Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anda ingkar janji
" Maaf saya lupa" Adiba meminta maaf dengan sangat tulus,ia bisa melihat kebaikan dan ketulusan gadis di depannya, yang ia yakini lebih tua darinya.
Dea menggeleng seraya tersenyum " Tidak apa,saya bisa maklum,kamu masih sekolah?" Dea bertanya pada Adiba karena menurutnya Adiba memiliki wajah yang selain cantik tapi juga Baby face.
" Saya sudah kuliah mbak" Adiba menjawab apa adanya.
Dea mengaga mendengar jawaban Adiba,ia menatap intens wajah cantik Adiba" serius kamu mahasiswi? Kuliah di mana? Semester berapa?,adik aku juga masih kuliah" Dea bertanya antusias.
" Di FK negeri, Alhamdulillah sekarang saya sedang koas di salah satu rumah sakit negeri di kota ini " jawab Adiba apa adanya.
Lagi-lagi Dea mengaga mendengar jawaban Adiba,jika gadis cantik di depannya ini sudah koas,berapa usia nya?, batin Dea dan ia semakin penasaran dengan identitas Adiba" wow kamu hebat" puji Dea sungguh - sungguh,entah mengapa ia tiba-tiba membayangkan akan mengenalkan Adiba dengan adiknya.
Adiba tersenyum mendengar pujian Dea" Saya hanya berusaha memperbaiki perekonomian keluarga saya mbak,tapi ternyata yang maha kuasa berkehendak lain,ayah saya bahkan belum sempat melihat saya menjadi seorang dokter, apalagi menikmati gaji pertama saya" Adiba berkata lirih, wajahnya menunduk,berusaha menutupi matanya yang mulai berkaca-kaca.
sekuat tenaga Adiba berusaha untuk tidak menunjukkan tangis nya di depan orang lain,ia tak ingin di kasihani, ia harus kuat,perjuangan nya masih sangat panjang,ada ibunya yang masih sangat butuh dirinya,ia butuh biaya besar untuk penyembuhan sang ibu.
Dea mengusap lembut punggung Adiba,ia merasa kasihan pada gadis muda di hadapannya itu " walaupun ayah kamu tak sempat melihat dan menikmati gaji pertama kamu,tapi aku yakin dan percaya di atas sana ayah mu pasti bisa melihatnya,dan bangga memiliki anak seperti kamu,maka itu kamu jangan pernah putus asa, lanjutkan impian mu dan orang tuamu,buat mereka bangga,aku yakin kamu bisa" Dea memberikan nasehat dan support untuk Adiba.
Adiba mengangguk seraya tersenyum tipis,ia merasa nyaman berbicara dengan Dea,di matanya Dea adalah wanita yang sangat baik dan lemah lembut,tidak hanya cantik parasnya saja,tapi juga hatinya,Dea juga terlihat sangat humble dan friendly.
" Terima mbak,atas support dan nasehat nya" Adiba mengucapkan terima kasih pada Dea.
Dea mengangguk seraya tersenyum " sebagai sesama manusia kita harus saling mengingatkan,dan jika kamu tidak keberatan aku ingin berteman dengan kamu" ucap Dea tulus.
Adiba mengangguk yakin,membuat Dea tersenyum dan gemas melihat tingkah Adiba yang terlihat begitu polos.
" Masukkan no ponsel mu" perintah Dea pada Adiba seraya menyodorkan ponselnya ke hadapan Adiba.
Adiba mengambilnya dan mulai mengetikkan satu demi satu angka di ponsel Dea,dan memberikan namanya,ia juga meminta izin pada Dea untuk melakukan panggilan ke nomor nya dengan ponsel Dea,agar ia bisa menyimpan nomor Dea.
" Keluarga almarhum bapak Aziz?" seorang perawat keluar dari ruang jenazah, menanyakan kehadiran keluarga pasien mereka.
" Saya dok" jawab Adiba sopan.
" Sudah selesai dik, apakah adik ingin melihat wajah ayah adik sebelum di finis kan?" perawat itu menanyakan pada Adiba, karena memang proses nya sudah selesai.
" Saya izin melihat nya sebentar saja dok,ini adalah yang terakhir saya melihat ayah saya" jawab Adiba pasti dan di angguki oleh perawat itu.
" Mari masuk" ajak perawat itu sopan.
Adiba mengangguk, sebelum ia masuk ia melihat Dea dan meminta izin untuk masuk" mbak saya permisi ke dalam ya, terimakasih, assalamualaikum" ucap Adiba sopan.
