pernah tahu bahwa Aby memiliki seorang kekasih. Saat diminta untuk menikahi Embun, Aby memang sempat menolak dengan alasan belum mau dan belum siap menikah. Namun sama sekali tak menyebutkan bahwa dirinya memiliki seorang kekasih.
Kondisi kesehatan ayahlah yang menjadi bahan pertimbangan sehingga Aby setuju menikah.
"Aby, kamu sudah punya pacar sebelum menikah dengan Embun?" Ragu-ragu bunda bertanya.
Aby terdiam beberapa saat. Entah harus menjawab apa. Hingga akhirnya, ia menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Sepasang mata bunda terpejam. Kerutan di ujung mata tampak jelas dan hela napasnya berat. Ia butuh beberapa saat untuk bisa menetralkan perasaannya.
"Tapi hubungan kamu dengan Embun baik-baik saja, kan?" tanyanya hendak memastikan.
Pertanyaan bunda kembali membungkam Aby. Dan hal itu seolah memberi sebuah jawaban. Membuat air mata bunda berderai, memikirkan rumah tangga yang sedang dijalani putranya.
"Sekarang aku minta lepaskan Embun!" ujar Galang menekan.
Membuat tangan Aby kembali terkepal. Sorot matanya penuh amarah.
"Kalian semua pikir aku mainan?" Suara yang tiba-tiba muncul membuat semua yang ada di ruangan itu tersentak.
Tanpa disadari oleh mereka, Embun sudah berada di ambang pintu. Tatapannya tajam memindai Galang dan Aby bergantian.
Bunda dan ayah pun tak tahu harus berbuat apa sekarang. Rasa bersalah terhadap Embun semakin nyata.
"Aku tidak bermaksud begitu, Embun," ujar Galang, berusaha menjelaskan.
"Lalu apa?!" Ia menatap Galang, dua bola matanya mulai berkaca-kaca. "Kamu menghilang tanpa kabar dua hari sebelum pernikahan!"
"Aku bisa jelaskan semua."
"Apa penjelasan kamu bisa mengembalikan keadaan seperti semula?" potong Embun cepat, meluapkan amarah dan kecewa yang bersarang di hati. "Demi menjaga supaya kamu tidak berurusan dengan hukum dan menjaga nama baik keluarga ini, kalian menjadikan aku sebagai tumbal."
Bunda dan Ayah terpaku di tempat. Sementara Aby hendak mendekati istrinya, namun Embun menepis cepat.
"Embun, tolong dengar aku dulu," bujuk Aby.
Embun menatap suaminya dengan pancaran penuh luka. "Apa yang harus aku dengar dari kamu, Mas? Hari itu, kamu sudah menghalalkan aku dengan ijab kabul. Tapi di hari yang sama kamu berjanji kepada wanita lain untuk menceraikan aku setelah enam bulan," lirihnya dengan air mata yang semakin tak terbendung. "Sekarang kamu senang kan, karena Galang sudah kembali dan meminta aku?"
Setiap kata yang terucap dari bibir Embun seperti sayatan belati tajam bagi Aby. Sejak menikah, ini adalah pertama kali Embun menunjukkan sisi lemahnya. Ingin rasanya Aby memeluk istrinya itu dan menebus semua kesalahannya.
Dan bukan hanya Aby yang merasakan sesak. Ayah, bunda, dan Galang merasakan hal yang sama.
"Aku mau pulang ke rumah mama!"
****
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