Jodoh Untuk Naira

Nathan terkejut saat ibunya datang secara tiba-tiba, rupanya datangnya Monic ke perusahaan adalah atas rencana darinya.

Nathan segera melepaskan cengkraman tangan nya. Kemudian Nyonya Maria merangkul tubuh Monic yang gemetar.

"Kau sangat keterlaluan Nathan, semenjak kau kenal dengan wanita kampungan itu, sikapmu jadi brutal, dasar wanita pembawa sial!" dengusnya sangat geram.

Merasa tidak terima Naira di tuduh yang tidak-tidak, akhirnya Nathan pun angkat suara.

"Jangan pernah Mamah mengaitkan istriku dengan kejadian ini, ia tidak salah sama sekali!"

"Alah, kau itu sudah di butakan oleh wanita kampungan itu, Mamah sangat kecewa sama kamu, gara-gara wanita itu kau hampir saja membunuh wanita yang sedang mengandung darah dagingmu!" ucapnya sangat kesal.

"Stop Mah, berapa kali Nathan bilang sama Mamah, kalau itu bukanlah anakku, dan aku bersumpah akan membuktikan semua itu!" jawabnya sangat geram.

"Alah sudahlah Nathan, Mamah sudah tidak mau mendengar lagi kau mengelak seperti ini, pokoknya dua minggu lagi kau harus menikah dengan Monic, kalau kau berani lari dati pernikahan ini, jangan harap Mamah akan menganggap kamu sebagai anak!" Ancamannya Nyonya Maria kali ini tidak main-main dengan perkataannya.

Karena kesal, Nathan akhirnya menjambak rambutnya sendiri, Tony yang sedari tadi menyaksikan Tuanya seperti itu, merasa kasihan, baginya terlalu banyak tekanan yang telah di alami oleh Nathan, mulai dari pekerjaan di kantor sampai dengan urusan seperti ini.

Kemudian Marcel datang bersama seorang pria yang usianya seumuran dengan Papahnya.

"Loh, ada apa ini? Sepertinya telah terjadi sesuatu.

Nathan pun mengalihkan pandangannya ke arah Marcel yang sedang berdiri di hadapannya.

Maria sangat terkejut ketika siapa yang berada di hadapannya saat ini.

'Hah, Wisnu! Ngapain dia berada di sini? Dasar brengsek.' umpatnya dalam hati.

Kemudian Marcel memperkenalkan Pria di sampingnya kepada Nathan.

"Oh iya Nathan, Tuan Wisnu Raharja tadi mencari mu, beliau salah masuk ruangan dan malah masuk ke ruanganku!" jawabnya sembari melempar senyum

Nathan yang semula berwajah masam dan juga kesal akhirnya iya berusaha untuk tersenyum.

"Jadi anda ini Tuan Wisnu Raharja, yang seminggu yang lalu mengajak kerjasama dengan perusahaan Rahadian Grup? Saya tertarik dengan proposal anda Tuan!" jawabnya sembari mengosongkan tangannya untuk berjabat tangan.

Maria yang menyaksikan hal itu, benar-benar merasa kesal sekaligus takut jika suatu saat nanti Wisnu membongkar perselingkuhan dirinya bersama nya.

Wisnu kemudian menoleh, netranya tertuju kepada Maria, senyum licik iya tunjukan kepada nya, Maria pun langsung terkejut di buatnya, saat kedua mata mereka saling bertemu Maria malah membuang pandangannya, iya begitu membenci Wisnu, baru saja kemarin iya memberi nya peringatan tapi sepertinya tidak iya gubris sama sekali.

Kemudian Wisnu beralih pandangannya ke arah Nathan, di tatapnya pria yang memiliki lesung Pipit persis seperti dirinya.

Nathan sendiri merasa ada sesuatu yang aneh yang telah iya rasakan ketika bertemu dengan klien barunya ini.

Akhirnya mereka pun bergegas pergi ke ruang Meeting, Tony di tugaskan untuk menyiapkan beberapa laporan untuk bahan meeting siang ini serta di bantu oleh sekertaris Sarah.

Sedangkan Nyonya Maria serta Monic, keduanya tampak kesal karena rencana mereka telah gagal total. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang. Selama dalam perjalanan pulang, Nyonya Maria terus saja di hantui rasa cemas dan juga takut, Monic yang diam-diam memperhatikan calon Ibu mertuanya, merasa heran, namun iya enggan untuk menanyakannya.

Saat di ruang meeting, Tuan Iskandar ikut mendampingi kedua putranya yang sudah menjadi kebanggaannya terutama Nathan, putra semata wayangnya.