Dea mengangguk seraya tersenyum tulus" waalaikumsalam,ia silahkan, kuatkan hati kamu ya, bersabarlah,ingat setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan, kematian adalah janji yang tidak akan bisa kita ingkari" ucap Dea bijak.
Adiba mengangguk" Amin.." jawab Adiba singkat, dan ia melangkah kan kakinya memasuki ruangan yang terasa begitu dingin,ia menuju sang ayah yang sudah di kafan kan,menatap haru wajah sang ayah yang terlihat begitu pucat.
Adiba mendekat,memeluk sejenak tubuh kaku sang ayah,mengusap lembut wajah pucat pasi ayahnya dan memandangi pria yang menjadi cinta pertama nya itu,Adiba membacakan beberapa baris doa yang menurutnya terbaik,dan terakhir ia mengecup seluruh wajah sang ayah.
" Assalamualaikum ayah...Diba bangga menjadi putri ayah,ayah adalah ayah terhebat dan terbaik untuk Diba,tunggu Diba dan ibu di sana ya ayah,Diba janji akan baik-baik saja dan menjaga ibu,wanita yang sangat ayah cintai,ayah Diba minta doa terbaik dari ayah.. selamat jalan ayah, sampaikan salam diba pada Baginda Rasulullah Saw dan bunda Khadijah serta bunda Aisyah " Adiba berbicara setengah berbisik di hadapan jenazah ayah nya.
" Sudah pak" ucap Adiba pada seorang pria berkopiah putih, yang ia tau sebagai seorang imam yang selalu bertugas memandikan jenazah di rumah sakit,bagi keluarga nya yang meminta, seperti Adiba misalnya.
Pria paruh baya itu mengaguk dan langsung mendekati jenazah ayah Adiba, melanjutkan proses nya hingga finis, terakhir mereka membawa jenazah itu memasuki ambulance dengan di dampingi oleh Adiba.
Sedangkan di kediaman Adiba,para tetangga sudah menyiapkan segala keperluan,mulai dari tempat hingga persiapan untuk tahlilan,di pemakaman juga sudah siap, karena walaupun sudah sore Adiba meminta tolong agar ayahnya segera di makamkan,ia tak tega melihat ayahnya terlalu lama menunggu.
Menempuh perjalanan sekitar 20 menit karena macet, akhirnya ambulans yang membawa jenazah ayah Adiba tiba di depan rumah sederhana miliknya,semua berbondong-bondong membantu menurunkan dan melakukan shalat jenazah secara berjamaah,baru setelahnya di lanjutkan dengan menuju ke pemakaman, setelah melakukan ucapan pelepasan seperti biasanya.
Pemakaman berjalan lancar hingga selesai,kini tinggallah Adiba,bibi Santi dan suaminya yang masih setia menemani Adiba yang terlihat masih betah berlama-lama menatap makam sang ayah,sesekali gadis cantik itu mengusap gundukan tanah yang masih basah dan juga nisan sang ayah,serta mengusap wajahnya yang terus basah oleh air mata.
" Ayah... selamat jalan,Diba janji akan baik-baik saja, Allahumma firlahu,warhamhu,waafihiwakfuanhu......." Adiba membacakan doa untuk ayah nya dengan sendu.
" Nak..ayo,sudah hampir Maghrib, orang-orang sedang menyiapkan tahlilan untuk ayah kamu" bibi Santi mengusap lembut punggung Adiba dan berbicara dengan nada yang sangat lembut.
Adiba mengaguk patuh, terakhir ia mengecup lama nisan sang ayah dan bangkit meninggalkan makam ayahnya,sesekali ia masih melihat ke belakang,seakan ia begitu berat meninggalkan makam ayahnya.
" Sudah.. ikhlaskan ya,bibi percaya kamu bisa,itu sudah jalan almarhum,ingat kamu masih ada ibumu yang begitu butuh kamu sekarang,hanya kamu yang ia punya sekarang, keluarga kalian jauh di lain daerah,sama seperti bibi, keluarga bibi hanya kamu dan ibumu,dan anggaplah keluarga bibi adalah keluarga mu,jangan sungkan untuk mengatakan apapun " bibi Santi menuntun Adiba yang terlihat begitu lemah.
Adiba mengangguk, ketiganya berjalan menuju taksi yang akan mengantarkan mereka kembali ke rumah, pemakaman komplek mereka lumayan berjarak dengan perumahan tempat tinggal mereka.
