Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Prabu seakan tak bergeming atas gertakan dari pria tua dihadapanya saat ini. Hidupnya yang penuh ambisi, dan juga keyakinan, seakan tak gentar sedikitpun, hanya karena gertakan ringan saja.
Tatapanya seketika mengunci kedua netra tuan Sudrajat, "Tidak paman!! Ailin akan tetap disini. Aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, bahwa aku akan bertanggung jawab penuh, hingga Ailin benar-benar dinyatakan pulih!!" bantah Prabu menekan kalimatnya.
"Tapi bagaimana......" ucapan tuan Sudrajat terpaksa menggantung, karena sang istri lebih dulu menyelanya.
"Sudah, kamu duduk saja dulu!! Bair ibu yang berkata dengan Prabu..." sahut bu Asih saat menatap suaminya.
Tuan Sudrajat lantas duduk kembali, dengan sekali tarikan nafas. Bu Asih lalu mendekat kearah calon menantunya itu perlahan, hingga tepat berada dihadapan Prabu saat ini.
"Ayo, ajak ibu bertemu dengan istrimu!! Ibu ingin bertemu...." pinta bu Asih dengan sorot mata memohon.
Prabu semakin bungkal. Apa yang terjadi, jika ibu dari kekasihnya akan bertemu langsung dengan istrinya sendiri. Pikiran negatif pun menyeruat memenuhi kepalanya saat ini. Prabu masih terdiam, hingga lenganya dioyak oleh wanita tua didepanya.
"Apa kamu takut, jika ibu akan memarahi dia?? Hilangkan semua pikiran kotormu dari ibu, Prabu!!" ujar kembali bu Asih.
"Tunggu sebentar, biar aku panggilkan!!" Prabu memutuskan untuk memanggil istrinya. Entah apa nantinya yang akan terjadi, dia hanya bisa melihat saja.
Sementara didalam, Prabu segera menuju kamarnya. Karena terakhir dia meninggalkan sang istri didalam kamarnya.
Ceklek!
Kosong?? Prabu mengernyit mengedarkan pandang keseluruh ruang, hingga mencarinya dikamar mandi. Namun lagi-lagi Anissa tidak ada disana.
'Dimana Anissa??' batinya.
Setelah itu, dia kembali menutup pintunya dan berjalan menuju kamar paling ujung, mungkin saja sang istri ada dikamar tersebut.
"Bagaimana, Ailin...apa kamu suka??" gumam Anissa dari belakang, karena dia baru saja mengepang rambut indah Ailin.
Ailin bertepuk tangan layaknya anak kecil. Gadis depresi itu membolakan mata takjub saat melihat dirinya dipantulan kaca.
"Pangeranku pasti akan suka, Anissa!! Aku sudah tidak sabar ingin memperlihatkan padanya..." girang Ailin dengan dunianya sendiri.
Ceklek
Tapp!!
Tapp!!
Merasa ada pergerakan dibelakangnya. Anissa kemudian membalikan badan, dan ternyata Prabu lah yang datang.
"Ailin...lihatlah siapa yang datang. Kamu bisa memperlihatkan pada pangeranmu!!" seru Anissa menepuk kedua bahu Ailin, seraya membalikan badanya.
Prabu masih terdiam, namun dia dapat mendengar ucapan istrinya barusan. Dipikirnya, ternyata sang istri memiliki hati yang lebih kuat dari yang dia duga.
Saat Ailin menoleh. Sejenak, Ailin terdiam sambil memanyunkan bibirnya. Dia kembali menatap Anissa, "Dia bukan pangeranku, Anissa!! Kamu tahu, pangeranku masih ada dilangit. Dia belum turun, mungkin nanti malam akan turun!," balas Ailin tertawa pecah.
Prabu mendekat kearah kekasihnya. Tersenyum hangat, "Kamu lebih dari cantik, Ailin...!! Siapa yang mengepang rambut indahmu ini?" tanya Prabu lembut.
Ailin yang masih tertawa dengan dunianya sendiri, hanya menunjuk kearah Anissa. Dia terdiam sejenak, hingga berkata, "Dia ibu periku, Prabu! Hatinya sangat lembut sekali. Jadi....jangan sakiti dia!!" jawab Ailin menatap sinis kearah kekasihnya, lalu dia beralih menatap Anissa, "Kamu ibu periku~Anissa!!" kekehnya.
Anissa hanya mengangguk, menyembunyikan rasa sesaknya. Apa-apaan ini, bagaimana bisa suaminya dengan terang-terangan memuji wanita lain didepan istrinya sendiri.
Menyadari diamnya sang istri, Prabu lantas segera menarik tangan Anissa agak menjauh dari Ailin.
Sshh!!
"Lepaskan Prabu!!" kata Anissa tidak terima melihat lenganya ditarik paksa oleh sang suami.
"Ada yang ingin bertemu denganmu dibawah!!" jawab Prabu setelah mereka sampai diambang pintu kamar Ailin.
Anissa memicing, "Siapa?"
"Orang tua~Ailin!!" seru Prabu singkat.
Degh..
"Tidak ada yang perlu kamu cemaskan. Mereka bukan seperti keluargamu, yang memiliki hati keji!!" ujar Prabu menatap Anissa sekilas. Setelah itu dia melenggang turun begitu saja.
Anissa langsung mengikuti langkah suaminya turun. Entah apa yang akan dia terima nantinya, yang jelas Anissa sudah menyiapkan beberapa jawaban atas pertanyaan mereka nanti.
Dari kejauhan, dapat Anissa lihat, dua parubaya dengan pakaian rapi sedang duduk anggun menanti kedatanganya. Dan tidak perlu berpikir dua kali, jika keluarga Ailin bukanlah orang sembarangan.
Tapp!
Tapp!!.
Anissa berhenti tepat disamping suaminya, hingga keberadaanya terpanggil oleh kedua parubaya tersebut.
Bu Asih berdiri, tersenyum hangat tanpa menunjukan rasa tidak sukanya. Wanita tua itu menghampiri Anissa untuk diajaknya duduk bersama.
"Tidak ada yang perlu kamu takutkan! Siapa namamu, nak??" tanya bu Asih begitu lembut. Mereka duduk bersama bagaikan seorang anak dengan ibunya.
Anissa mendadak terenyuh mendapat sikap hangat seperti saat ini. Dia membalas sapaan hangat itu dengan tersenyum, "Panggil saja~Anissa!" jawabnya.
"Kamu tahu nak, jika bibi merasa menjadi wanita yang paling gagal!!" lirih bu Asih sembari menepuk tangan Anissa. Sementara Anissa sendiri mencoba menjadi pendengar, hingga wanita tua didepanya itu melanjutkan lagi ucapanya. "Bibi tidak dapat menghentikan suamimu, untuk tidak merawat putriku. Entah seberapa sakit hatimu, bibi tidak tahu....!! Yang jelas, bibi hanya mengucapkan maaf serta terimakasih yang sebesar-besarnya."
'Pantas saja Ailin memiliki sikap begitu lembut. Ternyata ibunya jauh seperti malaikat yang mengembangkan kedua sayapnya saat ini' batin Anissa menerima tatapan bu Asih.
"Tidak ada yang salah disini, dan akupun tidak membenarkan sikap suamiku. Aku hanya terjebak diantara hubungan putrimu dan juga Prabu. Namun aku yakin, hidup tidak selamanya seperti ini. Mungkin saja, jika putrimu telah pulih, maka aku yang akan mundur dari pernikahan ini!!" kata Anissa yang mencoba menguatkan hatinya. Dan memang, apa yang keluar dari mulutnya kini, itulah yang dia rasakan.
Ketiga orang itu merasa terkuliti dengan ucapan Anissa barusan. Tak halnya dengan Prabu. Pria yang duduk tenang diserang itu, entah mengapa hatinya mendadak nyeri, mendengar pernyataan istrinya barusan.
Bu Asih menggelengkan kepala cepat, hingga kedua netranya berembun seketika. Dia wanita, jadi pasti tahu apa yang dirasakan Anissa saat ini.
Sakit apalagi yang belum Anissa rasakan. Gadis berusia 25 tahun itu bahkan menjadi satu-satunya yang paling diasingkan dari keluarga besarnya, hingga sang ibu sendiri dengan ternag-terangan mengabaikannya.
