Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 19
Kendra duduk merenung di ruang kerjanya. Dia kembali membaca pesan dari Ella. Setelah sekian lama mereka tidak pernah bertemu, kini mengapa Ella ingin bertemu langsung dengannya. Apakah kini Ella telah mengingat semuanya. Itulah yang dia takutkan. Ella akan sangat menderita bila dia mengingat semuanya.
Kendra kembali tidak tenang. Dia mencoba mencari tahu lewat Daniel. Tetapi Dani sendiri juga tidak tahu apa yang ingin Ella bahas dengannya. Lalu kepada siapa Kendra akan bertanya. Daniel, orang terdekat Ella saat ini pun tidak bisa memberika jawaban padanya.
Sebuah pesan masuk dan itu dari papanya, Steven Daniswara.
Besok temui papa di restoran biasanya, jam 7 malam.
Kendra mengiyakan permintaan papanya. Rupanya hari dimana dia akan dikenalkan secara resmi kepada putri bungsu keluarga Handoko telah tiba.
Kendra tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu sesering ini. Kembali di teringat apa yang dikatakan Alvin saat menjemput nya tadi.
"Apakah aku masih memiliki kesempatan?"Kendra kembali tertawa getir. Dia yang dahulu sangat jahat. Mungkin Tuhan akan memberinya karma kali ini. Tetapi apapun itu, Kendra tidak akan menyeret orang lain yang tidak bersalah dalam urusannya. Dia tidak ingin orang lain menanggung akibat perbuatannya.
**
"Nak, besok malam ada teman lama bunda yang mengajak makan malam. Besok temani bunda ya?"pinta Maya kepada putrinya, Ara.
"Kak Angga..."
"Kakakmu repot, besok ada perjamuan dengan rekan bisnisnya,"ujar Maya.
"Sebenarnya teman bunda ini memiliki seorang anak lelaki yang belum menikah. Dia ingin mengenalkan putranya dengan kamu. Bunda tidak memaksamu untuk menerima dia. Tetapi nak, sebagai perempuan tentunya tidak baik bila kita menolaknya begitu saja bukan?"ujar Maya.
"Iya, Bun, aku tahu itu,"Ara sudah tahu kebiasaan bundanya yang menjunjung tinggi tata Krama adat Jawa.
"Jadi bunda ingin kamu bersikap yang baik dan sopan. Meskipun nanti kamu tidak cocok, tetap bersikap baiklah. Mengerti,"tutur Maya. Ara mengangguk mengerti.
"Ara tahu, kak Angga sudah pernah bilang,"jawab Ara.
"Kamu tidak masalah, nak, dengan permintaan bunda ini?"tanya Maya. Dia tahu kalau Ara sendiri sensitif dengan perjodohan sejak kegagalannya yang lalu.
"Tidak, Bun. Kalau itu bisa membuat bunda tenang,"jawab Ara. Maya merasa terharu dengan sikap Ara. Putrinya sekarang sudah banyak berubah.
"Terimakasih, nak. Bunda senang sekali,"ujar Maya sambil memeluk erat Ara.
**
"Kak...,"Ara mendekati Angga yang sedang berdiri di balkon rumah mereka.
"Ada apa?"tanya Angga. Dia melihat wajah Ara yang seperti ini tentu ada sesuatu yang ingin dia tanyakan.
"Kalian tidak sedang menjebakku kan?"tanya Ara langsung pada topiknya. Itulah adik bungsunya ini selalu pada pokok permasalahannya.
"Menjebak dalam hal apa?"tanya Angga dengan santai.
"Aku mengerti sekarang mengapa aku harus pulang,"jawab Ara.
Angga menghela napas panjang, dia tahu adiknya ini tidak mudah dibohongi. Dia ini sangat cerdas.
"Ya, lalu apa kamu mau melawan bunda?"tanya Angga balik. Bukan waktunya untuk bermain-main sekarang. Dia tahu benar bagaimana sikap Ara jika Angga masih berniat membohongi nya.
"Tidak. Aku tahu aku yang salah selama ini telah meninggal kan keluarga ku, hanya untuk keegoisan ku,"kata Ara.
"Lalu?"tanya Angga kembali.
"Aku bersyukur kalau bunda baik-baik saja. Tidak apa-apa, kalau ini bisa membuat bunda bahagia,"lanjut ara.
"Hanya tinggal bunda, orang tua kita dek,"kata Angga, singkat namun penuh makna. Ara mengerti maksud dari perkataan Angga.
"Aku tahu, kak,"jawab Ara.
Angga mengelus kepala adik bungsunya.
"Kami menyayangimu, dek,"kata Angga penuh kasih. Ara tersenyum dan memeluk kakaknya.