Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.
Ketua apanya coba, tengil gitu.
"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
"Sya, tunggu!" Teriak Ghea mengejar Syanza.
Syanza menghentikan langkahnya, kemudian berbalik sembari mengusap dahinya yang sakit.
Ghea membungkuk, tangannya menahan di kedua lututnya. Napasnya megap-megap. Padahal Syanza berjalan cepat saja, tapi membuatnya berlari sampai pengap begini.
"Napa?" tanya Syanza sedikit kesal. Bukan pada Ghea melainkan karena Pangeranlah yang membuat rasa malu dan mood-nya berantakan.
Ghea menegapkan tubuhnya. "Huh. Astaga!" Ghea menyingkirkan tangan Syanza yang sebagian menutupi dahinya. "Merah banget. Ayo ke uks dulu, Sya." Ajak Ghea.
Syanza menggeleng. "Gak mau, biarin aja nanti juga reda. Gue males nyium obat," tolak Syanza. Gadis ini tidak terlalu menyukai bahan yang berbau obat-obatan. Bahkan obat herbal pun ia sering mual jika tidak sengaja terhirupnya.
Ghea berdecak dan memukul pantat Syanza kesal.
Plak
"Apaan sih, cabul banget lo," sergah Syanza melotot.
Ghea merotasikan bola matanya. Bagaimana dirinya tidak kesal, jika temannya ini keras kepala dan bukannya mau cepat sembuh malah dibiarkan.
"Ya lo sih. Itu merah banget, gila. Udah ah ayo ke uks," cetus Ghea menarik kencang tubuh Syanza untuk mengikutinya.
Syanza memberontak dan berusaha melepaskan tangan Ghea yang mencekalnya. "Gak mau, Ghea. Jangan paksa gue," tolak Syanza memutar mutar tangannya supaya terlepas.
Dengan sekali hentakan, kekuatannya yang entah datang dari mana. Mungkin penyebab marah, Syanza mendapatkan kekuatan spiritual mendadak.
"WOYY LO MAU KE MANA!!" teriak Ghea menatap tajam temannya yang berlari sembari menjulurkan lidah padanya.
Sang empu hanya tertawa sembari melihat ke belakang. Sampai-sampai di depan ada turunan tangga yang tidak sempat ia lihat.
"AWASS!!"
BRUKK
"SYANZAA!!"
Pangeran dkk yang tengah asik melanjutkan bermain basket pun lantas menoleh ke sumber suara yang begitu menggema.
"Apaan tuh?" penasaran Arjuna.
"Suara si Ghea gak sih?" tebak Cakra berkacak pinggang.
"Tapi manggil nama cewe lo, bos," timpal Jarrel.
Tanpa menanggapi ujaran temannya lantas Pangeran berlari untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Zergan menepuk pundak Arjuna untuk ikut menyusul. Disusul oleh Jarrel dan Cakra yang tak kalah penasaran.
"Sya, astaga...?!" Ghea mengangkat kepala Syanza untuk menumpunya di atas pahanya.
"Ghea..." lirih Syanza. Tubuhnya serasa remuk, dahi yang masih memerah pun tampak semakin jelas. Hidungnya mengeluarkan darah kental segar.
Ghea membantu Syanza untuk tidak terlalu pada posisi tidur. Karena darah itu harus di keluarkan.
DRAP
DRAP
TAK
Hentakan kaki yang berlari berhenti di depan mereka berdua. Siswa siswi yang melihat pun tampak meringis melihat keadaan Syanza.
Pangeran membulatkan matanya melihat sang kekasih yang lemah tak berdaya.
"Syaa..?" Pangeran tampak gelagapan. Bingung dan juga kenapa Syanza bisa seperti ini.
"What the--anying lo kenapa, Sya?!" panik Arjuna hendak mengambil alih gadis itu dari rengkuhan Ghea. Namun, Pangeran menyadarinya dan menghempaskan Arjuna ke belakang.
"Sialan," umpat Arjuna. "Niat nolong juga," dengusnya mendapat tepukan dari Cakra.
"Mikirlah anjing. Dia cowoknya," sergah Cakra dilanjut dengan menoyor pelan kepala Arjuna.
Pangeran membawa Syanza pada pelukannya, menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah ayu gadis itu.
"Altar..." Syanza memanggil Pangeran dengan suara yang payau.
Darah itu menempel pada pakaian olahraga Pangeran dan membuat Syanza merasa bersalah. Tangannya menyentuh baju itu. "Baju lo," ucap Syanza.
Pangeran menggeleng. "Gak papa masih bisa di beli. Kita ke rumah sakit, ya?" tanpa aba-aba, Pangeran mengangkat tubuh mungil itu.
"Gue minta tolong, bawain mobil gue," ujar Pangeran meminta salah satu dari anggotanya.
"Gue aja," sahut Arjuna.
"Ambil kunci di tas gue," perintah Pangeran di angguki lelaki itu.
Arjuna berlari ke kelas untuk mengambil kunci mobil Pangeran, dan bergegas membawa mobil itu untuk mengantarkan Syanza.
"Kita ikut, bos."
Pangeran melirik Jarrel. "Gak usah. Belajar yang bener, otak lo masih pada tumpul."
What the hell?!! Pikir mereka. Di saat situasi seperti ini, Pangeran masih bisa berseloroh.
"Sakit," ucap Syanza memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"Iya sayang, sebentar. Maaf, ya," ucap Pangeran lembut dan semakin mengeratkan gendongannya, kemudian mulai berjalan cepat menuju gerbang sekolah dan menunggu Arjuna menghampirinya.
Ghea yang selalu kebingungan jika berhadapan para lelaki itu pun tidak mengeluarkan sepatah kata. Dirinya memilih memerhatikan saja. Sampai terdengar suara dari salah satu mereka.
"Ganti baju lo. Ada darahnya."
Ghea menoleh.
Deg
Tatapan Zergan langsung menusuk pada maniknya. Dengan ragu, Ghea mengangguk dan beranjak dari sana dengan perasaan anehnya.
Cakra menatap Jarrel yang juga tengah menatapnya. Kemudian tawa muncul di wajah mereka.
"Aduhh, perhatiannya abang Zergan inihh," ledek Cakra.
"Ganti baju, gantiin dong bang," timpal Jarrel.
Kedua lelaki itu langsung ngibrit lari, karena amukan Zergan mulai terlihat hilalnya.
"Shit."