Hendry, pria dewasa berusia 32 tahun itu mulai merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya bersama sang istri yang sudah berjalan 5 tahun.
Di karuniai seorang putri cantik di usia pernikahan ke 4, tak membuat rumah tangganya dengan Julia lebih berwarna. Yang ada, Hendry di buat frustasi karna sang istri hanya fokus mengembalikan bentuk tubuhnya pasca melahirkan putri mereka 1 tahun yang lalu.
Julia seolah lupa jika dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai istri.
Wanita berusia 28 tahun itu juga mengabaikan putri kecil mereka. Alih-alih mengurus anak, Julia justru lebih senang menghabiskan waktu di salon dan tempat gym.
Tingkah Julia benar-benar membuat Hendry sangat muak. Kalau bukan karna cinta dan anak, mana mungkin dia masih bertahan dengan istri hanya mementingkan diri sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Hendry tergoda dengan gadis yang mengasuh anaknya sejak 5 bulan terakhir. Gadis yang tak lain adalah adik tiri Julia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Kamu belum mengirimkan CV padaku sampai sekarang, apa kamu lupa.?" Hendry membuka obrolan selesai menghabiskan sarapannya.
Bella tiba-tiba berhenti mengunyah makanan di mulutnya. Beberapa detik kemudian Bella langsung menelan makanannya tanpa mengunyahnya lagi. Dia mengambil gelas berisi air putih untuk diminum. Tenggorokannya perlu dibasahi sebelum menjawab pertanyaan Hendry.
Bella sempat tersenyum tipis pada Kakak iparnya yang tampan itu.
"Sebenarnya aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Ale sebelum tinggal di luar negeri. Jadi aku sengaja tidak mengirim CV. Aku mau menjaga Ale saja." Bella menjawab tanpa keraguan dan beban. Bella memang di paksa mengasuh Ale di bawah tekanan dan surat perjanjian, tapi bukan berarti Bella tidak suka mengasuh Ale.
Perasaannya pada Ale sangat tulus. Perlakuan kasar Julia pada Bella, tidak membuat Bella menaruh kebencian pada Ale. Bagaimana pun Ale tetap keponakannya. Bayi menggemaskan itu tidak bisa menanggung kebencian dari orang lain atas sikap buruk orang tuanya. Ale tidak tau apapun, dia masih suci. Cukup orang tua Ale saja yang dibenci Bella. Bahkan Bella sudah yakin untuk balas dendam pada Julia.
Hendry tersenyum kecut dalam hati ketika mendengar jawaban Bella. Wanita yang tidak mengandung dan melahirkan Ale saja, bisa sangat menyayangi Ale dan tulus mengasuhnya.
Sedangkan Julia.? Hendry sampai kehabisan kata-kata mendefinisikan sosok Ibu seperti Julia.
Hendry terdiam cukup lama, dia memindai wajah Bella dan menemukan hanya ada kebaikan dan ketulusan di sana. Tanpa Hendry sadari, kekagumannya pada Bella semakin bertambah. Bella bukan cantik dari segi fisik, tapi cantik luar dalam. Hatinya sangat bersih dan penuh ketulusan pada semua orang.
"Mas.?" Bella menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Hendry. Dia hampir dibuat salah tingkah dengan tatapan mata Kakak iparnya. Tatapannya sangat dalam dan tidak kedip sama sekali.
Hendry tersadar dari lamunan, dia tersenyum kikuk dan langsung mengendalikan diri untuk bersikap santai seperti sebelumnya.
"Terserah kamu saja. Tapi kalau nanti Mama menanyakan soal ini, kamu harus menjelaskannya sendiri." Jelas Hendry.
Dia tidak mau memaksa Bella agar mau bekerja sementara di perusahaannya. Hendry juga takut membuat Bella tidak nyaman jika memaksanya.
Bella mengangguk cepat.
"Hum,, aku yang akan bicara dengan Mama kalau datang ke rumah lagi." Jawabnya.
...******...
Hari yang di tunggu-tunggu Julia akhirnya tiba. Dibantu dua asisten rumah tangannya, baju-baju dan barang-barang lainnya milik Julia sudah masuk kedalam koper sejak pagi tadi. Julia membawa 2 koper untuk liburan di Paris selama 10 hari. Koper yang tidak di isi full, karna Julia sudah berencana memborong barang-barang branded di sana untuk mengisi kopernya agar penuh saat kembali ke Indonesia.
Sore itu setelah mandi, Julia tergesa-gesa keluar dari kamarnya menuju kamar Bella.
Tokk,, tokk,, tokk,,
Julia menggedor pintu kamar Bella cukup kencang.
"Bella.!! Buka pintunya.!!" Teriaknya. Dari dulu sampai sekarang, Julia selalu bicara tinggi seperti ini pada Bella. Padahal mengalir darah yang sama di tubuhnya dan tubuh Bella, tapi Julia mengubahnya seperti air dan minyak. Air dan minyak tidak akan menyatu meski dicampurkan.
Di dalam kamar, Bella juga baru selesai mandi. Dia tergesa-gesa memakai bajunya dan langsung berlari ke arah pintu untuk membukanya. Tanpa sempat mengeringkan dan menyisir rambut, Bella mencari aman agar tidak semakin parah di caci maki oleh Julia setelah membuka pintu.
Julia sudah melotot tajam saat Bella keluar dari kamar. Bella tidak pernah mencari masalah dengannya, tapi kebencian Julia pada Bella malah semakin bertambah setiap harinya.
Bella tidak bisa berbuat apa-apa selain patuh pada Julia.
"Ada apa Kak.?"
Julia berdecih sinis.
"Nanti malam aku berangkat ke Paris. Kamu urus Ale dengan benar selama aku pergi.!" Tegasnya.
"Sekalian siapkan baju kerja suamiku setiap hari." Julia memerintah Bella mengurus keperluan suaminya tanpa ragu.
Entah Julia terlalu naif atau dia pikir Bella tidak akan berani macam-macam dengannya walaupun hanya sekedar menarik perhatian suaminya. Julia tidak khawatir sama sekali, bahkan tidak berfikir panjang saat memberikan tugas itu pada Bella.
Tanpa Julia sadari, dia telah memberikan celah yang dangat lebar pada Bella untuk melancarkan tujuannya. Bella tersenyum puas dalam hati. Sepertinya takdir sedang berpihak padanya kali ini.
"Aku akan mengurus Ale dengan baik dan menyiapkan keperluan Mas Hendry, Kak Julia tidak perlu khawatir." Kata Bella.
"Cih.! Itu memang sudah tugasmu.!" Ketus Julia dan beranjak begitu saja dari hadapan Bella.
Bella melihat kepergian Julia dengan tatapan dan senyum penuh arti.
"Kakakku tersayang, aku akan mengurus suamimu dengan baik." Lirih Bella kemudian terkekeh kecil.
"Bukankah aku adik yang baik.?" Tanyanya seolah Julia masih ada di sana.
Bella pergi mencari Ale setelah menutup pintu, dia harus menjaga keponakannya itu setelah tadi menitipkannya pada asisten rumah tangga.
Ale sudah sangat dekat dengan Bella, kedekatan mereka melebihi kedekatan Ale dengan Julia yang merupakan Ibu kandungnya. Bella sebenarnya memiliki peluang besar jika ingin merebut keluarga kecil Julia sejak lama. Bella terlalu baik hingga membiarkan Julia bahagia dengan keluarga kecilnya sampai detik ini. Padahal sudah sejak lama Bella memendam sakit hatinya pada Julia atas sikapnya selama ini.
...******...
Hendry menemani Julia ke bandara tanpa mengajak Ale, karna putri mereka sudah tidur.
Di antar oleh supir pribadi, Hendry dan Julia duduk di kursi belakang. Wanita yang selalu ingin tampil cantik dan sempurna itu sedang memeluk lengan Hendry sambil meletakkan kepalanya dipundak Hendry.
Bersikap manja seolah-olah tidak ingin berjauhan dengan suaminya, padahal Julia sendiri yang memaksa ingin berlibur dengan teman-temannya.
Tidak peduli suaminya rela mengijinkan atau hanya terpaksa memberikan ijin. Julia lebih peduli dengan kebahagiaannya sendiri.
"Sampai kapan kamu akan mengejar kebahagiaan di luar.?" Tanya Hendry dingin. Dia sejak tadi diam saja saat Julia bergelayut manja di lengannya. Bahkan tidak menanggapi celotehan Julia yang mengaku akan rindu padanya dan juga Ale.
Julia melepaskan tangan Hendry dari dekapannya, dia juga menegakkan badan setelah mendengar suara dingin suaminya. Baru kali ini Hendry protes dengan apa yang dia lakukan setelah bertahun-tahun Hendry memberinya kebebasan.
"Sayang,," Bujuk Julia saat melihat kilatan amarah di mata Hendry.
"Apa kamu tidak bisa bahagia hanya dengan aku dan Ale.?" Cecar Hendry. Nada bicaranya semakin dingin dengan tatapan tajam.
"Aku pikir kamu bisa mengurangi kebiasaanmu setelah aku memberikan kebebasan selama bertahun-tahun. Apa itu masih belum cukup.?!" Hendry semakin kesulitan menahan diri sampai tidak sadar sedikit membentak.
"Kamu tidak setuju aku ke Paris.? Tapi kamu memberikan ijin malam itu." Ujar Julia mencari pembelaan.
Hendry menghela nafas kasar, Julia benar-benar tidak peka padanya sama sekali. Jelas-jelas malam itu Hendry merasa keberatan.
"Terserah kamu saja.!" Sahut Hendry malas. Dia memilih mengambil ponsel dan menyibukkan diri. Karna sia-sia saja bicara dengan Julia.
padahal dia jahat, udah ngebunuh emaknya bella juga...
situ sehat julia 🙄