NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 26

Mumpung hari ini hari libur, seperti biasa, Alin menggunakan waktu ini untuk membereskan rumah sebelum dia pergi bekerja.

"Pak Al mau kemana? Kok, udah rapi aja? Ini, kan, hari libur, Pak," tanya Alin saat melihat Al turun dari tangga menuju sofa.

"Saya mau keluar sama Bella, kamu nggak mau pergi juga?" tanya Al.

"Saya mau ke kafe siang ini, Pak," jawab Alin.

Dalam hati Alin merasa sedih ketika tau Al akan pergi bersama Bella, ada rasa tak rela tapi juga tak berdaya untuk mencegah Al pergi. Dia cukup sadar diri dan tau di mana batasannya.

"Oh. Lin, tolong bawain kopi saya, ya, soalnya saya nggak bisa pergi sebelum minum kopi buatan kamu," pinta Al yang tersenyum, membuat Alin juga tersenyum.

"Baik, Pak." Dengan senang hati Alin meninggalkan pekerjaannya yang tengah mengepel lantai lalu berjalan menuju dapur untuk membuatkan kopi untuk Al.

Ting! Tong!

Suara bel pintu membuat Al beranjak dari sofa untuk membukanya. Senyumnya mengembang saat melihat siapa yang datang.

"Hai, Sayang," sapa Bella lalu memeluk Al manja.

"Kamu, kok, ke sini? Kan, aku mau pergi jemput kamu di apartemen," tanya Al saat Bella melepaskan pelukan mereka.

"Nggak papa dong. Lagian aku kangen pengen jalan sama kamu, makanya aku datang biar kita langsung jalan," ujar Bella.

"Ya udah, kita jalan sekarang yuk, entar keburu panas di jalan."

"Kamu benar, ayo." Al merangkul pinggang Bella mesra untuk menuju mobil.

"Pak!" Namun, langkah mereka terhenti lalu Al berbalik.

"Ya?"

"Kopinya," ucap Alin sambil berjalan membawa kopi yang dipesan Al.

"Ah, iya, saya lupa. Bentar, ya, aku mau minum kopi aku dulu," kata Al pada Bella.

"Nggak usah, Sayang, ngapain coba? Mendingan kita jalan sekarang aja ayo." Bella bergelayut manja di lengan Al, sambil menatap sinis pada Alin.

"Oke, aku nggak akan minum kopi. Tapi kamu tunggu sini bentar, aku mau ngambil kunci mobil dulu, soalnya kelupaan di kamar." Cangkir kopi yang tadi sempat diangkatnya ia letakkan kembali di atas nampan yang dipegang Alin.

"Ya sudah, cepatan!"

    Al langsung berjalan melewati Alin begitu saja menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobil.

Diantara Bella dan Alin terjadi keheningan. Bella menatap Alin dari ujung kaki hingga kepala sambil menyeringai.

"Kayaknya ini waktu yang tepat buat jalanin rencana gue," batin Bella sambil tersenyum licik ke arah Alin.

Merasa sedang diperhatikan Alin mulai merasa risih. Dia pun memberanikan diri untuk menyapa Bella.

"Mbak Bella apa kabar? Lama, ya, kita nggak ketemu." Alin menyapa seraya tersenyum canggung.

"Eh, lo nggak usah sok, ya, sama gue. Lo itu cuma cewek murahan tau nggak. Oh iya, jangan mentang-mentang Al udah nggak benci sama lo, lo bisa berharap buat dapatin dia. Karena sampai kapan pun, Al akan tetap jadi milik gue, ngerti!" tekan Bela dengan sinis.

"Maksud Mbak Bella apa? Saya nggak ngerti," ujar Alin bingung. Padahal dia sudah berusaha untuk bersikap baik tapi entah kenapa Bella tak menyukai dirinya.

"Udah deh, nggak usah pura-pura deh lo. Lo pikir gue nggak tau, selama ini lo juga suka, kan, sama pacar gue? Dan lo berharap Al juga suka sama lo. Iya, kan? Tapi gue nggak akan biarin itu terjadi. Gue akan buat dia benci lagi sama lo!"

"Mbak Bella nggak akan bisa lakuin itu," balas Alin yakin. Melihat betapa Al memperlakukannya dengan baik membuatnya merasa yakin bahwa Al tak akan pernah membencinya lagi.

"Kenapa nggak bisa? Hari ini juga, gue akan buat Al benci sama lo." Bella lalu mengambil cangkir kopi yang di bawa Alin untuk Al.

"Lo mau lihat caranya, kan?" Bella tersenyum licik lalu menuangkan kopi panas itu ke tangannya.

"Mbak Bella!" Alin terbelalak melihat apa yang dilakukan Bella.

"Aaaaa!" jerit Bella kesakitan. Tangannya langsung melepuh karena tumpahan kopi panas yang asapnya masih mengepul.

"Bella!" Al yang baru saja datang langsung menghampiri Bella dengan panik.

"Akh, sakit," rintihnya memegang tangannya yang melepuh tersebut.

"Bella apa ini? Kenapa tangan kamu jadi kayak gini?" tanya Al khawatir.

"Dia." Bella langsung menunjuk Alin. "Sayang, dia, dia numpahin kopi panas di tangan aku, hiks. Dia nggak terima aku jalan sama kamu karena dia suka sama kamu!" fitnah Bella.

