NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 22: Perwakilan Dari Provinsi

"Masalah ada bukan untuk membuatmu lari. Tapi untuk mendewasakanmu."

\#\#\#

BULIR air jatuh membasahi tubuh Kania.

Setiap tetesnya, Kania berpikir tentang semua masalah yang terus berdatangan di hidupnya. Kamar mandi hotel memang jadi tempat yang baik untuk membersihkan diri, namun sepertinya tidak untuk menangis.

Kania hanya takut isakkannya terdengar dan membuat orang lain jadi khawatir akannya. Kania pun menghela nafasnya berat.

Ia memikirkan semuanya. Ia memikirkan ibunya, Sabiru, Syera, bahkan ia memikirkan Liam. Kania tidak paham, kenapa setiap bulir air hanya membuat hatinya kian hampa. Kania kian tenggelam dalam sepi.

Gadis itu pun mematikan shower. Ia mengambil bathrobe dan membungkus tubuhnya lalu keluar dari kamar mandi.

"Eh, Kania udah selesai!" Levia tersenyum lebar. "Liat ini deh!"

Kania membuka kecil mulutnya, ia takjub dengan jas biru gelap yang dikenakan oleh dua teman sekamarnya itu.

"Boros banget dah, anggaran olim kali ini. Udah karantina sampe sebulan, pake dibuatin jas segala, lagi." celoteh Renatta sembari mengancingkan jasnya dihadapan kaca.

"Hus! Jangan gitu dong," bibir Levia maju beberapa senti. "Kalo gini kan, lebih keliatan kalo kita mewakili provinsi."

"Keren, kok." sahut Kania melihat kedua temannya yang nampak cocok itu.

Levia kembali tersenyum lebar. "Kania, coba pake punya Kania, dong! Kita coba bareng-bareng!" ajak gadis itu.

"Eh?" Kania terdiam sejenak. "Aku belum dapet."

Sontak Renatta menoleh. Senyuman di bibir Levia pun pudar seketika. Dan hanya dalam hitungan detik, Renatta langsung mendekati Kania dan menepuk pundak gadis itu.

"Kamu yakin? Udah kamu cek?" tanyanya bak seorang ibu yang khawatir. "Gimana kalo kita tanya dulu ke panitia? Siapa tau jas kamu belum diambil,"

Kania mengangguk setuju.

Levia dan Renatta pun melepas sejenak jasnya. Sedangkan Kania segera memakai baju yang pantas untuk keluar. Tak sampai 5 menit, ketiga gadis itu segera meninggalkan kamarnya.

Dibalik batin kebingungan Kania, ada Renatta yang terus memanjatkan doa dalam hatinya. Ia tidak bisa berbohong, gadis itu benar-benar panik.

Ini macam deja vu yang paling Renatta benci. Semoga saja tidak terulang lagi.

Renatta terus berdoa.

---- Olimpiaders ----

"Ternyata gue ganteng ya, pake jas."

Liam reflek menyipitkan matanya dan menoleh kepada Evan yang sedang mengancingkan jasnya di hadpaan kaca. "Lebih ganteng lagi kalo lo udah mandi, Evan."

Sontak, Galen pun bangkit dari posisi terlentangnya. Heboh, Evan dan Tanjirou pun menoleh pada kakak tingkat mereka.

"Baru inget, gue belom mandi." Galen segera menyiapkan bathrobe-nya dan bergegas masuk ke kamar mandi.

Liam menghela nafasnya panjang, lalu menepuk jidatnya. Ah, dibalik wajah dingin dan sikap acuhnya, Galen diam-diam punya kelakuan yang tidak pernah sehat. Dan tentu, tak banyak orang yang tahu.

Kamar yang dihuni oleh 3 pemuda itu pun tiba-tiba saja hening. Evan nampak sibuk dengan dunianya sendiri. Sedangkan Liam sadar, Evan tak sungguhan sibuk. Liam sadar ada jarak yang sedang membentang antara keduanya.

"Evan-"

"Liam-"

Kedua pemuda itu terdiam sejenak. Liam pun menghela nafasnya panjang. "Lo duluan."

Kini giliran Evan yang menghela nafasnya. Pemuda itu menyisir rambutnya di hadapan kaca. "Lo tau gue suka sama Kania, kan?"

"Hah???"

Evan mengendus tegas. "Kalo lo mau ngambil dia, silahkan. Gue ikhlas, apa pun untuk teman. Tapi jangan lo gantungin dia. Kalo mau, ya buruan ambil. Kalo enggak, ya biar buat gue." Evan memberi jarak pada ucapannya. "Lo tau, gue nggak mau buang-buang waktu."

Liam tak langsung menyahut. Ia hanya menghela nafasnya pelan.

Hampir semua orang selalu bilang, untuk segera meresmikan hubungan. Tapi mereka sendiri terkadang lupa, mereka sedang berada di masa karantina dan olimpiade hanya tinggal menghitung hari.

Liam memang sering mengikuti olimpiade begini. Namun kalau harus dibarengi dengan urusan hati, sulit. Pemuda itu tidak akan bisa fokus.

Sudahlah, Liam tidak ingin mendengarkan orang lain lagi. Toh mereka hanya mendengar cerita, tanpa merasakan kekacauannya.

Atau, justru sekalian saja meresmikan hubungan? Biar mereka diam. Biar hati Liam jadi tenang juga. Namun pemuda itu tidak yakin ia bisa fokus dengan semua ini.

"Sabodo teuing," Liam segera bangkit. Pemuda itu beranjak ke kamar Kania.

---- Olimpiaders ----

"Kania Abygail bidang fisika, kan?"

Kania mengangguk cepat. "Iya, Pak."

"Kamu yakin? Disini udah dikasih tanda checklist, lho." pria asing yang menjadi salah satu panitia itu membalikkan sebuah daftar, dimana nama Kania Abygail dan anak-anak tim fisika lainnya juga telah diberi tanda. "Coba tanya temenmu."

"Iya, Pak." Kania mengendus lemah. "Makasih."

Kania segera membalikkan tubuhnya. Gadis itu melangkah mendekati dua temannya yang ada beberapa langkah dibelakangnya.

"Gimana?" tanya Renatta.

Namun Kania hanya menggeleng lemah dengan kepala tertunduk. Pupus sudah harapannya. "Nggak ada, Kak. Katanya udah diambil."

"Sama siapa?" tanya Levia dan Renatta bersamaan.

Kania hanya kembali menggeleng pelan.

Renatta pun mendesah putus asa. "Kita cari dulu di kamar, gimana? Siapa tau keselip atau kamu lupa,"

Kania mengangguk. Ketiga gadis itu pun kembali ke kamar mereka. Dan setibanya disana, hal pertama yang Kania lakukan adalah mengecek laci meja belajar.

Namun masalah baru datang. Ia menyadari silabulusnya tidak ada di tempat. Kania pun mengecek rak buku, baik buku tugas, catatan, rangkuman, hingga kumpulan soal pun lenyap begitu saja!

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!