Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
*POV IVA*
Mungkin cuma aku yang aneh di dunia ini. Berpisah dengan suami justru merasa bahagia dan senang. Jika wanita yang lain berpisah dengan suami pasti akan merasa sedih dan sangat menyakitkan.
Aku bahagia karena telah terbebas dari siksa batin. Ya selama aku hidup berumah tangga tidak pernah merasakan kasih sayang seutuhnya dari Mas Damar. Bahkan aku kerap merasakan cercaan hinaan dari lelaki yang sangat aku cintai.
Jika aku ingat itu, aku merasa sangat bo doh. Bagaimana tidak? Sudah sering di olok-olok di hina tapi masih saja bertahan dan bahkan rela di jadikan sebagai asisten rumah tangga.
Ya semua itu bukti rasa cintaku pada Mas Damar. Aku rela melakukan semua itu demi dirinya. Tapi aku murka di saat tahu Mas Damar menduakanku.
Terlebih lagi Mas Damar membawa wanita itu di depan mataku. Tanpa berperikemanusiaan menghinaku di depan si pelakor.
Bukan hanya itu, Ibu mertua juga turut andil dalam hal ini. Rasa sakit yang begitu mendalam membuatku sudah tidak ada lagi perasaan cinta pada Mas Damar.
Tanpa sepengetahuan dirinya, aku sudah merencanakan sesuatu untuk dapat menghancurkan Mas Damar dan Mamah Ila. Bahkan untuk menghancurkan Danti.
Dengan bantuan kedua kakakku, usahaku berjalan dengan lancar bahkan terbilang berhasil dalam waktu sangat singkat dan hal ini sama sekali tidak terpikirkan olehku.
Lega rasanya sudah lepas dari dua manusia yang sangat ja hat. Tapi rasa lega dan nyaman berubah menjadi rasa kesal tatkala kulihat Mantan Mamah Mertua datang menemui di kantor dan juga di rumah.
Aku sudah tidak sabar lagi untuk mengetahui maksud dan tujuan kedatangan mantan mertuaku, tapi ia sedari tadi tidak berbicara. Membuat hilang kesabaranku.
"Jika sudah tidak ada lagi yang ingin kamu katakan, sebaiknya menyingkir dari depan rumahku!"
tegur Iva sembari mendengus kesal.
Mendadak Mamah Ila tersungkur di kaki Iva sembari sesenggukan. "Iva, tolong maafkan Mamah. Mamah mohon kembalilah pada Damar. Tolong kabulkan keinginan terakhir Mamah. Iva, Mamah sangat terpukul saat tahu penyakit Mamah. Kamu lihat surat keterangan dokter ini."
Mamah Ila merogoh tasnya dan memberikan secarik kertas kepada Iva. Sejenak Iva membacanya dan ia justru terkekeh. "Hey nenek tua, kamu pikir aku mudah di bohongi olehmu. Penyakit kok buat permainan, yang ada ntar kena kanker beneran baru tahu rasa."
Iva menjatuhkan kertas tersebut di depan Mamah Ila dan pada saat ia akan memundurkan tubuhnya, mendadak Mamah Ila mencekal kedua kakinya. "Iva, untuk apa Mamah bohong. Sisa hidup Mamah hanya beberapa bulan saja. Dan Mamah ingin melihat Damar bahagia bersamamu. Mamah mohon, Iva."
"Hey, sebelum berakting ngaca dulu. Sudah ok belum dalam bersandiwara. Misalkan kamu benar-benar kena kanker, aku tidak peduli sama sekali. Mau kamu hidup tiga bulan lagi, mau kamu hidup beberapa hari ataupun mau mati sekarang, itu semua bukan urusanku. Kamu datang hanya untuk seperti ini? Bukannya kamu senang, aku sudah pisah dari Mas Damar? Bukannya ini yang kamu inginkan? Pergi sana, nggak usah menampakkan batang hidungmu di depanku. Seharusnya saat ini kamu sedang mempersiapkan pesta yang mewah untuk pernikahan Mas Damar dan Danti. Bukan malah mengemis kepadaku seperti ini. Dasar tidak tahu malu. Ibarat kamu sudah meludah di jilat lagi tuh lidahmu, sungguh men jijik kan sekali."
Akhirnya Mamah Ila berlalu pergi dengan perasaan kesal. Bahkan sebelum pergi, ia berkata lantang. "Dasar wanita tidak punya hati nurani dan sombong. Kamu pikir akan selamanya berjaya dengan kesombonganmu itu. Ku doakan semoga secepatnya kamu jatuh miskin, dasar wanita nggak ada akhlak!"
"Hahaha yang nggak ada akhlak itu kamu. Sudah tua bukannya memperbaiki diri malah menambah dosa. Waduh waduh," kekeh Iva sembari menggelengkan kepalanya.
Mamah Ila melangkah gontai, dalam hati terus saja merutuki Iva. Bahkan ia sempat berpikir keras apa yang akan ia katakan pada Damar.
"Semoga kamu lekas karma karena telah berani pada orang tua, Iva. Duh, alasan apa yang harus aku katakan pada Damar ya?" gumamnya dalam hati.
Beberapa menit kemudian...
Mamah Ila sudah sampai di rumah. Damar sudah menunggunya di teras halaman dengan senyuman cerah.
"Mah, kok lama banget sih. Aku telepon Mamah berulang kali, tapi tidak aktif. Berhasil kan Mah, sesuai yang kita inginkan?" ocehnya terus saja menatap ke arah Mamah Ila.
Mamah Ila terduduk lemas di kursi yang ada di teras halaman. "Maafkan Mamah, Damar. Ternyata Iva tidak seperti yang Mamah bayangkan. Dia tidak mudah percaya dengan kebohongan yang Mamah katakan. Bahkan dia sempat mengejek."
Sejenak Mamah Ila menceritakan dari awal hingga akhir pertemuan dirinya dengan Iva.
"Katanya bakal berhasil, kok malah seperti ini? Terus bagaimana kehidupanku ke depannya, Mah?" oceh Damar mulai berputus asa.
Mendadak Mamah Ila terlihat sumringah lagi. "Ibarat pepatah, nggak ada rotan akar pun jadi. Kenapa kamu nggak menikah saja dengan Danti? Dia kan anak tunggal dan pewaris perusahaan. Jika kamu sudah menikah dengannya, pasti dengan sukarela Danti akan memberikan perusahaannya padamu. Cepat telepon Danti atau kita ke rumahnya sekarang juga yuk?" anaki Mamah Ila begitu antusias.
Tapi tidak dengan Damar. Ia diam saja sembari kepala terus saja tertunduk lesu membuat Mamah Ila merasa heran. "Kok responmu seperti itu, Damar? Bukannya dari awal kamu ingin menikah dengan Danti? Kok sekarang seperti sudah tidak menginginkannya kembali?"
Damar masih saja diam, ia tidak ingin berbicara dengan Mamah Ila lagi karena sudah terlanjur kecewa. "Aku mau keluar sebentar ya Mah. Mau nyari pekerjaan di luar sana. Doakan semoga berhasil ya Mah. Maaf ya Mah, aku nggak bisa berlama-lama ngobrol dengan Mamah."
Damar bangkit dari duduk melangkah pergi begitu saja. Mamah Ila sempat terperangah dan terpaku melihat sikap dan perilaku Damar. 'Dasar aneh. Ah biarlah, yang terpenting aku sudah berusaha. Oh ya, ini kan sudah sore. Masa iya Damar akan mendaftar kerja di jam waktunya semua karyawan pulang?"
Mamah Ila melangkah masuk untuk mengatakan hal tersebut pada Damar. Tapi ia terlambat karena Damar sudah keluar dari pintu dapur menuju pelataran rumah. Terdengar bunyi deru mobil keluar dari halaman rumah tersebut.
"Haduh, aku terlambat. Damar sudah pergi lewat pintu belakang. Sebenarnya ada apa dengannya ya? Bukannya dia sudah membuat keputusan untuk lebih memilih Danti, tapi kok. Ah, bikin pusing saja jika di pikirkan," gumam Mamah Ila.
Apa yang sebenarnya terjadi pada sifat Damar? Apakah ia sudah mengetahui jika Danti sudah tidak ada di negara ini? Atau karena kecewa tidak bisa bersama lagi dengan Iva? Simak terus ya sayang-sayangku supaya tidak penasaran.
gak mau orang jahat yang datang