Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 26 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
Setelah RiRi selesai bercerita, suasana sedikit lebih rileks. Mereka sudah memesan bakso dan sedang menunggu pesanan mereka datang. RiRi masih sedikit gemetar karena kejadian mengebut tadi. Ia menggeplak kepala Iskandar dengan lembut.
RiRi "Kak, kenapa ngebut sih?"
Iskandar tertawa lepas. Ia menunjukkan gaya yang iseng dan lucu.
Iskandar "Aku suka melihat wajahmu yang tegang ketakutan."
Iskandar menunjukkan sifatnya yang iseng dan lucu. Ia menikmati reaksi RiRi yang lucu. RiRi merasa sedikit jengkel namun juga tersenyum karena keusilan Iskandar.
RiRi memukul pundak Iskandar dengan lembut, meskipun pipinya merah karena kesal dan juga sedikit tersenyum. Ia mengerutkan hidungnya dengan manja. Iskandar hanya tertawa dan menarik kursi agar lebih dekat dengan RiRi.
RiRi "Ih, jahat! Lain kali jangan ngebut-ngebut lagi, ya! Aku takut!"
Iskandar "Iya, iya… maaf… Tapi kamu lucu waktu takut itu."
Mereka tertawa bersama. Suasana menjadi lebih rileks dan hangat. Bakso mereka pun datang. Mereka makan bersama sambil berbicara tentang hal-hal lain selain masalah di sekolah.
Iskandar bercerita tentang aktivitasnya sehari-hari, sementara RiRi bercerita tentang hobinya. Mereka tertawa dan berbagi cerita dengan hangat. Di ujung percakapan, Iskandar mengajukan sesuatu yang membuat RiRi tersipu.
Hubungan RiRi dan Iskandar semakin dekat dan hangat. Mereka saling menunjukkan perhatian dan kepedulian.
Iskandar menunjukkan sifatnya yang baik dan peduli kepada RiRi.
Setelah menghabiskan bakso, mereka berjalan-jalan sebentar di sekitar tempat makan. Suasana sore hari yang sejuk menambah kehangatan di antara mereka. Tiba-tiba, Iskandar berbicara dengan nada iseng.
Iskandar "Kau itu… seperti tomat."
RiRi merona merah sewaktu mendengar perkataan Iskandar. Ia memukul lemah lengan Iskandar sambil cemberut.
RiRi "Ih… dasar buaya! Menggoda saja!"
Iskandar tertawa lepas. Ia mencubit pipi RiRi dengan lembut.
Iskandar "Aku suka menggoda kamu, tau!"
Iskandar menunjukkan perasaan sukanya kepada RiRi dengan cara yang manis dan iseng. RiRi merasa malu namun juga senang dengan perhatian Iskandar.
Iskandar mengantarkan RiRi pulang dengan motornya. Sepanjang perjalanan, Iskandar terus bercerita tentang hal-hal konyol dan lucu. Ia bercerita tentang mimpi anehnya semalam, tentang kejadian lucu yang dialaminya di sekolah, dan tentang berbagai hal sepele lainnya.
RiRi tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita-cerita Iskandar. Suasana di jalan menjadi sangat ceria dan hangat. RiRi merasa sangat nyaman dan bahagia bersama Iskandar.
Iskandar menunjukkan sifatnya yang lucu dan menyenangkan. Ia membuat RiRi merasa bahagia dan nyaman. RiRi dan Iskandar menunjukkan kedekatan dan keakraban mereka.
Sesampainya di depan rumah RiRi, Iskandar menghentikan motornya. RiRi masih tersenyum karena cerita-cerita lucu Iskandar sepanjang perjalanan. Suasana hening sejenak sebelum RiRi turun dari motor.
RiRi "Makasih, Kak… Seru banget hari ini."
Iskandar "Sama-sama… Senang banget bisa ngobrol sama kamu. Besok… kita ketemu lagi, ya?"
RiRi Merona "Iya… Besok… aku tunggu."
