Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#11 Hanya Sebuah Simbolis
"Aku akan menikahi dirimu" ucap Edgar sambil menatap Komang. Komang seketika terkejut mendengarnya, bahkan sedikit shock.
"Kenapa kau melakukannya?" lagi-lagi Komang mendesak Edgar untuk menjelaskannya.
Edgar mengatupkan mulutnya yang lebar dan sensual sambil mengedikkan bahunya yang bidang. Itu bukan sebuah jawaban, tapi satu-satunya respon yang siap diberikan Edgar kepada Komang.
Edgar tak punya alasan sosial yang bisa diterima untuk dijadikan pembelaan diri. Alasan yang mendorongnya sebagian besar karena sesuatu yang mendasar dan egois, intinya Edgar hanya ingin Komang bergantung padanya.
"Semua itu hanyalah simbolis." jelas Edgar kemudian. "Dengan seperti itu aku masih tetap menjaga citra mu, karena aku akan berstatus suamimu." Edgar terdiam sejenak "Lalu setelah waktu yang ditentukan itu telah sampai, kau bisa bebas, dan rumahmu akan kembali ke tanganmu." Edgar menatap lembut pada wajah Komang.
"Baiklah, tapi aku memiliki satu syarat yang harus kau penuhi." tegas Komang, "Selama kita melakukan perjanjian itu, aku tak mau tidur denganmu."
"Aku tak akan melakukan hal semacam itu dengan memaksa wanita, hal itu akan terjadi apabila ada kesepakatan diantara kita, aku hanya menginginkan mu menjadi wanita disisi ku, sebagai pendamping ku ketika aku pergi keluar dan menyambut tamu-tamu ketika aku sedang mengadakan jamuan di kapal ataupun saat ada acara." jelas Edgar dengan rinci.
Komang tidak bisa mempercayai pendengarnya, Edgar benar-benar menawarkan sesuatu yang setara dengan liburan mewah dengan bonus besar pada akhir bulan dan tidak menuntut se*ks sebagai balasan.
Ia selalu berasumsi semua pria menginginkan se*sk dengan cara apapun yang membuat mereka bisa mendapatkannya, tapi sepertinya Edgar sedang mengatakan kepada Komang bahwa jika ia tidak mau tidur dengan pria itu, maka hal itu tidak akan membatalkan kesepakatan.
"Baiklah, aku sepakat asal kau benar-benar memegang janjimu itu." ucap Komang.
"Oke, kita akan urus pernikahan kita esok, karena lusa aku akan mengadakan pertemuan perdana dengan kolegaku yang berada di lombok." ucap Edgar.
"Besok? Bisakah kalau kita menikah lusa? Menurut hari yang baik, lusa adalah hari baik untuk menikah,"
"Komang, ini hanya simbolis, pernikahan kita hanya sebuah kesepakatan."
"Aku mohon, pemangku adat pasti juga akan menyarankan agar kita menikah di hari lusa,"
Edgar sedikit menimbang ucapan Komang, mungkin baginya ini adalah sebuah kekonyolan, untuk apa harus mencari hari baik kalau pada akhirnya pernikahan ini juga akan berakhir.
"Kita akan melakukan pernikahan secara byakala (sederhana) karena jika kita melakukan pernikahan secara adat, pasti akan memakan waktu hingga berhari-hari."
Melihat Komang yang begitu berantusias membuat Edgar akhirnya luluh dan menyetujui saran Komang dan ia harus menyusun kembali jadwal pertemuan dengan koleganya lusa.
Entah apa yang ada dalam pikiran Edgar, ia tak pernah mengabaikan bisnisnya hanya karena seorang wanita, namun kini ia telah melakukannya, hanya demi sebuah komitmen palsu.
Setelah Komang pergi dari kantor Edgar, Edgar segera menghubungi Roger dan Katrin untuk datang ke ruangannya, ia harus mendiskusikan semuanya pada Roger, sekretaris yang juga pengawal pribadinya itu, dan Katrin juga yang akan kembali merombak jadwal.
"Apa aku tak salah dengar?" ucap Roger begitu terkejut setelah mendengar keputusan Edgar yang mendadak itu.
"Aku harus menikahi Komang dan hari yang terbaik adalah lusa," desak Edgar.
Roger mengusap kasar wajahnya, entah apa yang Edgar pikirkan hingga ia menjadi tak seprofesional ini.
"Kau atur saja, katakan pada para kolega yang di lombok, bahwa aku akan melangsungkan pernikahan lusa, dan ini sangat mendesak, jadi mau tidak mau jadwal harus diundur sehari." jelas Edgar.
"Sir, Kita memundurkan jadwal sehari, yang jelas akan merubah semua jadwal yang ada selama sebulan nanti." ujar Katrin, jujur saja hatinya sangat marah karena Edgar akan menikahi wanita kampungan itu, walau semua hanyalah simbolis, namun tetap saja ia kesal.
"Kau bisa mengaturnya, bukankah untuk itu aku membayar mu?" Edgar menatap tajam pada Katrin, membuat wanita itu dengan seketika menunduk pasrah.
Jika hanya mengatur jadwal, Edgar tak akan kesulitan, bahkan para kolega juga tidak akan keberatan, mereka pasti akan bisa mengerti jika keadaannya sang Tuan besar akan melaksanakan pernikahan, bahkan hal itu akan menjadi berita besar bagi mereka.
🔹
🔹
Malam itu, Sweta begitu shock mendengar pengakuan Komang yang akan segera menikah lusa ditambah lagi lelaki yang akan menikahi Komang adalah seorang milyarder dari Perancis.
"Ini terlalu mendadak, mengapa harus lusa?" cecar Sweta.
"Karena jadwalnya padat, dan bahkan dia rela mengundur jadwalnya sehari, hanya untuk melakukan ritual pernikahan." aku Komang.
"Jadi pria ini akan melakukan apapun untuk bisa membawamu ke atas yacht-nya?" desaknya, masih tidak percaya ada pria kaya yang begitu tertarik pada sang kakak. "Tidakkah itu membuatmu takut? Ya walaupun pernikahan kalian hanya sebuah simbolis, tapi aku harap Ate tak mudah jatuh ke tangan pria itu." jelas Sweta, mewanti-wanti.
"Ya, kurasa aku mempercayainya akan hal itu, dia tak akan memaksaku untuk melakukan hal itu juga, dan asal waktu yang ditentukan sudah habis, maka perjanjian akan berakhir dan rumah ini akan kembali menjadi milik kita." ujar Komang begitu yakin.
"Sumpah, aku masih tidak percaya ada pria yang rela membayar kau hanya untuk ditemani tanpa ada se*ks di antara kalian?"
"Ini hanya sebuah pekerjaan, walau harus ada pernikahan diantara kita, tapi itu hanya sebuah simbolis."
"Ate, pernikahan itu sakral, kita tidak boleh main-main dengan itu, dan ketika kau telah mengucap janji suci di depan dewa, maka kau telah memiliki kewajiban untuk lelaki itu." terang Sweta.
"Ate tahu, tapi selama sebulan ini dia setuju untuk tidak membahas hal itu, jadi Ate harap, Ate bisa menjalankan pekerjaan ini dengan baik dan kita akan memiliki rumah ini sepenuhnya." ujar Komang sambil mengusap lembut rambut Sweta.
"Ate, kau terlalu banyak berkorban demi aku, entah aku harus membalas mu dengan cara apa?"
"Kau tak perlu membalas apapun, kau harus fokus pada kuliah mu saat ini, itu sudah lebih dari cukup,"
"Kau sudah banyak menahan derita." Sweta berkata sambil menahan air matanya.
"No, ini sudah kewajiban ku sebagai kakakmu, aku akan melakukan apapun demi rumah ini bisa kembali lagi," ucap Komang. "Rumah ini terlalu banyak kenangan bersama bapa, biang dan abang-abang kita."
"Ku harap lelaki itu bisa memegang janjinya, dan kita akan berkumpul lagi dirumah ini."
"Ya, itu yang Ate harapkan. Ngomong-ngomong apakah besok kau bisa membantu Ate untuk menyiapkan persembahan?"
"Baiklah, apakah aku juga harus menyiapkan kamar pengantin?" ujar Sweta, sambil menggoda sang kakak membuat Komang terkejut dan tertawa.
Bersambung......