Segala sesuatu berjalan lancar, pastinya dengan dukungan para tetangga yang di handle oleh bibi Santi pastinya, dan itu atas permintaan Adiba sendiri hingga sudah berlalu selama dua malam.
📩-" Tuan tolong sampaikan pada bos anda,saya ingin bertemu dengan nya,ada hal yang ingin saya bicarakan" Adiba menuliskan sebuah pesan dan mengirimkan nya ke no seseorang ,siapa lagi kalau bukan john asisten pribadi Abizar.
📩-" Baik nona,akan saya sampaikan setelah tuan muda selesai rapat" jawab Jhon sopan.
Adiba tak lagi membalas nya,ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang,menyusun kata-kata yang akan ia ucapkan saat bertemu dengan Abizar,pria yang menurutnya telah menghancurkan seluruh hidupnya.
📩-" Nona malam ini datang lah ke villa" isi pesan dari Jhon.
Adiba tak membalas,ia segera bangkit dari rebahan nya,ia segera bersiap untuk tahlilan,ini adalah malam ketiga tahlilan untuk ayahnya,ia tak mau melewatkan nya,setelah tahlilan ia akan langsung menuju villa Abizar.
*****
Di lain tempat..
" Sayang aku mau cerita" Dea menatap Abizar.
" Tentang?" tanya Abizar singkat,ia memang sangat jarang berbicara panjang lebar, walaupun ia sangat menyayangi Dea,tapi ia tetap irit bicara saat mereka bersama, baginya sebuah tindakan sudah cukup untuk menunjukkan perasaan nya pada seseorang.
" Seseorang...jadi gini,bulan lalu saat aku akan ke bandara buat jemput kamu, sebelumnya aku singgah di salah satu supermarket,dan saat akan masuk tak sengaja aku bertabrakan dengan seorang wanita, wajahnya sangat cantik,kulitnya itu putih bersih banget, terlihat seperti salju, pandangan matanya itu teduh dan menenangkan banget,aku sampai terpesona melihat nya" cerita Dea.
mendengar cerita Dea, jantung Abizar tiba-tiba berdetak..
Deg...
Pikirannya langsung terbayang pada seseorang,siapa lagi kalau bukan Adiba, partner ranjang nya,tapi itu tidak mungkin.
" Lalu?" tanya Abizar singkat,entah mengapa ia merasa penasaran.
" Dan beberapa hari yang lalu aku ketemu dia lagi,tapi sayang nya dia sedang berduka,tapi dia hebat,dia tidak menangis,padahal yang meninggal itu orang tuanya, dan aku berencana akan mengenalkan nya pada Zain, mereka pasti akan sangat cocok, Zain kan penyayang dan ceria" ucap Dea.
Abizar mengerutkan keningnya mendengar rencana Dea,secepat itu ia mengambil keputusan? Tapi Abizar tak ingin berkomentar,ia menanggapi ia tak memiliki wewenang untuk ikut campur.
Keduanya mengobrol santai dan akrab pastinya,Dea banyak bercerita tentang kegiatannya di rumah sakit, hingga akhirnya mereka berpisah.
Abizar memutuskan untuk langsung ke villa,ia sedikit penasaran dengan permintaan Adiba untuk bertemu ' dia merindukan sentuhan ku?' tanya Abizar dalam hati,entah mengapa ia merasa bahagia dan tak sabar,baru kemarin ia kembali dari perjalanan bisnisnya yang hampir satu bulan.
Tiba di villa ia melihat Adiba sudah menunggu nya di kamar tempat biasanya mereka berbagi peluh.
" Apa yang ingin kau bicarakan? Katakan..aku tidak memiliki banyak waktu" tanya Abizar dingin.
" Apa sebenarnya yang anda inginkan tuan?" bukan menjawab, Adiba justru balik bertanya.
Abizar mengerutkan keningnya, " apakah Adiba sudah mengingat nya?" batin Abizar.
" Saya? Kau menanyakan apa yang saya inginkan? " tanya Abizar dingin,dan di angguki oleh Adiba.
Abizar melangkah mendekati Adiba, membuat wanita cantik itu menatap nya " yang aku inginkan adalah menghancurkan hidup orang yang telah menyakiti kedua orang tuaku,dan menghancurkan keluarga nya,dengan menikmati tubuh mu" ucap Abizar tajam.
Adiba memejamkan matanya mendengar ucapan jawaban Abizar, hatinya perih, berdenyut sakit.
" Anda pembohong...anda ingkar janji" ucap Adiba singkat.
Hidup yg sdh jelas tp dibuat samar. .
Atas bawah mumet...
wkwkwk