NovelToon NovelToon
Kami Yang Tak Dianggap

Kami Yang Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Arabella seorang anak perempuan yang menyimpan dendam terhadap sang Ayah, hal itu diawali sejak sang Ayah ketahuan selingkuh di tempat umum, Ara kecil berharap ayahnya akan memilih dirinya, namun ternyata sang ayah malah memilih wanita lain dan sempat memaki istrinya karena menjambak rambut selingkuhannya itu.

Kejadian pahit ini disaksikan langsung oleh anak berusia 8 tahun, sejak saat itu rasa sayang Ara terhadap ayahnya berubah menjadi dendam.

Mampukah Arabella membalaskan semua rasa sakit yang di derita oleh ibunya??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Suara rem mendecit keras, diiringi teriakan orang-orang yang panik menyaksikan tubuh kecil Naira terhempas ke jalan. Arkan menatapnya dengan mata melebar dunia seolah berhenti berputar sesaat. Suara bising kendaraan, teriakan orang-orang, semuanya lenyap tertelan oleh satu peristiwa pahit yang menyesakkan. Naira terbaring tak bergerak di tengah jalan, darah mulai mengalir di sekitar kepalanya.

“Nai… Naira!” Arkan menjerit, kakinya gemetar saat mencoba berlari mendekat. Ia jatuh, bangkit lagi, dan akhirnya berhasil sampai di sisi gadis kecil itu. Dengan tangan mungilnya yang gemetar, ia mengguncang bahu temannya pelan. “Naira, bangun... Naira, ini aku Arkan...”

Namun Naira hanya menggeliat lemah. Bibirnya bergerak pelan, nyaris tanpa suara. “Kamu… nggak apa-apa, kan, Abang Arkan?” ucapnya dengan napas tersengal.

Air mata Arkan langsung jatuh deras. “Bodoh! Kenapa kamu dorong aku? Aku yang harusnya melindungi kamu!” serunya serak, menggenggam tangan Naira erat seolah takut jika ia akan pergi kapan saja.

Kerumunan mulai berdatangan. Seorang ibu berteriak memanggil bantuan, sementara seorang bapak menghentikan mobil di pinggir jalan. “Cepat panggil ambulans! Anak ini pingsan!”

Sementara itu, tak jauh dari sana, Sita hanya berdiri terpaku di seberang jalan. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya bergetar hebat. Ia tidak menyangka rencananya untuk menakut-nakuti malah berujung begini.

“Naira…” suaranya nyaris tidak keluar, tenggorokannya tercekat oleh rasa bersalah yang tiba-tiba menghantam.

Beberapa menit kemudian, suara sirine ambulans meraung di udara. Paramedis datang membawa tandu. Arkan masih menangis di sisi Naira, menolak melepaskan genggaman tangannya.

“Dik, biar kakak bawa dia dulu ke rumah sakit, ya,” ucap salah satu petugas lembut.

Arkan menggeleng kuat-kuat. “Aku ikut! Aku nggak mau ninggalin Naira!” serunya dengan suara bergetar.

Akhirnya mereka pun masuk ke dalam ambulans bersama. Arkan menggenggam tangan sahabat kecilnya sepanjang perjalanan, matanya tak henti menatap wajah Naira yang pucat.

“Nai… kamu janji kan, kamu mau jadi adik aku selamanya?” bisiknya lirih, suaranya pecah di antara tangis.

Namun Naira tidak menjawab hanya dada kecilnya yang naik turun lemah, bersahut dengan suara sirine yang meraung menembus udara siang itu.

Sesampainya di rumah sakit, Arkan masih setia berjalan di samping tandu, menggenggam ujung selimut Naira seolah itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk menahan sahabatnya agar tetap bertahan. Matanya sembab, bajunya pun sudah penuh noda tanah dan darah di lututnya.

Suara langkah kecil Arkan terdengar panik di lorong rumah sakit. Nafasnya tersengal, matanya merah, tangannya gemetar menahan tubuh mungil Naira yang bersimbah darah. “Tolong! Tolong, ada yang ketabrak!” teriaknya dengan suara pecah.

“Dik, kamu tunggu di sini dulu ya, Dokternya sebentar lagi datang berusaha nolong temen kamu,” ujar perawat lembut, menepuk bahunya.

Arkan hanya mengangguk tanpa suara.

Perawat jaga segera berlari keluar membawa tandu. “Cepat sini, Nak, baringkan dia!”

Arkan dengan tubuh kecilnya menuruti, meletakkan Naira di atas tandu. Darah masih mengucur di pelipis dan lengan gadis kecil itu. “Jangan tidur, Ra... kamu harus bangun... kamu janji mau jadi adik aku!” suaranya serak, bercampur tangis.

Pintu ruang UGD terbuka lebar. Seorang pria dengan jas putih melangkah cepat, wajahnya tegas tapi matanya langsung menatap tajam ke arah bocah yang berlumur darah itu.

“Cepat bawa ke dalam! Anak ini kehilangan banyak darah!” suara bariton itu menggema.

Perawat menoleh, “Dok, pasien baru masuk, anak usia sekitar sepuluh tahun, tabrakan.”

Namun langkah Rafli tiba-tiba terhenti sesaat. Ia menatap wajah bocah itu lekat-lekat, seolah mengenali sesuatu. “Tunggu... ini—ini Naira, kan?” suaranya pelan tapi penuh keterkejutan.

Arkan menatap pria itu dengan air mata yang masih menetes. “Papa ... tolong Nai ... Kasihan dia ...”

Tanpa menjawab, Rafli segera menarik masker medis dan mengenakannya. “Bawa ke ruang tindakan sekarang!”

Beberapa menit berlalu, ruangan itu dipenuhi instruksi cepat dan bunyi alat medis. Rafli bekerja dengan sigap, tangannya cekatan menekan luka di pelipis, menyambungkan infus, lalu memberi arahan pada timnya.

“Tekanan darahnya turun, Dok!” seru salah satu perawat.

“Siapkan oksigen, dan segera ambil sampel darah untuk dicocokkan!” balas Rafli cepat.

Arkan hanya bisa berdiri di luar ruang tindakan, tubuhnya kaku, air matanya jatuh tanpa henti.

Beberapa menit kemudian Rafli keluar, membuka masker medisnya, wajahnya tampak tegang. “Anak itu butuh transfusi darah secepatnya. Golongan darahnya AB negatif.”

Perawat di sampingnya menjawab dengan cemas, “Stok kita kosong, Dok.”

Rafli mendesah berat. “Baik, saya akan hubungi keluarga Sena... mungkin mereka bisa bantu.”

☘️☘️☘️

Sekitar dua puluh menit kemudian, Sena datang tergesa bersama Ara dan Arkan yang masih menggigil karena rasa bersalah. “Rafli! Gimana keadaannya? Arkan bilang Naira ketabrak?”

Rafli menatap mereka dengan wajah lelah namun penuh harap. “Dia masih bertahan... tapi butuh darah segera. Golongan darahnya AB negatif, langka sekali.”

Ara spontan berkata, “Om, golongan darahku kayaknya itu deh... waktu vaksin dulu hasilnya AB negatif.”

Mata Rafli langsung berbinar. “Benarkah? Kalau begitu, tolong ikut saya ke ruang donor sekarang!”

Ara mengangguk tanpa ragu, meski wajahnya pucat. “Aku mau, Om. Aku gak mau Naira kenapa-kenapa.”

Beberapa menit kemudian, darah segar mengalir dari tubuh Ara ke tabung transfusi. Rafli terus mengawasi proses itu dengan mata penuh emosi. “Kau hebat, Nak... berkat kamu, nyawa Naira mungkin bisa diselamatkan.”

Sementara di ruang tunggu, Sena duduk memeluk Arkan yang masih menangis di pelukannya. “Sudah, Nak... kamu gak salah. Justru kamu pahlawan kecilnya Naira.”

Arkan hanya bisa mengangguk dengan mata sembab. “Aku janji, Ma... aku gak bakal biarin dia disakiti lagi.”

"Disakiti, maksudnya?" tanya Sena sedikit khawatir.

"Jadi gini Ma, tadi itu kita di kejar oleh ibunya Naira, (........)" Arkan pun mulai menceritakan kejadian tadi.

Lalu Sena tercengang mulutnya melebar ditutup dengan tangannya. "Astaga! Nak, orang itu kok tega banget ya bikin anaknya sendiri celaka."

"Maka dari itu Ma, Arkan saja sampai habis pikir kok ada seorang ibu yang mengerikan seperti itu, bukannya mencari anaknya dengan baik, itu mala sebaliknya dia datang dengan marah-marah siapa yang tidak takut Ma," cerita Arkan.

Sena hanya bisa memeluk dan mendekap anaknya, wanita cantik itu tahu merasakan sekali getaran ketakutan yang saat ini tengah dirasakan oleh anaknya.

Dan di balik kaca ruang perawatan, Rafli menatap kedua anak itu dengan napas berat. Dalam hatinya ia tahu pertemuan ini bukan kebetulan, tapi bagian dari takdir yang pelan-pelan mempertemukan kembali potongan-potongan kehidupan mereka yang hilang.

"Kenapa ya aku ngerasa kalau ini tidak hanya kebetulan saja," gumam Rafli.

Bersambung ....

1
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lilik Lailiyah
ayo Ara selidiki Ika secepatnya
Kasih Bonda
next Thor semangat
Suanti
ika tukar ank cowok demi hancurkan rmh tangga sena beri ika kena karma 🤭
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lilik Lailiyah
Naira Ara Arkan saudarah se ayah
Siti Koyah
ini anak sidirga sama si ika trus d tuker
Rafkah: bodoh si ika..ank ny trsiksa..malah ank org di raja kn.
total 1 replies
Siti Dede
Typonya bertebaran thor
Ayumarhumah: Iya Kak nanti aku revisi. gak tahulah hp keyboard ku😇😇
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Bak Mis
apa mungkin ini anak nya wanita pelakor itu yg di tukar itu
Bak Mis
gak tau malu juga nih pelakor 😃😃😃
Kasih Bonda
next Thor semangat
Bak Mis
kenapa gak di tangkap aja tuh orang "jahat itu
Bak Mis
ini pria gak liat gadis itu seperti anak nya sendiri
Bak Mis
nih bocah masih kecil udah b
janji "aja tuh
Bak Mis
lanjut
Bak Mis
nah gitu dong bagus banget Ara,gak seperti mamanya yg masih nungguin
Bak Mis
makanya kalau di kasih rejeki dikit udah banyak gaya
Bak Mis
oh jadi gitu ya ibu mertuanya juga gak sayang sm menantu pertama nya
Bak Mis
akhirnya smg kedepan nya mereka ber3 slalu bahagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!