Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Arya pun mulai menelpon pihak kepala sekolah, dan memberi tahu atas kejadian yang saat ini menimpa anaknya, bahkan Arya sudah berbicara banyak mulai A sampai Z setelah itu dirinya terdiam ketika pihak sekolah memberi tahu jika dia juga mendapatkan laporan yang sama dari wali muridnya.
"Begini saja Pak Arya biar lebih jelas lagi besok Bapak datang ke sekolah, biar kita sama-sama tahu kronologinya seperti apa," ucap kapsek tersebut masih di dalam panggilan teleponnya.
"Baiklah besok saya akan datang, ke sekolah, pokoknya saya tidak terima muka anak saya sampai hancur begitu, akibat ulah kakak kelasnya!" decak Arya yang masih saja tidak mau mengerti meskipun pihak sekolah sudah memberi penjelasan.
"Baiklah kalau begitu kita jelaskan saja besok di sekolah," ucap kapsek tersebut lalu mulai memutuskan panggilannya.
Saat ini Arya, begitu iba melihat putrinya menahan kesakitan akibat bekas luka cakaran yang memang agak sedikit dalam, meskipun Arya sudah memanggil dokter pribadi tetap saja putrinya itu meringis merasakan perih yang ada di wajahnya.
"Tenang ya Nak, besok Papa akan cari keadilan untukmu," ucap Arya sambil mengelus pipi anaknya.
******
Sedangkan Afifah sedari tadi anak itu merasa ketakutan, karena memang cekik kan tangan Aluna benar-benar kuat sehingga membuat anak itu trauma.
"Ya Allah andai saja tadi aku tidak melawan pasti aku sudah mati di tangan Aluna," gumam Afifah sambil bergidik ngeri.
Saat ini Afifah sedang kebingungan remaja itu merasa ketakutan sendiri bahkan dirinya sampai memanggil ibunya untuk menemaninya tidur.
"Tok ... Tok ... Tok ...," pintu kamar di ketuk segera wanita cantik yang ada di dalam kamarnya itu membuka.
"Sayang, kenapa?" tanya Amira.
"Bu, temani Afif tidur Afif takut bayangan itu terus saja terngiang di pikiran Afif," adu gadis remajanya itu.
"Ya Allah Nak, kau sampai ketakutan seperti ini, pokoknya besok, ibu harus datang ke sekolah, dan kamu harus berani mengungkap kejahatan yang di lakukan teman kamu itu ya," pinta Amira, agar anaknya tetap berani mengatakan sesuatu yang sejujurnya.
"Iya Bu, temani Afif ya," pinta anak itu dengan wajah teduhnya.
"Sayang, ibu akan selalu ada di sampingmu, baiklah, kalau begitu kau tidur di kamar ibu saja ya, apa mau kelonan sama ibu," ucap Amira sambil membelai rambut putri satu-satunya itu.
Sejenak Afifah mulai berpikir andai saja dia memiliki seorang ayah, pasti di saat seperti ini dia bisa berbagi kisah bukan hanya sama ibunya saja dia berbagi kisah, kadang anak itu merasa tidak tega jika harus membebankan semuanya terhadap ibunya.
"Bu, andai saja ayah Afif masih hidup, pasti ibu akan bertukar pikiran tidak memikirkan masalah Afif sendirian," ucap anaknya itu yang benar-benar menyentuh hatinya.
"Sayang, sudah jangan berpikir yang tidak-tidak, malahan ibu itu bersyukur kalau kamu mau melibatkan masalahmu kepada ibu, kamu tahu gak kamu itu harta satu-satunya yang ibu miliki, kamu adalah amanah dari Tuhan yang harus ibu jaga fisik mental dan kewarasanmu Nak, jadi jika ada sesuatu yang menurutmu kurang nyaman bicara saja sama ibu, Insya Allah ibu akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu," terang Amira sambil mengelus rambut anaknya.
Entah berapa menit mereka berbincang hingga pada akhirnya gadis remajanya itu tertidur pulas.
"Selamat bobok Sayang, semoga besok kita bisa menghadapi masalah ini dengan baik," ucap Amira sambil mencium kening anaknya.
*******
Pagi sudah menyapa, Amira dan juga Afif sudah mulai duduk di meja makan untuk sarapan pagi bersama.
"Ibu, nanti datang ke sekolah gak?" tanya Afif setelah selesai sarapan.
"Insya Allah Nak, ibu pasti datang," sahut Amira.
"Temani aku ya Buk, karena sejatinya di dunia ini Afif hanya punya ibu saja, bahkan mereka dengan gampangnya mengatakan Afif cupu hanya gara-gara Afif gak begitu suka bergaul," terang remaja itu.
"Gak apa-apa deh di katain cupu, yang penting kamu bukan penakut," ucap Amira.
Afif hanya tertawa mendengar ucapan dari ibunya itu," Sebenarnya Afif itu gak marah kok di katain cupu hanya saja Afif memberi peringatan agar mereka tidak menginjak-injak harga diri Afif," terang Afif pada ibunya.
"Nah, yang ibu maksud seperti itu, terkadang orang-orang itu di diemin tidak mau mengerti juga giliran kita kasih pelajaran sedikit malah playing victim," imbuh Amira.
Setelah berbincang-bincang cukup lama akhirnya Afif mulai menaiki kuda besinya itu, tidak tahu kenapa setiap kali habis bercerita dengan ibunya Afif merasa lega, mungkin julukan anak Mama itu berhak di sandangnya nyatanya sampai sekarang Afif tidak memiliki sahabat ataupun teman terdekat, anak itu sudah terlalu nyaman dengan ibunya.
Motor Afif sudah memasuki res area sekolah, Afif pun mulai memarkirkan motornya setelah itu dirinya langsung masuk ke kelas, tidak tahu kenapa tiba-tiba saja dia di panggil di ruang kapsek untuk di interogasi kejadian kemarin.
"Fif, di panggil Pak Kapsek tuh katanya kamu di suruh keruanganbya sekarang juga," ucap seorang teman.
"Ah Pak Kapsek memanggilku, apa aku harus hubungi ibu juga ya," monolog Afif sendiri.
Setelah Afif menghubungi ibunya ternyata kata ibunya pihak sekolah sudah memberi tahu dan sekarang ini Amira sudah berada di perjalanan menuju sekolah.
Afif mulai berjalan dan langkahnya terhenti ketika sudah sampai di depan pintu sekolah, lalu Afif mencoba untuk mengucap salam hingga bapak kepala sekolah mengijinkan dia untuk masuk.
Ketika Afif mulai memasuki ruang Kapsek, dibsitu Afif diperlihatkan dengan pemandangan yang begitu indah yang sampai sekarang pun dia menginginkan ada di posisi tersebut yaitu posisi seorang anak perempuan yang sedang di dampingi oleh ayahnya.
'Masya Allah indah sekali pemandangan ini,' batin Afif diluar dari perseteruannya dengan Aluna pada dasarnya Afif begitu bangga dengan ayah Aluna.
"Permisi Pak," ucap Afif.
"Ayo silahkan duduk," ucap kapsek tersebut.
"Bapak kepala sekolah ini anak yang sudah membuat wajah putri ku luka seperti ini?" tanya Arya dengan nada yang menggebu-gebu sedangkan Afif hanya tertunduk anak itu begitu takut mendengar nada tinggi dari pria dewasa di sampingnya itu.
Malam .... Semoga suka ya.
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng