Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.
Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir sang Garuda emas
Malam di Kerajaan Aetheroin terasa lebih sunyi dari biasanya. Cahaya bintang yang berputar perlahan di langit keemasan mencerminkan kegelisahan di hati Aurora. Kata-kata misterius yang baru saja terdengar masih menggema dalam benaknya.
Aurora menoleh ke Raviel, matanya dipenuhi kebingungan. "Langit bertemu dengan tanah? Maksudnya apa?"
Raviel mengerutkan kening, mencoba mencari makna di balik pesan tersebut. "Mungkin itu merujuk pada tempat yang sangat tinggi, atau justru tempat yang sangat rendah ... seperti gunung tertinggi atau lembah terdalam."
Aurora menggigit bibirnya. "Kalau memang begitu, ke mana kita harus mulai mencari?"
Raviel menghela napas, lalu menatap Aurora dengan keseriusan yang dalam. "Sepertinya, kita berdua akan menghadapi sesuatu yang besar lagi, Aurora."
Angin malam berhembus lebih kencang, seolah mengisyaratkan bahwa takdir mereka telah bergerak. Lalu, tiba-tiba, langit di atas mereka bergetar. Awan-awan emas terbelah, dan dari dalam kegelapan, sebuah bayangan besar muncul.
Seekor Garuda Emas raksasa dengan mata bercahaya merah menyala mengepakkan sayapnya dengan gagah. Bulu-bulunya bersinar seperti matahari, dan setiap gerakannya memancarkan aura kekuatan kuno.
"Aurora," suara dalam dan bergema terdengar dari makhluk itu, "kau harus datang ke Puncak Langit dan Bumi, tempat di mana takdirmu telah ditentukan sejak kelahiranmu."
Aurora menatap Garuda Emas itu dengan napas tertahan. Puncak Langit dan Bumi ... tempat di mana langit bertemu dengan tanah.
Di sanalah jawaban tentang masa lalunya menanti.
Dan mungkin, di sanalah ia akan menemukan alasan mengapa ia harus tetap hidup.
Puncak Langit dan Bumi
Aurora merasakan jantungnya berdebar saat menatap makhluk agung di hadapannya. Garuda Emas raksasa itu mengepakkan sayapnya sekali lagi, menciptakan pusaran angin yang membuat langit semakin berkilauan.
"Puncak Langit dan Bumi," gumamnya, mengulang kata-kata makhluk itu. "Apa yang menungguku di sana?"
Garuda Emas menundukkan kepalanya sedikit, matanya yang bercahaya merah tampak menyelidiki Aurora seolah menilai kesiapan dirinya. "Jawaban atas keberadaanmu, Putri yang Terlupakan. Dan juga kebenaran yang selama ini disembunyikan darimu."
Raviel melangkah mendekat, berdiri di sisi Aurora. "Jika ini tentang masa lalunya, maka aku akan ikut. Aku tak akan membiarkan Aurora pergi sendirian."
Garuda Emas menatapnya sejenak sebelum berbicara lagi. "Kau adalah pendampingnya, pelindungnya. Tapi perjalanan ini akan menuntut lebih dari sekadar kesetiaan. Kau harus siap menghadapi kegelapan yang mungkin bangkit dari masa lalu."
Aurora mengangguk, tangannya mengepal di sisi gaunnya. "Apa pun itu, aku akan pergi. Aku harus tahu siapa diriku sebenarnya."
Garuda Emas membentangkan sayapnya, dan dalam sekejap, angin berputar di sekitar mereka, membentuk lingkaran cahaya keemasan. "Maka bersiaplah. Puncak Langit dan Bumi bukanlah tempat biasa. Itu adalah wilayah antara dunia manusia dan dunia siluman. Hanya mereka yang berdarah suci yang dapat melewatinya."
Aurora menahan napas. Darah suci. Kata-kata itu terasa asing, namun juga seolah telah lama menanti untuk ditemukan dalam dirinya.
"Perjalanan akan berat, tetapi waktu kalian terbatas. Jika cahaya di langit memudar sebelum kau tiba di sana, maka kebenaran akan terkubur selamanya."
Raviel menoleh ke Aurora, tatapannya penuh keyakinan. "Kita harus segera pergi,"
Aurora mengangguk. Tanpa menoleh ke belakang, tanpa keraguan, ia menggenggam tangan Raviel.
Dalam sekejap, cahaya keemasan menyelimuti mereka. Dunia di sekitar mereka berputar, dan ketika cahaya itu mereda, mereka telah berada di tempat yang berbeda—sebuah tanah yang berdiri di antara langit dan bumi.
Petualangan mereka baru saja memasuki babak yang lebih besar.