Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Trisstan Kalah?
[Trisstan PoV]
Pertarunganku akhirnya dimulai, lawanku adalah Lynoir Fallen. Meski bukan yang terkuat tapi tetap saja kekuatannya juga tidak selemah itu.
Kali ini aku tidak boleh kalah lagi, aku tidak boleh mempermalukan diriku sendiri.
"Pertarungan dimulai!"
Tepat setelah pertarungan dimulai Lynoir langsung menghilang dan muncul disampingku, gerakannya begitu cepat aku tidak bisa membaca serangannya.
Krankk—!
Pedang kami bertemu.
Lynoir menekan pedangnya dengan kuat, membuatku sedikit kesulitan menahannya dan akhirnya aku terpaksa melompat kebelakang.
Krank—!
Krankk—!
Sekali lagi ia menyerang dengan serangan bertubi-tubi, aku bisa menahannya. Namun, gerakannya selanjutnya tidak bisa kutebak.
"Amplifier," gumamku.
Dengan menggunakan Amplifier aku menambah kekuatanku untuk menahan serangannya. Orang itu sama sekali belum mengeluarkan sihirnya dan hanya menggunakan pedangnya.
Tiap tebasannya begitu berat, sulit untuk terus-menerus menahannya. Karena serangannya terhenti, akupun langsung mengambil kesempatan menyerang balik dengan tebasan diagonal.
Namun, ia berhasil menghindar dengan membengkokkan tubuhnya. Ia kemudian melompat tinggi dan memberikan serangan vertikal mengarah pada kepalaku. Yang kutahan dengan arah sebaliknya.
Krankkk—!
"Speed!" Ia tiba-tiba menggunakan sihirnya dan mengelilingiku dengan kecepatannya.
Kalau hanya itu, aku juga bisa!
"Speed!"
Kami saling beradu kecepatan dengan pedang kami yang terus bertabrakan. Saat ini salah satu gerakan saja bisa membuatku terluka.
Krankk—!
Ia sedikit terhuyung mundur, dilanjutkan dengan aku yang kembali menyerangnya dengan tebasanku. Bukannya menghindar ia malah menyerang balik.
Orang ini, kenapa tidak lelah sama sekali!
Dengan cepat ia kembali memojokkanku, tebasan horizontalnya berhasil kuhindari. Namun, saat melihat kebelakangku. Terlihat dinding arena yang terkena dampak serangannya membekas seperti tersayat pedangnya itu sendiri.
Terkena serangannya sekali saja akan berbahaya bagiku.
"Amplifier," gumamku sekali lagi menambah kekuatan.
Ia melompat keatas lalu merapal mantranya dan akhirnya mengeluarkan sihirnya. "Meteor!"
Puluhan bola api yang keluar dari lingkaran sihir besar itu kini menuju kearahku. "Defensive," ucapku menggunakan pertahanan untuk tubuhku, lalu menebas setiap bola api yang mengarah padaku.
BOOM—!
Akibat ledakan besar aku terpental jauh.
Tubuhku melemah, aku sudah tidak bisa bergerak. Kenapa ini, tubuhku sama sekali tidak bisa digerakkan.
Aku melihatnya yang semakin mendekat. Lynoir Fallen, dia ini benar-benar kuat. Aku tidak menyangka akan mendapat lawan sepertinya.
Terlebih lagi, apa aku diracuni? Aku sama sekali tidak bisa bergerak. Ini tidak mungkin, dengan kekuatanku harusnya serangan tadi tidak berdampak begitu besar.
Lagi-lagi aku malah mempermalukan diriku sendiri. Sial! Sekarang sudah tak ada harapan menang lagi bagi kerajaan kami.
Semuanya sudah berakhir.
Setelah pria itu menebaskan serangan terakhirnya, akhirnya semuanya mejadi gelap...
...---...
[Sion PoV]
Yeah... Seperti yang kuduga, Trisstan kalah.
Kekalahannya bukan karena ia lemah, namun karena memang disudah terkena racun. Serangan dari Lynoir, lebih tepatnya dari pedangnya mengandung racun.
Karena itulah dia lebih fokus menyerang dengan pedang dan mengurangi penggunaan sihir.
Bahkan jika aku yang melawannya, aku juga pasti akan kesulitan. Trisstan kalah karena tidak mengetahui apa-apa soal racun itu.
Yah... Diriku juga tidak tahu apa-apa sebenarnya, namun Liana yang memberitahuku saat menonton tadi.
Dan besok adalah pertandingan terakhir yang menentukan kemenangan. Jika aku kalah maka semuanya akan berakhir. Menggendong satu kerajaan yah... Kurasa itu sangat berat.
Terutama karena lawanku yang sudah berbeda tingkat. Tapi, jika itu demi Lise... Apapun akan kulakukan.
Kalau tebakanku benar, seharusnya pertarungan ini sudah direncanakan oleh raja kerajaan ini. Pertarungan pertama, mereka memberikan lawan yang lemah pada Pahlawan. Karena memang kurasa itu disengaja, dengan begitu Pahlawan tidak akan mengganggu rencana lain.
Rencana lain itu adalah Trisstan yang melawan Lynoir. Mereka sudah memastikan kalau Trisstan akan dikalahkan. Dan puncaknya ada padaku, mereka memberikan lawan terkuat agar aku tidak memiliki kesempatan untuk menang.
Kulihat Trisstan yang masih terbaring lemah, mereka membawanya untuk diobati. Dari kejauhan juga terlihat Lise dengan wajah khawatir, kurasa karena besok akan menentukan pertarungan ini.
Jika aku kalah, maka aku tidak bisa mendapatkan Lise. Kemungkinan terburuknya Lise direbut oleh Pahlawan sialan itu.
"Ambil ini," ucap Liana yang membawakan es krim untukku. "Jangan terlalu cemas begitu.Jika besok kau kalah, kita tinggak merebut Nona Lise saja, kan."
"Bicara lebih mudah daripada melakukan."
Ketika kami sedang berbincang, tiba-tiba pria berambut merah menghampiri kami. Itu adalah Pahlawan—Jura Bastie.
"Apa yang kau inginkan?" tanyaku.
"Bukan apa-apa, hanya saja... Kau harus menang besok, jika kau kalah dan mempermalukan kerajaan, maka aku akan membunuhmu." Tatapannya menusuk, dia serius soal ini.
"Tenang saja, aku punya tujuanku sendiri. Oh benar juga, ingat ini Pahlawan..." Aku menatapnya balik dengan senyuman mengejek. "Jangan menangis jika aku berhasil menang nanti."
Mendengar itu wajahnya mengeras, ia terlihat kesal. "Apa maksudmu?!"
"Kupastikan, aku akan merebut semuanya darimu. Ingat itu baik-baik Pahlawan."
Mendengar itu dia semakin kesal, kemudian menarik pedangnya. "Kau benar-benar membuatku kesal!"
"Hoo~ Kau mau melawanku?" Sekali lagi aku membuat wajah konyol untuk mengejeknya.
Ia melesat dengan cepat, kelihatannya menggunakan Speed untuk menambah kecepatan. Tak diam saja aku juga mengeluarkan pedang berkaratku dari Storage Box.
KRAKK—!
Pedang kami bertemu, suara nyaring terdengar akibat benturannya.
"Kau, darimana kau mengeluarkan pedang itu?"
Yah, tidak banyak orang yang memiliki Storage Box wajar saja kalau Pahlawan itu tidak mengetahuinya. "Kau tidak perlu tahu," kataku membuat wajahnya nampak tambah kesal.
Bugh—!
Bugh—!
"Ughh!"
"Ugh!"
"Bisakah kalian berhenti? Bertarung disini, apa kalian bodoh? Kalian tidak melihat orang-orang disini sedang memperhatikan kalian?" ucapan itu datang dari Lise yang baru saja memukul wajah kami.
Dan aku baru menyadari bahwa kami diperhatikan banyak orang disini. Agar tidak membuat masalah aku menyimpan kembali pedangku.
Setelah melirik Lise sebentar, aku pergi meninggalkan mereka.