NovelToon NovelToon
Pesan Masa Lalu

Pesan Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mengubah sejarah / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:796
Nilai: 5
Nama Author: aaraa

Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.

Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peta Kuno

Suara langkah-langkah berat di tangga museum membuat jantung Kinanti berdebar makin kencang. Di ruang bawah tanah yang temaram itu, para anggota Garuda Putih sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Pintu terbuka dengan suara berderit keras. Semua orang sudah bersiap, namun sosok yang muncul membuat semua orang terkejut.

Alih-alih orang berbahaya yang mereka takutkan, yang muncul adalah Pak Hendro yang merupakan ayah Reza, dengan wajah tegang.

Pak Hendro berdiri di ambang pintu dengan kemeja yang hampir basah karena keringat.

"Cepat," katanya terengah, "polisi sedang dalam perjalanan kemari. Aku sudah mengalihkan perhatian pria-pria itu ke arah yang salah, tapi mereka tidak akan tertipu lama."

"Hendro," Kolonel Pratama, kakek Reza, menatap putranya dengan bangga.

"Kau masih pandai membuat pengalihan seperti dulu."

"Belajar dari pengalaman, Yah," Pak Hendro tersenyum sekilas sebelum wajahnya kembali serius. "Tapi kita tidak punya banyak waktu."

Kolonel Pratama segera bergerak cepat ke arah lemari besi di sudut ruangan. Tangannya yang keriput namun masih kuat memasukkan kombinasi rumit pada kunci lemari.

"Sudah waktunya membuka arsip terakhir." Dari dalam lemari, dia mengeluarkan sebuah tabung logam panjang yang tampak jauh lebih terawat dibanding benda-benda lain di ruangan itu.

“Kalian sudah menemukan kunci kedua bukan?” Tanyanya sembari memberikan tabung itu kepada Kinanti.

Kinanti dan Reza mengangguk mantap. Kemudian mereka membuka tabung tersebut dengan hati-hati. Ternyata sebuah peta usang tergulung di dalamnya.

"Apakah ini peta rahasia Yogyakarta?" Tanya Reza sambil membentangkan peta itu di atas meja. "Kartika yang menggambarnya, dengan bantuan para insinyur Belanda yang berpihak pada perjuangan kita."

Nadia, yang sejak tadi sibuk mendokumentasikan ruangan dengan kameranya, mendekat dengan penuh minat. "Ini detail sekali," gumamnya, lensa kameranya segara menyapu seluruh permukaan peta.

"Tentu saja," Pak Harianto angkat bicara. "Kartika menghabiskan berbulan-bulan menyusup ke kantor pemerintahan Belanda untuk mendapatkan informasi ini. Setiap garis, setiap titik, digambar dengan taruhan nyawa."

Dimas, yang biasanya selalu bercanda, kini terdiam mengamati jaringan rumit lorong-lorong yang tergambar di peta.

"Ini... seperti jaring laba-laba," ucapnya takjub. "Seluruh kota terhubung di bawah tanah."

"Sistem bunker ini awalnya dibangun Belanda," Pak Hendro menjelaskan, tangannya menunjuk berbagai titik di peta. "Mereka membuatnya sebagai jalur evakuasi dan penyimpanan senjata. Tapi Kartika dan timnya berhasil memetakan semuanya dan mengambil alih kontrol. Lihat titik-titik merah ini? Setiap titik adalah pintu masuk yang tersembunyi di tempat-tempat strategis."

Kinanti, Nadia, dan Dimas mendekat, mengamati peta yang menunjukkan jaringan rumit lorong-lorong bawah tanah.

"Sungguh ada di mana-mana," Dimas berdecak kagum. "Sekolah, museum, gereja tua, bahkan..."

"Toko Pusaka Sejati salah satunya," Pak Harianto menambahkan dengan senyum penuh arti.

"Kenapa menurut kalian toko itu tidak pernah pindah sejak 1945? Karena lokasi kami adalah salah satu pintu masuk utama ke sistem bunker ini."

Suara sirine polisi sayup-sayup terdengar dari kejauhan.

"Kita harus berpencar," Kolonel Pratama mengambil keputusan cepat.

"Darmawan, bawa anak-anak lewat lorong timur. Temui kami di titik pertemuan B3."

"Tunggu," Reza maju selangkah, matanya menatap sang kakek. "Bagaimana dengan semua dokumen ini? Bukti-bukti yang Kartika kumpulkan?"

"Sudah diamankan," Nadia mengangkat kameranya dengan senyum puas.

"Semua sudah kufoto dalam resolusi tinggi, termasuk peta ini. Sudah kukirim ke cloud storage dengan enkripsi ganda. Bahkan jika mereka menghancurkan semua yang ada di sini, buktinya tidak akan hilang."

"Pintar sekali," puji Kolonel Pratama, matanya berbinar. "Kartika selalu bilang bahwa generasi muda akan menemukan cara mereka sendiri untuk menjaga kebenaran. Dia pasti bangga melihat kalian."

Mereka bergerak cepat dalam dua kelompok. Kolonel Pratama, Pak Hendro, dan Pak Harianto mengambil rute barat, sementara Pak Darmawan memimpin Kinanti, Reza, Nadia, dan Dimas melalui lorong timur. Suara langkah-langkah berat di atas kepala mereka menandakan bahwa para pengejar sudah memasuki museum.

"Papa," Kinanti berbisik sambil terus berlari, "kenapa Papa tidak pernah cerita tentang semua ini?"

"Karena kami berharap kalian tidak perlu terlibat," Pak Darmawan menjawab dengan nafas berat. "Tapi sepertinya takdir punya rencana lain."

Setelah berlari cukup lama, mereka tiba di sebuah pintu besi. Ketika Pak Darmawan membukanya, pemandangan yang menyambut membuat mereka terkesiap. Mereka sampai halaman belakang SMA Bhakti Nusantara.

"Kita berlari sejauh itu?" Nadia bertanya tidak percaya, kameranya masih setia merekam setiap momen.

"Sistem bunker ini," Pak Darmawan menjelaskan sambil mengunci kembali pintu rahasia, "adalah warisan paling berharga dari perjuangan kemerdekaan. Dan sekarang..." dia menatap empat remaja di hadapannya dengan serius, "...adalah tanggung jawab kalian untuk menjaganya."

Tiba-tiba, ponsel Reza bergetar. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul di layar

Temui aku di toko jam tua dekat stasiun. Ada yang harus kuceritakan tentang Kartika. -K

Kinanti, yang mengintip pesan itu dari balik bahu Reza, merasakan jantungnya berdebar kencang.

K? Mungkinkah...?

"Apa kalian pikir..." Dimas memecah keheningan, "...Kartika masih hidup?"

Tidak ada yang menjawab. Di kejauhan, suara sirine polisi mulai memudar, tergantikan oleh kesunyian malam Yogyakarta yang menyimpan terlalu banyak rahasia.

1
Rezzy Ameliya
semangat selalu kaaa, terimakasih sudah mampir
Iramacinta
kak keren banget dilanjut terus ya karyanya...❣️❣️❣️
mndnll
keren kak ceritanyaa bagus sekalii semangat kak
salsa
bagus banget ceritanya aku suka /Scream/
Kandi
like
Riiiiee
yeayyy akhirnya ketemu
TENANG
keren ceritanya semngat terus melanjutkan ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!