Sedangkan Wisnu netranya hanya fokus kepada Nathan, dan iya merasa ada kemiripan dengannya.

'Apakah mungkin Nathan ini adalah putraku? Melihat nya aku merasa melihat diriku semasa muda, aku harus cari tahu kebenarannya.' ucapnya dalam hati.

Apartemen

Menjelang besok adalah hari paling Naira tunggu, iya sudah tidak sabar menjadi istri sah nya Nathan di mata hukum, sambil mengusap perutnya, Naira malah berinteraksi dengan janin yang masih ada di dalam rahimnya.

Luna yang sedari tadi memperhatikan Naira, tampak tertawa geli.

"Nai, aku iri deh sama kamu! Kamu wanita paling beruntung karena kamu begitu di cintai oleh suamimu, meskipun iya masih belum mengingat masalalunya saat bersamamu, tapi rasa cintanya padamu seolah tidak berubah sedikitpun." Luna tiada hentinya memuji Naira, kemudian iya duduk di sampingnya.

"Kak Luna, nanti juga Kakak bakalan menemukan seorang pria yang mencintai serta menyayangi kakak, hanya butuh waktu serta kesabaran saja kak." kali ini Naira berusaha meyakinkan Luna yang terlihat sudah putus asa.

"Ck, tapi apakah ada pria yang mau menerima seorang wanita bekas pel*cur Nai? Yang ada mereka akan merasa jijik denganku, di tambah kondisiku saat ini, maaf sudah menyusahkan mu!" ucapnya dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Lalu Naira merangkul pundak Luna, kemudian mencengkram nya dengan kuat."Kak Luna jangan pernah berkata seperti itu lagi, yang terpenting kak Luna jangan sampai jatuh kembali ke dalam lubang kenistaan yang sangat di benci oleh Allah, kun Fayakun..Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah sudah berkehendak, karena semuanya sudah menjadi ketetapan nya, manusia hanya bisa berencana, tapi Allah lah yang menentukan segalanya.

Kemudian Luna termenung sembari memejamkan kedua bola matanya. Rupanya iya kembali teringat akan dosa masalalunya.

Tiba-tiba saja Luna menangis bahkan sampai sesenggukan.

"Sepertinya aku harus benar-benar bertaubat Nai, bisa kah kau membimbingku untuk bisa kembali ke jalan Allah, Nai!" pintanya bersungguh-sungguh.

Mendengar hal itu, Naira senang bukan kepayang.

"Masya Allah kak, Nai senang sekali mendengarnya, InshaAllah Nai siap membimbing Kak Luna untuk kembali ke jalannya Allah." jawabnya begitu senangnya.

Luna pun tersenyum lalu memeluk Naira.

Sekitar pukul delapan malam, Nathan sudah kembali dari kantor, Naira menyambut hangat kedatangan suaminya.

"Assalamualaikum!" sapa Nathan sambil mencium kening Naira.

"Waalaikumsalam, jawab Naira yang kemudian mencium punggung tangan suaminya secara takzim, Luna yang memperhatikan keromantisan pasangan di hadapannya, merasa ingin bisa seperti Naira. Rupanya selama ini Luna sangat mendambakan akan sosok pria yang mencintai nya dengan tulus dan bisa membimbingnya ke jalan yang lebih baik lagi.

Tidak lama kemudian tiba-tiba saja Tony muncul dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Tony!"

"Maaf Tuan! Ini ponsel milik Tuan, tadi sempat tertinggal di jok mobil dan saya juga ingin menitipkan sesuatu untuk Luna!" ucapnya Tersipu malu.

Namun Nathan enggan mengambil tote bag yang di berikan oleh Tony, yang iya ambil hanyalah ponsel miliknya.

"Kau berikan langsung saja sama orangnya Ton, tuh kebetulan ada lagi ngintip!" Nathan sengaja melakukan hal ini kepada Tony, iya pun sudah menyadarinya jika Tony diam-diam menyukai Luna.

"Tuan Yakin!" ucapnya.

Naira hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Tony yang terlihat kaku dan juga gugup

"Udah sana, mumpung orangnya belum tidur." kali ini Nathan mendorong tubuh Tony ke dalam Apartemen.

Luna sendiri menyadari jika ada yang mencarinya.

Saat Tony masuk ke dalam, iya mendapati Luna sudah berdiri mematung di samping aquarium besar. Tony berusaha mengatur nafasnya yang sempat tidak beraturan.

'Baiklah Tony, mulai sekarang tidak ada lagi penghalang bagimu untuk mendekati Luna, semoga saja Luna mau membuka hatinya untukku dan bisa secepatnya melupakan Tuan Marcel.' batinnya penuh harap

Bersambung....

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