Max Stewart, yang merupakan ketua mafia tidak menyangka, jika niatnya bersembunyi dari kejaran musuh justru membuatnya dipaksa menikah dengan wanita asing malam itu juga.
"Saya cuma punya ini," kata Max, seraya melepaskan cincin dari jarinya yang besar. Kedua mata Arumi terbelalak ketika tau jenis perhiasan yang di jadikan mahar untuknya.
Akankah, Max meninggalkan dunia gelapnya setelah jatuh cinta pada Arumi yang selalu ia sebut wanita ninja itu?
Akankah, Arumi mempertahankan rumah tangganya setelah tau identitas, Max yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mafia 29
"Sial! Kita harus menyusun strategi pembalasan dan juga pertahanan diri. Tunggu, Mr Billy sudah datang!" ucap Oliver, langsung menyambut kliennya yang nampak membawa sekoper besar uang.
"Welcome, Mr Billy," sapa Oliver dengan senyum bak joker.
"Sudah jangan banyak basa-basi. Aku, akan membayar semua panenmu ini lunas!" tukas Billy yang enggan bermanis-manis kata dengan pengusaha licik seperti Oliver.
"Waw, anda sungguh pengertian, Mr Billy," puji Oliver dengan mulutnya yang manis itu.
"Maaf, Tuan. Sepertinya kita--"
"Ketahuan!" seru Max, yang keluar dari balik batang pohon besar, seraya menodongkan senjata yang juga berukuran besar.
"Black hawk!" keget Oliver. Bahkan Billy pun merasakan hal yang sama. Buru-buru pria itu menarik kembali koper berisikan uang tunai 1M sebagai DP pembelian ladang ganja.
Oliver berusaha memasang wajah biasa saja, meski di dalam harinya tersirat kekhawatiran akan kehabisan anak buah serta ladang uangnya ini.
"Ke–kenapa macam berhadapan dengan pasukan khusus militer saja?" kaget Oliver dengan tubuh sedikit gemetar. Pasalnya, komplotan darinya hanya memiliki senjata api kaliber sedang dan hanya Billy yang memiliki jenis pistol revolver juga basoka. Sementara di pihak Max, mereka menggunakan senjata militer berikut dengan kendaraan lapis baja dan juga buldoser. Karena Max memang berniat untuk menghabisi ladang ganja tersebut.
Oliver auto kena mental. Ketua dari kelompok mafia WolfGang itu tidak menyangka jika hari ini adalah waktu yang sial baginya.
Oliver, harus menyembunyikan rasa takut dan kekagumannya yang datang secara bersamaan. Belum lagi aura dari Max dan juga Dave yang belum melakukan apa-apa saja sudah mampu membuat orang gentar.
"Mau apa kau, Max Stewart. Tak puas juga kau menyebloskanku ke penjara selama enam tahun dan kini mau bahkan menghabisi putraku satu-satunya!" sergahnya berusaha keras untuk tidak gemetar. Bahkan ia menyeringai bak heyna. Kamusnya, pasanglah wajah garang dan sesadis-sadisnya demi menggertak musuhmu. Jatuhkan mentalnya terlebih dahulu, begitu pikir Oliver.
Sungguh yang ia lakukan hanya mendapat tatapan remeh dari Max dan anak buahnya. Orang seperti Oliver sudah beberapa kali mereka hadapi sebelumnya. Oliver tanpa bantuan dari sekutunya bukanlah apa-apa.
"Aku adalah malaikat maut yang dikirim oleh Tuhan untukmu. Mr O!" seru Max lantang dengan seringai bak iblis. Membuat jantung Oliver berdegup kencang seketika.
Pada saat itu juga kedua kubu bentrok mengadu kekuatan masing-masing. Meskipun pasukan Black Hawk yang mendominasi. Hingga beberapa anak buah Oliver telah tumbang berserak di sepanjang area hutan. Sebagian dari mereka bersembunyi di balik pohon-pohon besar.
Salah satu anak buah Max yang bernama Zed, memegang basoka kemudian melesatkan pelurunya.
Bamm! Blarrr!
Zed berkali-kali melesatkan peluru pada basokanya, diikuti oleh anak buah Max yang lain. Hingga, ledakan besar pun tak terelakkan lagi. Meluluh lantakkan sebagian besar area hutan ganja tersebut.
"Senjata macam apa itu? Apakah dia anggota avenger?" gumam Billy takjub di balik batu besar tempatnya bersembunyi saat ini. Lesatan peluru menghujani samping tubuhnya, hingga menghujam diantara kakinya yang berdiri diatas pasir kering.
Swiingg!
Craashhh!
Pasir-pasir kering itu berterbangan ketika lesatan peluru melewati samping tubuhnya.
"Argh! Damn it you, Mad Max!"
"Keluar kau pengecut! Jangan bersembunyi bagaikan tikus comberan!" teriak Max mengarahkan sejata berkaliber besar itu. Karena dia tau bahwa Oliver, saat ini berlindung di balik pohon besar itu.
"Shitt! Max benar-benar hebat dan gila. Aku sudah kehabisan amunisi. Aku tidak bisa menyerah saat ini!" umpat Oliver, sambil berpikir bagaimana cara mengambil celah untuk menyerang di kala terpojok seperti ini.
"Keluarlah! Maka aku akan menghabisi mu dengan sedikit rasa sakit!" teriak Max kencang memecah udara. Ia menampilkan senyum smirk-nya ketika melihat bayangan dari musuh utamanya itu. Sebaliknya, Oliver atau Mr O, kini tengah merutuki dirinya sendiri. Kedatangan pasukan sekutu ternyata tidak merubah keadaan. Posisinya tetap saja sulit. Rupanya ia salah dalam mencari sekutu. Sungguh memalukan jika dirinya kalah malam ini. Ia tak mungkin kehilangan semua hasil kerja kerasnya.
"Jangan bermimpi! Sebaiknya kaulah yang seharusnya mengucap kata-kata terakhir itu!" ucap Oliver dengan seringai tatkala senjatanya telah berada di belakang punggung, Max.
"I got you!" serunya, dengan tawa menggelegar.