Anaya tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam waktu satu kali duapuluh empat jam. Dia yang hanya seorang anak yatim dan menjadi tulang punggung keluarganya, tiba-tiba di saat dirinya tengah tertidur lelap dikejutkan oleh panggilan telepon dari seorang yang tidak dikenal dan mengajaknya menikah.
Terkejut, bingung dan tidak percaya itu sudah jelas, bahkan ia menganggapnya sebagai lelucon. Namun setelah diberikan pengertian akhirnya dia pun menerima.
Dan Anaya seperti bermimpi setelah tahu siapa pria yang menikahinya. Apalagi mahar yang diberikan padanya cukup fantastis baginya. Dia menganggap dirinya bagai ketiban durian runtuh.
Bagaimana kehidupan Anaya dan suaminya setelah menikah? Apakah akan ada cinta di antara mereka, mengingat keduanya menikah secara mendadak.
Kepo.. ? Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
°
°
°
"Mas Akmal, tunggu...!" Anaya segera berlari keluar dari kamar hotel dan mengejar suaminya.
Sedangkan Akmal terus berjalan santai sambil menggelengkan kepala disertai senyuman tipis. Sekejap saja dia sudah kembali ke mode awal, ketika Anaya telah berada di dekatnya.
"Mas Akmal, apa maksudnya terikat kontrak seumur hidup dengan Mas Akmal? Apa itu artinya......Hahhhhh!" Anaya langsung menutup mulutnya. Matanya lagi-lagi membola saat pria yang kini menjadi suaminya itu mengacak rambutnya. Sedetik kemudian Anaya sudah berubah seperti orang tidak waras yang tersenyum-senyum sendiri bahkan tertawa cekikikan.
"Kondisikan tawanya, nanti aku dikira jalan sama orang tidak waras." Usai berkata Akmal melanjutkan langkahnya setelah tadi sempat terhenti. Anaya berlari-lari kecil untuk mengimbanginya.
Akmal berniat memasuki salah satu restoran, namun Anaya menarik tangannya. "Mas, aku ingin makan yang segar dan berkuah, boleh ya?"
"Ya sudah, ayo!" Mereka pun keluar hotel menyusuri trotoar jalanan mencari makanan yang menyegarkan.
"Semua orang pada ke mana, Mas? Kok tidak satu pun aku melihat mereka?"
"Sudah pulang, tadi Ibu diajak sama Bunda pulang ke rumah. Bunda ingin menjalin keakraban dengan Ibu."
Anaya terperangah mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya. 'Apa katanya tadi! Bundanya ingin berakrab ria dengan Ibuku? Baik sekali ini Bunda,' Pikir Anaya.
"Tidak usah bengong, ayo jalan!" Akmal menarik tangan Anaya dan itu membuat jantung Anaya berdetak tak beraturan. Sepanjang jalan matanya terus menatap suaminya tanpa sedikitpun berpaling pada jalanan, hingga Akmal menghentikan langkahnya.
"Anaya, aku tahu aku memang tampan, tapi kamu tidak perlu menatapku seperti itu!"
"Ya....?"
Merasa gemas Akmal meraup muka Anaya sembari tertawa lepas memperlihatkan giginya yang tertata rapi. Dan Anaya semakin dibuat terpukau oleh senyuman suaminya yang belum dia lihat sebelumnya. Selama ini jika bertemu Akmal, Anaya selalu melihatnya dalam mode serius.
Akmal memasuki sebuah warung makan yang menyajikan menu sup, lalu memesan dua porsi lengkap beserta nasi putih. "Kamu mau minum apa, Nay?"
"Teh tawar hangat saja, Mas."
Akmal langsung memesan minuman yang diinginkan istrinya. Sambil menunggu pesanan, keduanya saling diam tak tahu harus darimana mengawali obrolan, apalagi di tempat umum. Akhirnya yang bisa mereka lakukan hanya saling mencuri pandang dan melempar senyuman kala mata mereka beradu. Malu malu meong tapi hati mereka mungkin menginginkan lebih.
Pesanan datang, Anaya tanpa ragu dan jaga image ia langsung mengeksekusi makanannya. Melihat cara istrinya makan, Akmal tersenyum seraya menggelengkan kepala, lalu menyantap makanannya sendiri.
"Kamu kalau makan seperti itu, Nay? Tidak elegan banget," ejek Akmal saat dalam perjalanan kembali ke hotel.
"Sengaja, biar Mas Akmal tahu jeleknya aku. Jadi kalau misalkan Mas Akmal berubah pikiran, aku tidak akan merasa rugi."
"Maksud kamu apa? Rugi apa?"
"Maksudnya aku tidak rugi karena aku masih tersegel, hehehe."
Akmal langsung terkesiap mendengar ucapan Anaya yang terlalu jujur. Mana mungkin mereka berpisah secepat itu, bahkan sekedar berpikir pun tidak pernah terlintas. Karena Akmal sudah menerima Anaya, mungkin memang wanita itulah jodoh yang disiapkan Tuhan untuknya. Walaupun dalam hatinya dia mendambakan seorang istri yang anggun nan lemah lembut seperti Risna, tetapi nyatanya mereka tidak berjodoh.
°
Flashback on
Akmal duduk terpekur di balkon kamarnya. Ia memandang langit malam yang tampak cerah, namun sangat kontras dengan hatinya yang kelabu. Kini dia berusaha untuk melepaskan bayang-bayang Risna dalam hidupnya. Sulit memang tapi dia bertekad untuk melupakannya.
Bohong jika dirinya tidak merasa kecewa dan sakit hati. Tapi kembali lagi, bahwa segala sesuatu tidak bisa dipaksakan. Dia paham akan hal itu. Maka yang harus dilakukannya adalah mencoba mengikhlaskan dan melanjutkan hidupnya.
Dan kini Akmal merasa terusik dengan ucapan istri sahabatnya. "Apakah sebaiknya aku terima saja usulan Adzana? Bukankah dengan begitu keluargaku bisa terhindar dari rasa malu?" gumamnya lirih.
Akmal masih dilanda kebimbangan, tapi jika melihat raut wajah sang ibunda rasanya sungguh tidak tega. Dia kembali ke kamar, lantas masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, lalu menunaikan sholat sunah dua rakaat, dilanjutkan dengan bermunajat kepada Sang Maha Pencipta, memohon ketenangan jiwanya, dan diberikan jalan terbaik untuk masalah yang sedang merundungnya.
Selesai sholat Akmal mencoba memejamkan mata, melepaskan segala beban pikiran yang menghimpitnya. Sekejap kemudian dia pun terlelap. Akmal melihat bayangan Risna berlalu pergi menjauh tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya. Tiba-tiba sesosok bayangan melintas dengan senyum pepsodent berjalan ke arahnya dan menarik tangannya.
Akmal terbangun dari tidurnya, lantas beranjak menuju balkon. Menengadahkan kepalanya ke atas memandang langit malam, lalu memejamkan mata. Namun lagi-lagi bayangan sesosok gadis tersenyum padanya hadir di pelupuk mata. Akmal kembali membuka mata ketika ia mendengar suara deru mobil berhenti di depan halaman rumahnya.
Akmal bergegas turun ke bawah, untuk melihat siapa tamu yang datang di tengah malam ke rumahnya. Dia langsung mengerutkan keningnya saat mengetahui siapa tamunya. Dan ketika Risna menyampaikan niatnya untuk memperbaiki kembali pernikahan yang sempat ia batalkan, maka dengan kemantapan hati Akmal menolaknya. Lalu dengan keyakinan hatinya pula ia menjatuhkan pilihan pada gadis yang mengusiknya lewat mimpi dan gadis itu adalah Anaya yang sekarang telah resmi menjadi istrinya.
Flashback of
"Mas Akmal, Mas!" Anaya melambaikan tangannya di depan wajah Akmal, sehingga membuat pria itu gelagapan.
"Mas Akmal sedang memikirkan mantan, ya?"
"Ngawur...! Sok tahu kamu!"
"Habis Mas Akmal sampai bengong begitu."
Tanpa menjawab Akmal langsung berlalu begitu saja, membuat Anaya harus kembali berlari-lari kecil untuk mengimbangi langkah kaki panjang suaminya.
°
°
°
Kediaman Pak Rusli
Semenjak malam ditolak, keesokan harinya Risna lebih memilih mengurung dirinya di dalam kamar setelah usahanya gagal untuk kembali memperbaiki hubungannya dengan Akmal. Ada rasa penyesalan di dalam hatinya yang terdalam. Dia pun tidak mengerti dengan dirinya, kenapa tiba-tiba berkeinginan membatalkan pernikahan padahal waktunya tinggal sehari lagi.
Dan yang lebih membuat Risna merasa terhina adalah Akmal justru melamar gadis lain di depan matanya. Apalagi ketika gadis itu mengatakan kesediaannya, membuat hatinya hancur lebur seketika. Kini penyesalan tiada lagi berguna, Akmal sudah menjadi milik wanita lain.
