Dante, pria kejam yang hidup di dunia kelam, tak pernah mengenal rasa iba. Namun segalanya berubah saat ia bertemu Lea, gadis lugu yang tanpa sengaja menjadi saksi pembunuhannya. Lea, seorang guru TK polos, kini menjadi obsesi terbesarnya—dan Dante bersumpah, ia tidak akan melepaskannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
sejak saat itu,dante dan dion di ajarkan segala hal. termasuk bela diri.
Bahkan semua aset sang kakek di berikan sepenuh nya untuk kedua saudara itu. Arman,kakek dante dan dion adalah seorang mafia besar terkenal dengan bisnis bisnis nya,bahkan arman termasuk orang terkaya nomor 1 di indonesia.
Di usia yang menginjak 8 tahun dante dan dion,sudah mengalami perubahan besar.bahkan sang kakek membawa dion kesebuah rumah sakit mewah dan canggih,di mana arman merawat dan mengobati penyakit dion ,dion terkena auto imun sehingga dia gampang lelah dan mempunyai tubuh lebih kecil dari dante.
Tapi berkat uang dan kekayaan,dion bisa sembuh dan tumbuh menjadi anak laki-laki sehat dan normal.
Namun arman sang kakek tetap mempercayai semuanya kepada dante,karena dante lah yang cepat tanggap dalam hal apapun.
Di usia yang menginjak 11 tahun mereka sudah di tugaskan untuk melakukan per bisnisan,tidak hanya itu ,bahkan dante kerap kali membunuh seseorang yang sudah berkhianat dengan sang kakek.
Saat usia mereka mulai menginjak remaja,arman menghembuskan nafas terakhir nya. Kini mereka tidak punya keluarga lagi ,namun arman memberikan warisan yang sangat luar biasa,bahkan tidak akan habis jika di pakai 10 keturunan sekalipun.
Arman benar-benar membagi rata warisan itu,tidak ada yang di beda-beda kan. Namun, dion tidak akan bisa apa-apa tanpa dante.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di kehidupan sekarang,mereka mulai menujukan ketidak kompakan nya hanya karena satu wanita.
"Ingat, Kak, tanpa aku, kamu bukan siapa-siapa!" Dante menatap Dion tajam, sementara hati Dion mencelos.
Dion mulai menunjukan kemarahan nya,tangan yang awal nya dia lipat ke depan kini berpindah di masukan kedalam saku celana nya.
Dion menghela nafas panjang,berusaha menetralkan emosi nya,dia cukup sadar diri ,dan sangat lihai dalam ilmu bela diri.
"Cukup, Dante! Aku ingin hidup sebagai diriku sendiri, bukan hanya bayanganmu!" ujar Dion tegas, menekankan setiap katanya.
"kamu bukan hidup dalam bayangan ku kak. Tapi aku yang hidup dalam bayangan mu, aku yang di tugaskan untuk selalu melindungi mu."jelas dante dengan tersenyum manis,namun matanya menatap tajam.
"hanya karena wanita kamu seperti ini dante?"tanya dion berusaha mengalihkan obrolan.
Dante tertawa sumbang,tangan nya di lipat kebelakang badan nya bersandar pada meja,"jangan mengalihkan pembicaraan kak,kamu juga sudah tahu. Jika aku menginginkan sesuatu aku akan berjuang untuk mendapatkan nya!"
"tapi ini manusia dante!kamu menginginkan nya namun gadis itu sangat takut kepadamu."ucap nya berusaha membuka jalan pikiran sang adik.
Dion mendongak menatap langit-langit atap,lalu dia menghela nafas panjang,"apa kamu bisa berfikir dante?gadis itu telah melihat mu membunuh seseorang. Bagaimana bisa di menyukai mu,aku yakin dia tidak akan mau dengan pria pembunuh seperti mu!"ucap nya lagi dengan suara yang tegas.
Dante mengerutkan dahi nya,"aku membunuh nya karena di berkhianat. seharusnya itu bagian mu. tapi jangan kan untuk membunuh,melawan seseorang saja kamu seperti ayam sayur!"jawab dante dengan nada mengejek,terukir senyuman sinis di sana.
"cukup dante!kenapa kamu semakin keterlaluan?"
Ruangan itu terasa panas meski AC menyala. Dion menatap adiknya yang berdiri santai di dekat meja, tapi ada kilatan tajam di matanya. Dante tersenyum kecil, tapi senyumnya bukan senyum hangat melainkan senyum penuh tantangan.
Sementara itu di perumahan mewah,lea duduk di kursi dengan sangat canggung,seolah-olah dia berhadapan dengan orang asing.
"kak mau kemana?"tanya lea dengan sangat hati hati,pasal nya dia melihat sang kakak bersiap siap seperti ingin pergi.
"bekerja lah...apalagi!"jawab nya begitu ketus.
Lea meringis, ingin sekali menangis, tetapi dia menahan diri. Jantungnya terasa sesak, seperti ada sesuatu yang menghimpit dadanya. Kenapa kakaknya berubah begitu dingin? Apa dia benar-benar tak peduli lagi?
Perlahan dia bangun,melangkah maju,"kak..."ucap lea sangat pelan.
"hm"dehem nya dengan sangat singkat.
"jika kakak keberatan dengan keberadaan ku....aku akan pergi."ucap nya dengan suara bergetar.
"Pergilah!" suara Lia terdengar datar, tanpa emosi, seolah-olah keberadaan Lea benar-benar tidak penting baginya.
Lea terdiam, matanya membesar. Tenggorokannya tercekat. Kakaknya benar-benar mengusirnya.
lalu dia mengangguk kecil,"baiklah...jaga diri baik baik ya kak."lirih nya pelan sangat pelan hampir seperti bisikan.
Lea berjalan gontai ke arah pintu,saat tangan nya merai pintu,lia membuka suara dengan sedikit ejekan."kamu pasti akan pergi menemui pria itu lagi,atau pergi bertemu dion?dan membuat dia membenci ku iyakan?"
lea membeku,tangan nya bergetar memegang pintu,sungguh dia sekarang bingung dengan pemikiran sang kakak.
Lea berbalik arah,"sebenar nya mau kakak ini apa?"tanya nya berusaha menahan air matanya.
Lea menarik napas dalam-dalam, suaranya bergetar."Aku... aku diculik, Kak. Aku dijual oleh ayah kita!" Suara Lea bergetar. "Kenapa Kakak tidak peduli? Kenapa Kakak tidak pernah bertanya apa yang terjadi padaku?" Air mata menggenang di matanya, dadanya naik turun menahan sesak.
Lia hanya diam di tempat,"entahlah lea...jika kita ingin seperti dulu..jauhi dion."ucap nya dengan tatapan datar nya.
"bahkan aku tidak pernah dekat dengan nya kak!"ucap nya berusaha mengontrol emosinya.
"Dion menyukaimu, Lea!" suara Lia meninggi, matanya berkilat tajam. "Kamu tidak sadar? Jika kamu tidak menjauh, dia akan terus mengejarmu, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
"baik...aku mengerti maksud mu. Aku akan bersikap seperti perempuan yang tidak tahu diri dan menyebalkan!"ucap nya dingin.