Iskandar tersenyum lebar. Ia menatap RiRi dengan tatapan yang penuh arti. RiRi pun membalas tatapan Iskandar dengan senyum yang malu-malu. Setelah RiRi turun dari motor, Iskandar menunggu sampai RiRi masuk ke dalam rumahnya dengan aman. Baru kemudian Iskandar meninggalkan tempat itu.
RiRi dan Iskandar menunjukkan perasaan suka sama suka mereka. Mereka menantikan pertemuan mereka selanjutnya. Iskandar menunjukkan sifatnya yang gentleman dan peduli kepada RiRi.
...✧༺♥༻✧...
Sesampainya di rumah, Iskandar langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kelelahan setelah beraktivitas sepanjang hari membuatnya langsung tertidur.
Namun, tiba-tiba ia terbangun karena mendengar percakapan orang tuanya dari ruang tamu. Ia mendengar kata-kata "Taiwan," "kuliah," dan "besok." Iskandar merasa ada yang tidak beres.
Ia mencoba mendengarkan percakapan orang tuanya dengan seksama.
Ternyata, orang tuanya sedang membicarakan tentang rencana untuk mengirim Iskandar ke Taiwan untuk melanjutkan kuliahnya. Iskandar terkejut. Ia belum tahu apa-apa tentang rencana ini.
Ia merasa sedih dan khawatir. Bagaimana dengan RiRi? Bagaimana dengan hubungannya dengan RiRi? Apakah ia harus meninggalkan RiRi? Pikirannya bercampur aduk. Ia merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.
Iskandar mendapatkan kejutan yang tidak terduga. Ia harus menghadapi dilema yang sulit. Iskandar khawatir terhadap hubungannya dengan RiRi.
Suara Ibu Iskandar dari ruang tamu, suaranya lembut namun tegas.
"Besok kita bicarakan soal kuliah Iskandar ya, Pak."
Suara Ayah Iskandar, suaranya juga lembut namun terdengar sedikit berat.
"Baiklah, Nduk. Aku sudah bicara dengan Pak Dharma. Beliau menawarkan beasiswa di Universitas X Taiwan."
Iskandar bergumam dari dalam kamarnya, suaranya sedikit gemetar.
"Taiwan…? Beasiswa…?"
Suara Ibu Iskandar kembali, suaranya penuh kasih sayang.
"Ini kesempatan yang baik, Nak. Universitas yang prestisius. Kamu pasti bisa berprestasi di sana."
Suara Ayah Iskandar menambahkan, suaranya tegas.
"Besok kita bahas semuanya. Kamu harus siap-siap."
Iskandar terduduk di pinggir tempat tidurnya. Ia memegang ponselnya erat. Ia ingin menghubungi RiRi, namun ia bingung harus berkata apa. Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia mungkin harus pergi ke Taiwan? Bagaimana ia bisa meninggalkan RiRi?
Iskandar berada dalam dilema yang berat. Ia harus memilih antara kesempatan pendidikan yang baik dan hubungannya dengan RiRi.
Dengan tangan gemetar, Iskandar membuka aplikasi pesan di ponselnya. Ia mencari kontak RiRi dan mengetik pesan singkat. Jantungnya berdebar kencang.
Ia merasa sulit untuk mengungkapkan perasaannya. Setelah beberapa kali menghapus dan mengetik ulang, akhirnya ia mengirimkan pesan ini:
"Ri, besok Sabtu pagi jam 7 di Taman Kota, ya? Ada yang penting mau kubicarakan."
Ia menunggu balasan dari RiRi dengan deg-degan. Setelah beberapa menit, ponselnya bergetar. Itu balasan dari RiRi:
"Oke, Kak. Aku tunggu."
Iskandar menghela napas lega. Ia berharap RiRi bisa memahami situasinya. Ia berharap bisa mengatasi dilema yang sedang ia hadapi.
Ia berharap bisa menemukan jalan keluar dari masalah ini, tetapi ia juga takut akan reaksi RiRi. Pikirannya masih penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran.
Iskandar menunjukkan keberaniannya untuk menghadapi masalahnya. Ia memilih untuk berbicara terbuka kepada RiRi.
Iskandar menunjukkan kepeduliannya kepada RiRi. Ia ingin RiRi mengetahui semua hal yang terjadi.