Tapi Risna tak bisa membohongi dirinya sendiri, rasa cintanya pada Akmal masih tersisa. Entahlah apa yang akan dia hadapi nanti ke depannya. Yang jelas dia harus siap dengan sanksi sosial yang akan diterimanya.
°
Sementara itu tanpa Risna ketahui kampungnya dilanda kehebohan, setelah Bu Lurah mengunggah postingan di story juga di group chatting aplikasi hijau yang menampilkan beberapa cuplikan video pernikahan Akmal dan Anaya, disertai caption yang heboh pula. Entah punya dendam apa dengan keluarga Risna, tapi wanita itu memang agak kesal ketika tengah malam suaminya diminta menemani oleh keluarga itu datang ke rumah calon besan, yang sekarang sudah menjadi mantan.
Dalam sekejap postingan Bu Lurah langsung diserbu oleh warga dengan beragam pertanyaan. Bagaikan bensin yang tersulut api, berita itu langsung tersebar dari mulut ke mulut bak wabah virus yang melanda. Menjadi topik terhangat yang wajib mereka perbincangkan setiap kali bertemu dengan tetangga atau pun teman.
Apalagi kampung tempat tinggal orangtua Risna adalah sebuah perkampungan padat penduduk. Berawal dari satu orang yang menjadi pembicara, akhirnya menjadi bahan ghibah yang empuk bagi semua orang tak terkecuali bapak-bapak, ketika berkumpul entah di mana pun, di warung sembako, warung sayur, pos ronda, bahkan saat menunggu anak mereka sekolah sekalipun.
Dan berita itu sampai juga di telinga Bu Rahma, ketika sore hari wanita paruh baya itu sedang belanja di warung sembako. Dengan kepala tertunduk menahan malu, Bu Rahma pulang ke rumah membawa rasa sesak yang menghantam dadanya.
Sesampai di rumah Bu Rahma menyandarkan tubuh lunglainya pada kursi dengan menekan dadanya yang terasa nyeri.
"Ada apa, Bu? Mengapa ibu pulang dengan wajah sedih begitu?"
"Bagaimana tidak sedih, Pak. Semua orang membicarakan pernikahan Nak Akmal dengan istrinya yang baru, dan mengolok-olok Risna. Mereka juga menyayangkan kenapa Risna membatalkan pernikahan dengan Nak Akmal." Dengan perasaan carut marut Bu Rahma menceritakan apa yang diketahuinya kepada Pak Rusli.
"Apa Bapak tahu? Nak Akmal memberikan mas kawin pada istrinya itu mobil alpard dan sertipikat tanah seluas sepuluh hektar. Coba kalau Risna jadi menikah sama Nak Akmal, Pak!" Bu Rahma memalingkan mukanya yang tampak masam. Beliau memang belum bisa menerima kenyataan anak gadisnya membatalkan pernikahan.
"Sudahlah, Bu. Mungkin Nak Akmal memang bukan jodohnya Risna. Mau disesali seperti apapun tetap tidak akan kembali. Ibu harus ikhlas menerima kenyataan," ucap Pak Rusli.
"Tapi semua ini memang ulah anak Bapak yang keterlaluan. Ibu malu, Pak! Ibu malu...! Sampai Bu Marini mengatakan kita tidak bisa mendidik anak. Di mana muka kita, Pak!" Bu Rahma memukul-mukul dadanya penuh emosi.
"Cukup, Bu! Risna itu anak kita, mau bagaimanapun jeleknya dia di mata orang lain, dia tetap anak kita yang wajib kita lindungi. Kalau dia tidak jadi menikah dengan Nak Akmal berarti mereka memang tidak berjodoh, titik!" tegas Pak Rusli yang membuat hati Bu Rahma semakin mendongkol.
°
°
°
°
°
Buat kalian yang baca diawal sebelum bab dirombak. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Karena memang outhor rombak semua dari awal dan mulai bab 3 baru kelanjutannya dan seterusnya. Terimakasih atas pengertiannya.
Selamat membaca 🙏🙏🙏😍😍😍
Saat ada masalahnya pun nggak berlarut-larut dan terselesaikan dengan baik.
Bahagia-bahagia Anaya dan Akmal, meski ada orang-orang yang berusaha memisahkan kalian.
Semangat untuk Ibu juga. Semangat nulisnya dan sukses selalu💪💪🥰❤️❤️❤️