Demi melanjutkan hidup, Hanum terpaksa melarikan diri keluar kota untuk menghindari niat buruk ayah dan ibu tiri yang ingin menjualnya demi memperbanyak kekayaan. Namun siapa sangka kedatangannya ke kota itu justru mempertemukannya dengan cinta masa kecilnya yang kini telah menjadi dosen. Perjalanan hidup yang penuh lika-liku justru membawa mereka ke ranah pernikahan yang membuat hidup mereka rumit. Perbedaan usia, masalah keluarga, status, masa lalu Abyan, dan cinta segitiga pun turut menjadi bumbu dalam setiap bab kisah mereka. Lalu gimana rasanya menikah dengan dosen? Rasanya seperti kamu menjadi Lidya Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Twenty One
Hanum terbangun dari tidurnya setelah mengalami mimpi buruk. Ia melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya, waktu menunjukan pukul 6 pagi. Hanum mengelap keringat di pelipis nya dengan punggung tangannya. Gadis itu lalu beranjak dari kamarnya menuju kamar mandi.
Hanum merasa suasana berbeda dirumahnya, biasanya ketika pagi ibunya sudah membangunkan nya untuk segera berangkat ke sekolah. Namun suara ibunya pun tidak terdengar. Hanum keluar dari kamar, tidak ada orang di ruang tamu. Bahkan ia tidak mendapati kehadiran sang ayah yang biasa nya setiap pagi sudah menyalakan televisi.
"Ibu???" Panggil Hanum.
"Hanum mau berangkat sekolah buk"
Tidak ada jawaban sama sekali. Hanum pun berjalan menghampiri kamar ibunya. Dan mendapati sang ibu tergeletak tak berdaya di lantai. Hanum segera berlari dan membopong ibunya.
"Ibu... Bangun Bu..."
"Ibu ini Hanum"
Hanum menggoyangkan tubuh ibunya, namun ibunya tak kunjung sadar.
Hanum segera membawa ibunya keluar dan meminta bantuan tetangga untuk membawa ibunya kerumah sakit.
"Ibu kenapa Bu??"
Tangis Hanum pecah begitu saja.
Begitu sampai dirumah sakit, Ratna segera di tangani oleh dokter. Hanum begitu panik, nafas nya menjadi tak beraturan. Ia tidak bisa tenang dan terus berjalan mondar-mandir didepan ruangan.
Hanum tidak berhenti untuk terus berzikir dan berdoa sepanjang pemeriksaan ibunya.
Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan dan memanggil Hanum untuk berbicara secara pribadi dengan Hanum. Jantung Hanum berpacu dengan cepat, berbagai macam prasangka negatif bermunculan di benaknya.
"Kami telah melakukan pemeriksaan terhadap ibu anda" dokter itu menggantung kalimatnya, kelihatannya beliau tampak takut untuk menyampaikan hasil pemeriksaan.
"Ada apa dokter?" Tanya Hanum.
Seorang perawat masuk kedalam ruangan dan membawakan hasil laporan pemeriksaan.
"Apa sebelumnya Bu Ratna sedang menjalani pengobatan khusus atau mengkonsumsi obat khusus?"
Hanum mencoba mengingat karena selama ini Ratna tidak pernah menjalani pengobatan ataupun mengkonsumsi sebuah obat.
"Nggak pernah dokter, ibu gak pernah menjalani pengobatan atau pun mengkonsumsi obat-obatan dari rumah sakit"
"Ibu kamu punya riwayat penyakit kanker otak"
Hanum sangat terkejut mendengar pernyataan dokter yang duduk dihadapannya itu.
"Nggak mungkin dokter, nggak mungkin..."
"Menurut hasil laporan medis yang telah kami lakukan, saat ini ibu anda terkena kanker otak stadium akhir"
"Nggak mungkin, ibu saya nggak mungkin sakit. Ibu saya selalu sehat dokter, ibu gak pernah ngeluh sakit apapun" Hanum menjadi emosi mendengar pernyataan dokter tersebut.
"Kami sudah melakukan tes dan hasilnya akurat, kamu harus sabar dan tabah. Kita akan lakukan berbagai macam pengobatan supaya ibu kamu bisa sembuh"
Hanum tetap diam, air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sangat sesak.
"Apa?? Pengobatan seperti apa dokter? Saya mau ibu saya sembuh"
"Pada kanker otak stadium 4, sel kanker telah tumbuh secara agresif dan masif. Bahkan, sel kanker telah menyerang jaringan sehat untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan sel agar bisa bertahan hidup. Kanker otak stadium 4 umumnya akan sulit disembuhkan. Meski demikian, penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi keluhan dan memperlambat pertumbuhan sel kanker"
"Ada banyak jalan yang bisa dilakukan, salah satunya operasi dan berbagai rangkaian kemoterapi" sambung dokter itu.
"Apakah setelah menjalani operasi ibu saya bisa sembuh total dokter? Kanker itu nggak akan ada lagi kan?"
"Kita hanya bisa berdoa kepada tuhan, operasi hanya lah salah satu cara penanganan yang tepat setidaknya untuk mengurangi rasa sakitnya. Setelah operasi kamu harus rutin melakukan kemoterapi untuk ibu kamu"
Hanum sangat lemas, ia bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya untuk berjalan keluar ruangan.
Darimana ia mendapatkan uang untuk bisa menyembuhkan ibunya? Biaya operasi bahkan sangat mahal, terlebih lagi penyakit yang diderita ibunya bukanlah penyakit biasa.
"Apa saat ini ibu saya gak bisa mengkonsumsi obat dokter?" Tanya Hanum.
"Bisa, namun obat itu hanya untuk meringankan atau meredakan bengkak di sekitar tumor otak, juga bisa mengurangi sakit kepala dan gejala lainnya yang biasa muncul pada penyakit tumor atau kanker otak"
Dokter itu lalu mencatat obat-obatan yang harus ia tebus di lantai bawah.
Hanum segera membeli obat yang tertera di kertas itu. Setelah membeli obat Hanum kembali mengunjungi ibunya.
Saat Hanum datang, Ratna sudah sadarkan diri. Ia kebingungan mengapa bisa ada diruangan itu.
"Hanum, ini ibu ada dimana??" Tanya Ratna.
"Istirahat dulu kalau masih sakit Bu"
"Hanum, ibu gak sakit. Ibu cuman kecapekan aja kok, kamu kenapa gak berangkat sekolah? Kamu itu buang-buang waktu tau gak sih bawa ibu kesini"
Hanum hanya diam seraya meremas plastik obat di tangan kanannya.
"Kamu itu ya, ada-ada aja... Orang ibu cuman kecapekan aja malah dibawa kerumah sakit segala. Ayo kita pulang Hanum, ibu belum ngurus dagangan dirumah. Udah jam berapa lagi nih"
"Sejak kapan Bu?" Tanya Hanum secara tiba-tiba.
"Apa yang sejak kapan Han?"
"Jujur Bu..."
"Kamu ini kenapa sih?" Tanya Ratna.
"Kanker otak, sejak kapan ibu rahasiain itu?" Tanya Hanum.
Ratna terpaku, ia sudah merasa bahwa kebenaran ini pasti akan segera diketahui.
"Ibu itu gak kenapa-napa Hanum, cuman migrain aja nih. Beli obat di warung juga pasti sembuh"
"Udah stadium akhir Bu..."
Ucap Hanum sambil berjongkok, menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.
Hanum merasa dadanya semakin sesak, dan tak bisa bernafas.
"Ayo kita pulang Hanum" ajak Ratna, ia turun dari ranjang dan menarik lengan Hanum.
"Aku gak becus jagain ibu"
"Ayo kita pulang nak"
"Ibu harus operasi ya... Biar sembuh" ucap Hanum sambil mendongak keatas melihat ibunya yang tengah berdiri.
"Ayo pulang" ajak Ratna.
"Sakit banget ya Bu? Maafin Hanum Bu, Hanum minta maaf. Hanum gak tau..."
"Itu semua udah takdir, kamu gak perlu minta maaf... Ayo kita pulang"
"Ibu harus operasi, aku gak mau kehilangan ibu"
"Ibu gak bakal tinggalin kamu, ibu gak bakal kemana-mana Hanum"
"Operasi ya Bu... Aku bakal cari uang buat biaya operasi ibu"
"Kamu sekolah aja yang bener, gak usah mikirin ibu..."
"Nggak Bu... Ibu gak usah keras kepala, kali ini ibu yang harus dengerin aku. Setelah ini ibu gak usah kerja keras lagi, biar aku aja yang kerja. Ibu istirahat dirumah, aku udah beliin ibu obat, nanti di minum ya Bu..."
Ratna langsung memeluk erat putri semata wayangnya itu.
"Maafin ibu gak bisa kasih kamu kebahagiaan nak, ibu gagal jadi orang tua yang bertanggungjawab buat kamu. Ibu ngerepotin kamu di usia kamu yang masih sangat muda, yang seharusnya bersenang-senang"
"Nggak... Ibu gak gagal, ibu adalah ibu yang terbaik sepanjang masa. Aku akan rawat ibu, aku akan selalu ada buat ibu, ibu gak perlu khawatir mikirin aku lagi. Aku yang akan jaga ibu" ucap Hanum.
Hanum menghapus air mata yang membasahi pipi ibunya.
"Ayo kita pulang, karena ibu harus istirahat"
"Hari ini aku aja yang masak, ibu duduk manis ngarahin aku aja di dapur. Hari ini dan seterusnya ibu harus jadi bos" sambung Hanum.
Ratna mencubit gemas pipi putrinya.
"Semoga kamu cepat bertemu jodoh kamu Hanum, supaya ada yang jagain dan bahagiain kamu kalau ibu udah nggak ada"
"Huss ibu ngomong apa sih? Ibu harus lihat aku nikah dan punya anak"
"Memangnya kamu mau nikah sama siapa? Ada yang Kamu suka? Atau Kamu udah ada pacar?"
"Emmm... Ada deh... Ibu juga kenal kok sama dia"
"Hei? Siapa memangnya?" Tanya Ratna.
"Ibu kepoo yaa..." Ledek Hanum.
"Iyah kan mau tau siapa calon mantu ibu, biar di seleksi pantas gak dia dapatin kamu"
"Lebih tepatnya aku yang beruntung jika berjodoh sama dia Bu"
"Yasudah ibu doakan semoga laki-laki itu kelak menjadi bagian dari hidup kamu, selalu sayang sama kamu, yang selalu mendampingi kamu dalam suka maupun duka, selalu senantiasa membahagiakan kamu, dan bertanggungjawab dalam hal apapun"
"Aku butuh bantuan 40 orang Bu buat Aminin doa ibu"
"Yaudah di Aminin aja sampai 40 kali, terus di sholawatin"
Hanum tertawa mendengar perkataan ibunya. Namun siapa sangka jika didalam hatinya Hanum mengucapkan aamiin sampai 40 kali dan melantunkan sholawat penuh harapan agar doa ibu nya terkabul.
***
Lanjut lee
gue bolak balik check mana cuman 1 bab lagi Thor 😭😭 tegaaaaaa banget...
Btw gue suka banget kak, sama pemeran pendukung nya, dimas sama Arumi semoga jadian yaaa 🤣🤣🤣🤣