Setelah mengirim pesan tentang pertemuan penting, Iskandar kemudian mengirim pesan lainnya. Kali ini, nada pesannya lebih ceria dan iseng.
Iskandar "Oh iya, besok aku ada kejutan juga! Jangan lupa kita foto, iya!"
RiRi membaca pesan itu sambil tersenyum. Ia berpikir tentang kejutan apa yang akan diberikan Iskandar. Dalam hatinya, ia bergumam. RiRi dalam hati "Tumben minta foto… Ah, paling untuk di-post!"
Meskipun sedikit penasaran, RiRi menjawab pesan Iskandar dengan santai.
RiRi "Oke deh!"
Iskandar mencoba untuk menciptakan suasana yang lebih rileks sebelum ia mengungkapkan rahasia besarnya. RiRi masih belum mencurigai apapun. Ia mengira kejutan Iskandar hanya sesuatu yang biasa.
...✧༺♥༻✧...
Pagi itu, Iskandar tampak lebih rapi dari biasanya. Ia mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. Ia bertemu dengan RiRi di Taman Kota seperti yang sudah dijanjikan.
Mereka menikmati waktu bersama dengan ceria. Mereka jalan-jalan sambil bercanda dan berbagi cerita. Mereka juga makan makanan ringan di pinggir jalan, seperti es krim dan kue-kue lainnya.
Iskandar bahkan membelikan RiRi kue favoritnya. Suasana hati mereka sangat gembira. Iskandar juga tidak lupa untuk mengambil beberapa foto bersama RiRi.
Namun, setelah itu, ekspresi wajah Iskandar tiba-tiba berubah serius. Ia menatap RiRi dengan tatapan yang dalam dan penuh arti.
Iskandar "RiRi… sebenarnya… ada hal penting…"
Suasana ceria tiba-tiba berubah menjadi tegangan. RiRi merasa ada sesuatu yang tidak beres. Iskandar siap untuk mengungkapkan rahasia besarnya kepada RiRi.
RiRi "Hal penting apa, Kak?"
Iskandar "Berjanjilah padaku… kau akan menjadi pribadi yang lebih baik. Lanjutkan sekolahmu. Setelah lulus SMP, SMK, atau SMA… dan berjanjilah padaku, jika sempat, kau kuliah juga. Dan… semoga kita bisa bertemu lagi…"
RiRi terkejut. Ia tidak memahami maksud Iskandar. Wajahnya menunjukkan kebingungan dan sedikit ketakutan.
RiRi "Apa maksud, Kak? Aku tidak mengerti…"
Iskandar menarik napas dalam. Ia menatap RiRi dengan tatapan yang penuh kesedihan.
Iskandar "RiRi… sebenarnya… aku akan melanjutkan kuliah… sangat jauh… menyeberang pulau… bahkan di luar negeri… Jadi… aku mohon padamu… jadilah RiRi yang lebih baik… dan kejarlah cita-citamu itu…"
Iskandar akhirnya mengungkapkan rahasia besarnya kepada RiRi. Ia akan meninggalkan RiRi untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. RiRi terkejut dan sedih mendengar pengakuan Iskandar.
Iskandar "Kau ingin jadi penulis, kan? Kejarlah itu."
Kata-kata Iskandar seperti menuangkan garam ke luka RiRi. RiRi mulai menangis sejadi-jadinya. Tangisannya pecah dan menunjukkan kesedihan yang mendalam. Ia merasa dunianya seperti akan runtuh.
RiRi "Kenapa… kenapa, Kak? Kenapa Kakak harus pergi? Lalu aku bagaimana? Lalu KITA bagaimana? Apakah kita harus mengakhiri ini…?"
RiRi memukul-mukul bahu Iskandar dengan kuat. Ia tidak bisa menahan kesedihan dan kemarahannya. Ia merasa terluka dan dikhianati. Ia tidak percaya bahwa Iskandar akan meninggalkannya.
RiRi menunjukkan kesedihan dan kemarahannya yang mendalam. Ia merasa terluka dan kehilangan. Iskandar harus menenangkan RiRi dan menjelaskan semuanya dengan jelas.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung......