Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Billy!"
Sia yang mencari Billy, bertemu di lorong koridor. Menghadang langkah Billy bersama Dande. Bahkan, main menarik Billy sehingga pegangan anak ayah itu terlepas begitu saja.
"Sia, apa-apaan kau ini?" Billy menyentak tangan nya. Dande cuma bengong di tempat. Sejurus, melihat Rane yang diam-diam melambaikan tangan untuk mendekat ke persembunyian nya.
"Kau yang apa-apaan bersama pasien anak kecil itu?"
"A__"
"Diam! Lebih baik kita balik ke ruangan. Kakak ku sekarang di sana."
Sial, Marc bengis itu ngapain menjenguk nya?
Billy tidak bisa membantah kali ini. Ia berbalik ke Dande yang entah pergi ke mana bocah itu sekarang? Cepat sekali hilang nya.
"Ayo, buruan. Kak Marc paling tidak suka menunggu."
Sia menarik Billy pergi dengan paksa.
Sementara Dande sekarang sudah bersama Rane. Membawa nya menjauh.
"Mama..."
"Jelaskan nanti di ruangan."
Aih, Mama nya mode sewot nih.
"Kau tau, Ma. Orang yang suka marah-marah itu cepat tua. Sayang tau, kecantikan Mama menjadi keriput."
"Mama sedang malas bercanda."
Gawat deh. Di jewer kah nanti?
Inhale exhale.
Sampai ruangan, Rane mengatur nafas untuk mengontrol emosi nya. Jangan sampai melukai perasaan Dande dengan peringatan tegas nya.
"Mama, kau marah?"
Pakai nanya lagi. Apa mata bulat nya masih kurang mendelik kah? Perlukah jatuh ke lantai biji matanya?
"Maaf ..."
Mendengar itu, Rane langsung luluh. Berlutut lalu memeluk tubuh yang sedikit kurusan semenjak memulai perawatan lagi. Begitu lah perasaan nya ke Dande. Sangat menyayangi anaknya melebihi nyawa sendiri. Rane sangat takut kehilangan Dande, baik direbut Billy jika ketahuan identitas nya, maupun diambil oleh sang pencipta.
"Aku tadi cuma di taman kok. Terus tidak sengaja bertemu dengan Paman yang ku ceritakan ke Mama sebelum nya."
Benar saja dugaan nya. Paman itu Billy. Ah, kenapa dunia terasa sempit bagi nya. Padahal, ia sudah pindah kota.
"Jangan dekat - dekat lagi dengan paman itu. Janji ya?" Rane mengangkat kelingkingnya. "Ayo janji, Dande."
Mata Dande yang jernih nan indah, hanya memandang jari itu.
"Tidak mau. Dande suka sama Paman tadi."
Hais, susah sekali ngomongin anak bandelnya ini. Keras kepala.
"Dande, Mama melarang mu karena ada alasan nya, Nak. Nurut ya?" Kali ini, suara Rane sangat lembut membujuk.
Ngotot, Dande menggeleng tidak setuju. "Beri tau alasan nya dulu."
Yaak, dasar bocah cerewet.
Cepat berpikir Rane. Beri dia alasan masuk akal.
"Mama lihat kan, tadi. Dia itu tampan. Cocok jadi calon Papa Dande. Gimana?" Alis Dande naik turun jenaka seraya tersenyum penuh maksud.
"Tidak cocok."
Seketika, senyuman Dande luntur.
"Karena dia penjahat." Rane membekap mulutnya yang asal bicara.
"Penjahat?"
Alhasil, Dande bertanya lebih teliti lagi.
"Di-dia itu tukang culik anak. Lalu mencongkel mata dan semua organ nya." Terpaksa Rane semakin mengarang bebas.
"Serius, Ma?" Ngeri sekali.
"Serius lah. Apa tampang Mama saat ini sedang bercanda, eum?"
Dande menggeleng. Mimik wajah Mamanya sangat serius terkesan gelisah.
"Kok Mama tau dia tukang culik anak? Mama punya bukti?" Dande memicing.
Ya ampun, anaknya makin melebar saja pertanyaan nya.
"Pu-punya." Rane tergagap. "Pernah Mama melihat berita nya."
"Harus lapor polisi jika begitu."
"Hais, jangan!"
Gimana tidak panik Rane memiliki anak bawel yang bisa saja makin rumit jika melaporkan Billy dengan tuduhan palsu.
"Kenapa jangan?"
Sentil juga tuh mulut kecil.
"Kita tidak boleh terlibat dengan orang - orang jahat, Sayang. Hidup kita sudah susah. Cukup menjauh, maka masalah kelar. Paham?"
"Baiklah, Ma. Janji, aku tidak akan dekat-dekat lagi dengan Paman Billy."
Maaf, Sayang. Mama tidak bermaksud menjauhkan mu dengan Papa mu. Dia sudah punya keluarga sendiri. Untuk kebaikan dan kedamaian bersama, kau lebih baik tak memasuki kehidupan mereka.
Tadi, Rane sudah melihat wajah Sia. Wanita sama yang dulu bertunangan dengan Billy. Meskipun sudah tujuh tahunan, Rane tidak akan melupakan hari pertunangan Billy yang menghancurkan hati nya sampai remuk berdarah-darah.
***
"Kau masih berani melukai hati adik ku dengan terus menyebut nama siapa __ ah, Rane."
Hais, Sia pakai ngadu ke Marc.
"Kau belum lupa profesi kakak ipar mu sebagai mafia kan, Billy?" Sebuah pistol dilempar Marc ke pangkuan Sia. "Tembak dia jika terus membuat mu marah."
Billy justru tertawa jengah. "Eum, tembak Sia. Jika perlu, kamu bidik di dada sialan ini!" Menantang, Billy menunjuk kesal permukaan jantung nya.
"Brengsek. Kau menantang ku, Billy!" Senjata kedua keluar dari selipan ikat pinggang samping Marc. Pria sedikit bergondrong diikat rapi yang membuat nya terlihat macho nan tampan, menodong tepat ke arah yang ditunjuk Billy.
kasihan rane nanti