Kim Woo-jin masih bertahan membaca komik romansa remaja karena tertarik pada karakter Shimizu Miyuki, teman masa kecil karakter utama laki-laki dalam cerita. Namun, seperti yang sering terjadi, teman masa kecil biasanya hanya berperan sebagai pemanis di awal kisah dan tidak terpilih sebagai kekasih hingga akhir cerita.
Fenomena ini sudah menjadi klise dalam komik bergenre 'Harem,' yang merujuk pada karakter utama laki-laki dan para gadis-gadis yang menyukainya. Sebuah pola yang, meski berulang, tetap berhasil menarik perhatian pembaca.
"Selalu sama seperti yang lain, hanya saja sifatnya sangat baik dan polos. Tapi menerima semuanya dengan senyuman saat ditolak, sungguh hebat sekali. Awal cerita mereka selalu bersama seperti tidak terpisahkan, tapi setelah SMA, banyak gadis yang mendekati Protagonis Sampah," gumam Kim Woo-jin.
(Penulis : Sudah lama ya nggak ketemu xixixi~ aku sibuk dan lupa password, baru inget dan dah lupa lanjutan cerita yang aku buat ... selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayang_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pikiran yang Terombang-Ambing
Pikiran yang Terombang-Ambing
Ren mengayunkan tinjunya ke arah pipi kanan Ryuji, membuat Ryuji langsung tersungkur ke tanah.
"Kau... kau memukulku?!" seru Ryuji dengan nada penuh emosi.
"Kenapa? Kau tidak terima?" balas Ren tajam.
Ren berjongkok di dekat Ryuji, menepuk-nepuk pipi kirinya dengan sikap meremehkan.
"Memalukan sekali. Apa kau tidak bisa berkelahi?" ejeknya sinis.
Ryuji menatap Ren dengan mata gemetar. Tatapan mata Ren memancarkan kebencian yang begitu jelas.
"..."
"Ren-kun..." Miyuki memanggil dengan ragu. Miyuki khawatir jika perkelahian berlanjut, Ren-lah yang akan menghadapi masalah, sebagaimana yang diyakini Miyuki.
"Ada apa, Miyuki-chan? Apa kamu mau menolong Ryuji?"
Miyuki terkejut. "Ha... ah... tidak, aku tidak..."
"Bagaimanapun juga, kalian kan teman masa kecil. Pasti ada perasaan di antara kalian, benar?"
"Ren-kun, jangan bicara begitu! Aku... aku tidak..."
"Haha, benar sekali! Jujur saja, kamu punya perasaan padaku, kan? Kamu juga tidak menolak saat aku menciummu, bukan?" ujar Ryuji dengan nada menggoda.
"Apa yang kamu bicarakan?!" Miyuki membentak, merasa kesal dengan ucapan Ryuji yang sembrono.
"Ayolah, Miyuki-chan. Katakan saja. Bukankah kita sudah berjanji akan menjadi pasangan suami-istri di masa depan? Bilanglah pada Ren," tambah Ryuji dengan senyuman penuh percaya diri.
"..."
Ren hanya diam, menatap Miyuki dengan penuh pertanyaan, sementara Miyuki membalas tatapan itu dengan canggung.
"Memang, kita pernah membuat janji seperti itu. Kamu melupakan, dan aku rasa sudah cukup. Mari kita lupakan janji itu, Ryuji-kun. Aku... aku sudah tidak memegang janji itu lagi."
"Apa?" Ryuji terkejut.
"Hanya cinta monyet. Ya, seperti itu... yang kulakukan, yang kita lakukan," Miyuki bergumam pelan, tampak kesulitan mengungkapkan kata-kata. "Mungkin... mungkin kupikir itu cinta. Sekarang aku sadar, itu hanya perasaan nyaman karena kebersamaan kita. Benar, aku yakin itu."
Ryuji mengerutkan kening. "Miyuki-chan, apa yang kamu lakukan selama ini, selama kita bersama, bukankah karena kamu mencintaiku?!"
"Aku tidak tau..." Miyuki tertunduk, menghindari tatapannya.
"Miyuki-chan, aku tidak menyangka kamu mengatakan hal seperti itu. Janji yang kita buat, aku memang lupa, tapi sekarang aku sudah ingat. Aku tahu perasaanmu..."
"Mungkin karena aku terbawa perasaan. Kalau kupikir-pikir, aku memang seperti itu. Aku mudah merasa nyaman dan langsung menyukai seseorang. Aku bukan gadis baik, ya? Janji juga hanya janji, kan? Kalau ada yang tidak menepati, lebih baik diakhiri saja."
Bukan hanya Ryuji, Ren pun terkejut dengan cara bicara Miyuki.
"Ren, apa yang kau lakukan pada Miyuki-chan? Dia tidak akan pernah bicara seperti itu! Miyuki-chan yang aku kenal tidak mungkin bicara seperti itu!" seru Ryuji dengan nada penuh emosi.
Ren hanya melirik Ryuji tanpa memberikan jawaban.
Sementara itu, Miyuki menunduk dengan wajah bingung. Semua yang dia katakan tadi benar-benar keluar dari mulutnya begitu saja, tanpa dia sadari.
Ryuji menuduh Ren telah mengubah sifat dan sikap Miyuki, yang dikenal baik hati, menjadi seorang gadis yang bicara tidak masuk akal.
"Ha... Maklum, Miyuki-chan itu masih labil. Dia masih plin-plan," tegas Ren.
Suasana sejenak hening, lalu Ren melangkah maju.
"Miyuki-chan, sungguh, aku benar-benar terkejut sekali," ucap Ren.
Miyuki hanya diam, tak mampu berkata apa-apa.
Ryuji berdiri di tempat, kebingungan oleh perubahan sikap Miyuki yang terasa tidak masuk akal. Bagi Ryuji, Miyuki berbicara terlalu mudah, seolah menyepelekan sesuatu, tidak seperti sosok yang selama ini ia kenal.
Ren menoleh ke arah Ryuji. "Ya, mau bagaimana lagi? Miyuki-chan itu perempuan. Siapa yang tahu apa yang dia pikirkan? Kata orang, jalan pikiran perempuan memang sering tak terduga."
---
(Penulis: Apa kalian paham kenapa Miyuki ngomong gitu? ┐(´ー`)┌ Author ingin tau jawabannya dari sudut pandang kalian.)