"Nggak, Pak, dia bohong. Saya nggak mungkin lakuin itu. Dia sendiri yang..."

Plak!

  Tamparan keras Al layangkan sebelum Alin selesai bicara.

"Sini kamu!" Al menarik kasar tangan Alin, membawanya pergi ke kamar gadis itu. Sementara Bella tersenyum puas melihat kemarahan Al.

"Yes! Rencana gue berhasil. Setelah ini pasti Al akan benci sama dia." Bella tersenyum penuh kemenangan. Dia tak peduli dengan tangannya, asalkan itu bisa membuat Al kembali membenci Alin dan dengan begitu dia dengan mudah membuang Alin jauh dari kehidupan Al.

***

  Al yang diselimuti amarah menghempaskan tubuh Alin ke tembok. Membuat keningnya terbentur dan mengeluarkan darah.

"Pak, tolong percaya sama saya. Saya nggak mungkin lakuin itu, Pak," ucap Alin dengan ketakutan melihat wajah Al yang memerah karena marah.

"Selama ini saya udah berusaha baik sama kamu. Saya rela melupakan dendam saya sama kamu. Tapi kamu malah memanfaatkan kebaikan saya dan kamu berani melukai Bella. Sekarang kamu juga akan merasakan sakit yang lebih dari apa yang sudah kamu berikan pada Bella!" bentak Al lalu melepaskan ikat pinggangnya.

"Ja---jangan, Pak. Saya mo---momohn jangan lakuin itu lagi sama saya." Alin menangis sambil memohon pada Al.

"Saya nggak akan lakuin ini kalau bukan kamu yang mancing saya," teriak Al penuh amarah.

Cattss!

Ikat pinggang Al terayun dengan mulus dan menghantam kulit Alin hingga ia menjerit kesakitan.

"Itu karena kamu udah berani nyentuh Bella." Al mencambuk Alin berkali-kali.

Cattsss!

Cattsss!

Cattsss!

  Al yang kesetanan terus mencambuk Alin tanpa ampun. Teriakan dan tangisan pilunya tak membuat pria itu untuk berhenti melakukan aktivitasnya itu. Dia terus saja mencambuki seluruh tubuh Alin dengan sadis, kebohongan Bella rupanya telah berhasil mengembalikan sifat kejamnya itu.

"Argh!" teriak Al setelah puas mencambuk Alin. Dia pun keluar dari kamar itu, meninggalkan Alin yang sudah tak berdaya dengan luka bekas cambukan di tubuhnya.

"A---ayah," lirih Alin menahan sakitnya.

***

"Aku antar kamu ke dokter, ya, aku takut tangan kamu kenapa-napa," ujar Al cemas pada Bella.

"Nggak usah, Sayang, aku nggak papa kok. Kamu anterin aku pulang aja, ya, biar aku yang ngobati ini sendiri," tolak Bella yang memeluk Al.

"Kamu yakin?"

"Iya."

  Al pun mengantarkan Bella pulang ke apartementnya sesuai keinginan wanita itu.

Malam harinya di kamar Alin.

  Dengan sedikit kekuatan yang dimilikinya, Alin berusaha untuk mengobati luka bekas cambukan Al. Sesekali dia meringis kesakitan saat mengoleskan obat di lukanya.

"Hiks ... hiks. Aku pikir Pak Al udah berubah. Tapi ternyata aku salah. Aku yang salah terlalu berharap sama dia," tangis Alin dengan perasaan yang hancur lebur. Bukan hanya Lukas fisik, tapi hatinya juga sakit.

Selama ini Al terlihat begitu baik padanya, sehingga tanpa dicegah perasaan cinta untuk Al pun tumbuh di hati Alin. Namun, pemuda yang dia pikir telah berubah dan tak akan menyakitinya lagi justru kembali memperlakukannya dengan sangat kejam. Benar kata Aulia, orang seperti Al tak akan pernah berubah dan bodohnya Alin membela pria itu dari tuduhan Aulia.

***

  Al yang baru saja kembali langsung menuju ruang kerjanya. Rasanya dia enggan untuk ke kamarnya entah apa sebabnya. Al menghelai napas panjang setelah duduk di kursi kerjanya.

Drrttt! Drrtt!

  Ponselnya berdering, dia pun langsung menjawab panggilan dari Raja.

"Apa?" tanya Al singkat karena saat ini ia malas untuk bicara dengan siapapun.

[Gue udah kirim file presentasi besok ke email lo. Lo cek aja, oke]

"Iya." Tanpa berlama-lama Al dengan lesuh mematikan sambungan telepon kemudian panggilan pun berakhir.

"Gue harus periksa email dari Raja," gumamnya kemudian membuka laptop di depannya untuk memeriksa email yang di kirim Raja.

Setelah mengecek file yang dikirim oleh Raja ke alamat email miliknya, Al pun menutup laptop tersebut. Saat akan keluar dari ruang kerjanya, tak sengaja mata Al menangkap sebuah kamera tersembunyi yang ada disana. Dia pun teringat kejadian tadi dan langsung membuka kembali laptopnya untuk mencari sesuatu.

  Al pun mencari rekaman cctv yang ada di lantai bawah. Setelah menemukannya, betapa Al dibuat terkejut dengan apa yang dia lihat.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!