"Tidak Anissa!! Pernikahanmu akan selamanya menjadi pernikanmu. Ailin sudah menerima takdirnya lebih kuat. Andai dia pulih, pasti dialah orang pertama yang mendukung rumah tangga kalian," jawab bu Asih sambil menatap Prabu juga.
"Putrimu begitu lembut. Saking lembutnya, hingga aku tidak dapat membedakan caranya menerimaku atau tidak!! Dia anggap kehadiranku sebagai sahabatnya. Aku tidak bisa membayangkan sesakit apa menjadi dia, jika sampai dia tahu aku menistakan hubunganya!!" kata Aisyah kembali. Namun kali ini dadanya berdesir nyeri.
Lagi-lagi Prabu merasa tertampar dengan lontaran ucapan istrinya barusan. Dia terdiam kalut dengan pikiranya sendiri. Entah seperti apa diakhir, Prabu hanya berharap tidak akan ada yang tersakit.
Sebelum orang tua Ailin memutuskan untuk pulang, dia sudah berkali-kali meyakinkan Prabu, agar melepas Ailin untuknya. Namun, mengingat dirinya sudah terikat janji. Prabu masih tetep kekeh dalam pendiriannya, untuk mengobati Ailin hingga sembuh.
"Ibu pamit dulu, Anissa!! Sebelumnya, apa ibu boleh memelukmu?" Tanya bu Asih penuh harap.
Anissa mengangguk, lali segera mendekap tubuh tua itu. Disana dada Aisyah bergemuruh, seolah mendapat dekapan dari ibunya sendiri. Seumur-umur baru kali ini Anissa merasakan begitu diperlakukan baik, didekap penuh kasih sayang layaknya seorang anak sendiri.
"Ibu dan paman jaga kesehatan!! Senggang waktu, biar Anissa yang berganti menjenguk kalian," jawab Anissa setelah melerai pelukanya.
"Paman tunggu kehadiranmu, nak!! Kami permisi dulu," pamit tuan Sudrajat.
Anissa mengangguk, lalu segera membalikan bada masuk kedalam kembali. Namun belum sampai itu, suara Prabu tampaknya mengehentikan langkah kakinya.
"Apa maksud ucapanmu tadi~Anissa??" tegur Prabu bersuara dingin, yang masih menatap kearah pintu.
"Semua ucapanku tidak mengandung racun. Jadi, jangan terlalu kamu pikirkan!!" tandas Anissa tanpa menatap kearah suaminya.
Prabu seketika menghela nafas dalam. Tatapanya mengintimidasi lawan, sambil mengepalkan kedua tanganya kuat.
Melihat ada vas bunga disisi nakas. Dia lantas segera mengambilnya. Dan tiba-tiba...
Pyar!!
Lemparan vas bunga yang prabu layangkan kearah daun pintu, rupanya membuat nyaring menggema ditelinga sang istri saat ini.
Anissa memejamkan mata sejenak. Dia dapat merasakan hawa kemarahan suaminya yang disaksikan megahnya rumah tersebut. Detik kemudian, dia langsung melenggang masuk kedalam dengan wajah tenangnya.
Prabu masih terdiam dengan amarahnya. Pria berusia 32 tahun itu tampak menaik turunkan nafasnya, karena teramat geram dengan sikap sang istri barusan.
Sekaan dia tidak terima, melihat istrinya dapat bersikap tenang saat menyebut kata kata dalam rumah tangganya. Entah apa yang dirasakan Prabu saat ini. Yang jelas, dia tidak terima jika Anissa pergi begitu saja dari hidupnya.
** **
Tapat pukul 8 malam.
Malam ini, kota Magelang sedang diguyur hujan dengan begitu lebatnya. Anissa yang sudah memastikan gadis yang dia rawat sudah terlelap dari tidurnya. Kini Anissa segera menutup pintu untul keluar.
Anissa berjalan pelan menuju kamarnya. Namun ruangan besar itu kosong, bagaikan hatinya saat ini. Entah apa dan siapa yang sedang dia cari. Yang jelas, Anissa merasakan sepi, karena Prabu tidak ada dikamarnya.
Saat di tangga, Anissa sempat berpapasan dengan satu pelayan muda, yang bertugas menemani Ailin selama tidurnya.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat